Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang.
"Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.
papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada ViaKembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Randi menelpon Yana , tapi telepon tidak juga diangkat, berkali kali Randi mencoba menelpon Yana namun handphone Yana tak juga terangkat."Ngapain aja sih dia di luar sana ?! Bikin marah aja!" Ujarnya dengan wajah kesal, dia ngomel sendiri, dengan kesal dia meletakkan handphonenya di meja samping tv plasma android berukuran 59', kemudian Randi mengambil sapu dan memutuskan untuk menyapu seluruh ruangan yang ada didalam rumahnya yang cukup luas itu, tugas yang memang dilakukannya setiap hari.Selesai menyapu seluruh ruangan dan mengepel lantai teras depan rumahnya, Randi pun bergegas membersihkan wadah pasir berisi kotoran kucing untuk digantikan dengan pasir yang baru, setelah itu dia memberikan makanan pada kucing kucingnya, yang otomatis mendengar bunyi cring cring makanan yg digoyang goyang nya dalam toples maka kucing kucing lucu dan menggemaskan itu mendekat dan sudah bersiap berdiri didepan tempat makanan mereka masing masing.Setelah Randi me
Telepon Randi berbunyi, Randi cepat mengangkat telepon yang tergeletak di meja ruang tamu itu."Hallo ?" Jawab Randi di telepon."Hallo, selamat siang pak, ini dengan pak Randi Setiawan ?" Tanya Karyawati toko diseberang telepon."Iya, betul mbak." Ujar Randi."Kami mau memberitahu, kalo pesanan bapak sudah jadi." Jelas karyawati toko ."Oh, baik mbak, kalo begitu nanti saya datang mengambilnya, terima kasih kabarnya mbak." Jawab Randi."Sama sama pak." Jawaban dari karyawati toko. Randi lalu menutup teleponnya, wajahnya terlihat menyiratkan kesenangan. Ditoko perhiasan, sore itu Randi sedang melihat perhiasan yang dipesannya, mengamati nama ukiran yang ada dikalung dan cincin itu. Randi tampak wajahnya puas melihat hasil tersebut."Sudah bagus mbak." Ujar Randi."Baik pak." Ujar Karyawati toko dan menerima perhiasan itu untuk dipacking, lalu membuat nota pembayaran, Randi membayar dengan kartu
Sehabis melaksanakan sholat ashar, Randi duduk di sofa ruang tamu. Jam sudah menunjukkan pukul 16 : 07 wib.Randi mengambil ponselnya yang ada dimeja ruang tamu, saat itu ponselnya berbunyi, ada pesan whatsapp yang masuk.Randi lalu membuka pesan whatsapp tersebut.pesan dari Yana.Randi mengklik pesan dari Yana dan membacanya."Udah datang belum kurir antar makanan kucingnya ?" Tanya Yana, Randi pun dengan cepat membalas pesan Yana. Mengirim balasan pesan wa kepada Yana."Sudah tadi." Jawab Randi ."Anak anak udah pada makan siang?" Tanya Yana lagi."Sudah." Balas Randi singkat, lalu Dia mengetik pesan wa lagi kepada Yana."Kamu dimana ma ?""Pulang jam berapa ?" Tanya Randi di whatsapp itu, tidak ada balasan dari Yana, Randi meletakkan ponselnya di meja tamu, lalu Dia melangkah mendekati aquarium besar yang ada diruang tamu itu.Randi memandangi ikan arwana miliknya yang ada didalam aquarium, menat
Yana tampak sudah rapi hendak pergi, saat hendak melangkah ke pintu taman samping garasi rumahnya, Randi yang baru saja selesai membersihkan kandang kucingnya menyapa Yana." Mau kemana Ma ?" Ujar Randi mencoba bersikap ramah pada Yana yang tampak terburu buru , berusaha menghindari Randi yang mendekatinya.."Ada urusanlah !" Jawab Yana ketus. Dia lalu bergegas jalan dan membuka pintu taman, lalu pergi ke garasi rumahnya, Randi mengikuti Yana."Pulangnya jangan malam malam ya Ma, biar kita bisa ngobrolin masalah kita ." Ujar Randi." Gak perlu, gak ada yang harus dibahas." Ujar Yana ketus tanpa melihat wajah Randi sambil melangkah membuka pintu garasi.Yana lalu naik ke motornya, menyalakan mesin motornya."Tapi tetap harus dibahas Ma, agar aku tau masalah sebenarnya." Ujar Randi."Masalahnya udah jelas, aku udah gak mau hidup bersama kamu." Jelas Yana tegas."Tapi Ma..." Belum selesai Randi bicara, Yana sudah berlal
Kembali ke Masa sekarang. Randi yang masih duduk di sofa ruang tamunya menghapus air matanya, menghela nafasnya."Kenapa kamu berubah Yana?" "Hanya dalam hitungan hari kamu lupa semua akan janji janji kita, janjimu yang mengatas namakan Allah mencintaiku, hidup semati?" Gumam Randi.Randi menangis sejadi jadinya, meratapi pernikahannya yang telah hancur berantakan. Malam itu, selepas sholat isya, Yana pulang kerumahnya, masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.Randi duduk di sofa ruang tamu tidak bergeming , tidak mendekati Yana lagi seperti kemarin, karena Randi tahu hal itu sia sia dilakukannya.Dewi keluar dari arah kamar membawa bungkusan kardus kardus dari arah kamarnya, meletakkannya diruang keluarga, lalu Dewi masuk lagi ke kamarnya, lalu keluar kamar dengan membawa tas besar berisi pakaiannya.Dari arah lantai atas terdengar langkah kaki Sekar menuruni anak tangga, Sekar kesusahan mem
Bel pintu berbunyi, Randi segera membuka pintu rumahnya, malam itu tampak Marwan datang kerumahnya."Assalamu'alaikum." Ujar Marwan sambil salim dan mencium tangan Randi.Ya, Marwan selalu mencium tangan Randi tiap bersalaman, untuk menghormati dan segan Marwan kepada Randi, karena Randi pernah membantu dan memberikan modal usaha untuknya merintis usaha potong ayam yang kini sudah sukses dijalaninya selama 3 tahun ini."Waalaikum'salam, masuk Wan, bawa aja helmnya." Ujar Randi, Marwan masuk kedalam rumah dengan membawa helmnya dan meletakkannya disofa panjang ruang tamu. Randi menutup pintu rumahnya."Mau ngopi Wan ?" Tawar Randi kepada Marwan. Marwan duduk di sofa sambil tersenyum menatap Randi."Gak usah repot repot bang, air putih aja." Ujar Marwan."Ya, kalo mau kopi, buat sendiri ya, saya gak tau takaran seleramu." Ujar Randi."Siap." Ujar Marwan tersenyum."Mbak Yana kemana bang, keliatan rumah sepi?" Tanya M