Share

Bab 6. Always be Mine

“Kenapa bisa sampai sekacau ini, Jean?”

Casandra menatap frustrasi laporan perusahaan yang diberikan oleh sang asisten. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka kalau keadaan perusahaannya akan sampai sekacau ini.

Jean menundukan kepalanya. “Nona, jujur saya pun tidak mengerti kenapa sampai sekacau ini. Perusahaan kita benar-benar membutuhkan investor baru agar bisa bertahan. Jika tidak, pasti—”

“Aku akan menemukan investor baru untuk perusahaan kita. Singkirkan pikiran negative-mu. Aku yakin, aku mampu menemukan investor yang paling tepat untuk perusahaanku,” potong Casandra tegas.

Jean tak mampu mengatakan apa pun. Hanya cukup mengangguk saja. Sebelumnya, dia sudah menanyakan tentang Yates Group pada Casandra, namun bukannya jawaban yang didapatkan, malah Jean mendapatkan amukan. Itu kenapa Jean tak berani lagi menyinggung-nyinggung tentang Yates Group.

“Aku ingin pulang cepat. Kau urus pekerjaan. Kepalaku rasanya mau pecah.” Casandra bangkit berdiri seraya mengambil kunci mobilnya, lalu melangkah pergi meninggalkan ruang kerjanya. Tampak Jean menundukan kepala di kala melihat Casandra sudah pergi.  

Sepanjang perjalanan, Casandra terus meloloskan umpatan kasar. Sungguh, dia tak menyangka akan bertemu dengan pria seperti Michael. Dalam hidup, Casandra belum pernah merasakan sampai sesial ini.

Setibanya di rumah, Casandra segera masuk ke dalam hendak menuju kamarnya, namun langkah kakinya terhenti melihat sang ayah terduduk lesu di sofa ruang tengah. Raut wajah ayahnya itu sangat kacau seperti memiliki masalah berat.

“Dad? Ada apa?” Casandra menghampiri ayahnya.

Devan menatap Casandra. “Kau sudah pulang?”

Casandra duduk di samping ayahnya itu. “Iya, hari ini aku pulang cepat. Ada apa, Dad?” tanyanya lagi meminta ayahnya untuk berbicara.

Devan membelai pipi Casandra. “Tidak ada apa-apa, Sayang.”

“Dad, please jangan bohong padaku. Katakan ada apa?” tanya Casandra lagi.

Devan mengembuskan napas berat. “Kau sudah tahu kondisi perusahaan kita, kan?”

Casandra mengangguk.

“Tadi aku bertemu dengan Michael Yates,” jawab Devan dengan wajah nampak kesal.

Casandra terdiam dengan sorot mata tajam. “Apa yang dia katakan padamu?”

“Dia mengajukan syarat agar dia mau berinvestasi di perusahaan kita. Aku yakin kau sudah tahu syarat yang diminta Michael Yates.” Devan menatap Casandra penuh rasa bersalah. “Maafkan aku, Casandra. Kau jadi terseret masalah karena aku.”

Mata Casandra berkilat penuh amarah. “Berengsek!” umpatnya kasar.

“Casandra, kau tenanglah. Aku bisa mengurus ini.” Devan berusaha menenangkan putrinya.

“Dad, kau tunggu di sini. Biar aku yang mengurus masalah perusahaan,” ucap Casandra meyakinkan.

“Casandra—”

“Dad, aku sudah mengambil alih posisimu. Waktumu sekarang untuk kau beristirahat dan aku yang akan menyelesaikan masalahmu,” kata Casandra serius, lalu gadis itu langsung melangkah pergi meninggalkan rumah menuju ke mobilnya dengan langkah kaki terburu-buru.

Devan masih bergeming di tempatnya. Pria paruh baya itu memejamkan mata singkat, dengan raut wajah yang nampak sangat muram.

***

“Jean, cari tahu di mana keberadaan Michael Yates Hutomo.” Casandra memberikan perintah pada asistennya melalui via telepon. Kilat mata Casandra tajam, membendung amarah yang membakarnya.

“Nona, Anda ingin bertemu dengan Tuan Michael?” ujar Jean bertanya memastikan, dari seberang sana.

“Iya, aku ingin bertemu dengannya. Aku memiliki urusan dengan pria sialan itu. Cepat, kau cari tahu di mana dia sekarang berada!” titah Casandra tegas.

“B-baik, Nona,” jawab Jean gugup.

Casandra menutup panggilan secara sepihak, dan menepikan sebentar mobilnya.

Ya, bisa saja Casandra langsung menuju ke Yates Group. Namun, Casandra tak mau sampai tak menuaikan hasil apa pun. Mungkin saja Michael tak berada di kantor. Itu kenapa Casandra memilih untuk meminta asistennya mencari tahu keberadaan Michael.  

Tak selang lama, ponsel Casandra berdering. Refleks, Casandra segera menjawab panggilan telepon itu.

“Bagaimana? Kau sudah tahu di mana pria sialan itu berada?” tanya Casandra cepat kala panggilan terhubung.

“Sudah, Nona. Saya sudah tahu keberadaan Tuan Michael. Saat ini beliau ada di penthouse pribadinya. Saya juga sudah mendapatkan alamatnya,” jawab Jean.

“Segera berikan aku alamat pria sialan itu.”

“Baik, Nona. Dalam waktu satu menit, alamat akan dikirimkan.”

Casandra menutup panggilan teleponnya, lalu pesan masuk dari Jean muncul. Detik itu juga, Casandra membuka pesan masuk itu yang tertuliskan alamat penthouse pribadi Michael. Selanjutnya, Casandra memutar stir mobil, dan menuju ke alamat yang diberikan oleh sang asisten.

Mobil Casandra memasuki gedung apartemen mewah yang ada di pusat kota Los Angeles. Gadis itu memarkirkan mobilnya, dan segera masuk ke dalam lobby apartemen dan menuju ke lantai paling atas.

Saat Casandra tiba di penthouse yang terletak di lantai paling atas, dia melihat pintu terbuka. Pun tak sama sekali ada penjaga. Casandra bingung. Dia membaca lagi alamat Michael, dan apa yang tertulis adalah benar. Dia tidak salah.

Perlahan, Casandra melangkahkan kaki masuk ke dalam penthouse tersebut. Lampu kecil menerangi penthouse gelap itu. Meski sedikit sinar lampu, tapi Casandra sudah tahu bahwa penthouse ini tertata rapi dan sempurna.

“Hallo?” seru Casandra memanggil berharap ada pelayan, tapi alih-alih pelayan, malah yang ada hanya kesunyian. Tatapan mata Casandra teralih pada pintu yang terbuka yang ada di ujung. Casandra ragu, namun hatinya mendorongnya untuk melangkah menuju ke ruangan tersebut.

Casandra mulai menuruti perasaannya, melangkah masuk menuju ke ruangan tersebut. Lalu …

“Rupanya kau mampu menemukan penthouse-ku, Casandra.” Michael berdiri menyandarkan tubuhnya ke pinggir meja kerjanya, sambil menyesap wine perlahan. Pria itu sudah tahu kehadiran Casandra dari sang asisten yang memberi tahu bahwa asisten Casandra mencari alamatnya.

Casandra menatap dingin Michael. “Apa sebenarnya yang kau inginkan, Michael!”

Michael menggerak-gerakan gelas di tangannya. “Ah, kau marah pasti karena ayahmu sudah bercerita padamu.”

Emosi Casandra tersulut. Gadis itu melangkah mendekat pada Michael. “Kau benar-benar berengsek! Aku bahkan tidak mengenalmu, tapi kau memaksa masuk ke kehidupanku? Kau pikir siapa dirimu, hah! Uangmu tidak akan pernah bisa membeliku!” bentaknya dengan nada keras.

Michael tersenyum samar. “Really? Menurutmu uangku tidak bisa membuatku menang, Nona Stewart.”

Casandra menggeram. “Tidak akan pernah! Kau tidak akan pernah menang!”

Michael kembali tersenyum. “Sayangnya, aku selalu menang. Aku selalu mendapatkan apa pun yang aku inginkan.”

“Bajingan!” Casandra hendak melayangkan tamparan pada Michael, namun pria itu langsung menangkap tangan Casandra, dan mengangkat tubuh Casandra mendudukkan ke atas meja kerjanya—seraya menghimpit tubuh Casandra dengan tubuhnya.

“Lepaskan aku!” Casandra berontak di kala Michael menghimpit tubuhnya.

Michael membuka lebar paha Casandra dan melingkarkan paksa ke pinggangnya. Beberapa kali Casandra berontak, tetap saja tidak bisa karena tubuh Michael begitu gagah, dan tak mungkin Casandra bisa melawan.

“Michael! Lepaskan aku!” teriak Casandra keras.

Michael menangkup kasar kedua rahang Casandra dan mendekatkan bibir Casandra ke bibirnya. “Sejak awal, kau milikku, Casandra. Hanya milikku.”

Casandra tetap berusaha berontak meski tubuhnya terkunci. “Aku bahkan tidak mengenalmu, Berengsek! Pergi dari hidupku! Jangan pernah menggangguku!”

“Kau tidak mengenalku? Really?” Michael melumat paksa bibir Casandra. Sontak, mata Casandra melebar terkejut di kala Michael melumat paksa bibirnya. Gadis itu semakin berontak, tapi tetap tak bisa lepas dari jerat Michael.

Seketika di kala Michael mencium bibirnya, dia mulai merasakan seperti pernah mengenal Michael. Aroma parfume maskulin menonjol menyeruak ke indra penciuman Casandra.

Casandra mengenal ini. Dia tak asing dengan aroma tubuh Michael. Raut wajahnya berubah. Matanya melebar terkejut mengingat akan sosok pria asing yang mencumbunya di toilet klub malam.

Ciuman itu terlepas. Michael membelai bibir ranum Casandra. “Sekarang kau mengingatku, hm?” bisiknya serak.

Wajah Casandra menegang penuh terkejut. Mata gadis itu menatap iris mata biru Michael dengan penuh keterkejutan. “K-kau—” Lidahnya kelu. Tenggorokkannya tercekat, tak bisa lagi berkata-kata.

Michael tersenyum sambil mencium leher Casandra. “Aku tahu, sentuhanku malam itu, tidak akan kau lupakan.”

Sorot mata Casandra semakin tajam. “How dare you, Jerk!” geramnya. 

Michael terkekeh seraya mengambil dasi yang ada di atas meja dan mengikat kedua tangan Casandra menggunakan dasinya. “Aku sudah pernah mengatakan padamu, kalau sejak awal; kau adalah milikku.”

Casandra berontrak di kala tangannya diikat oleh Michael. “Aku bersumpah akan membunuhmu, Michael! Lepaskan aku!” serunya keras.

Michael membuka kancing depan dress Casandra dan menyelipkan tangan Casandra masuk ke dalam bra gadis itu, memainkan puting payudara Casandra yang sudah menegang. “Tubuhmu merespon sentuhanku, Casandra.”

Casandra menggigit bibir bawahnya di kala jemari Michael mengusap lembut puting payudaranya. “Lepaskan aku, Sialan!”

Michael tertawa rendah. “Bagaimana kalau aku tidak mau melepaskanmu, hm? Tanganku menyukai menyentuh tubuhmu.”

Casandra mati-matian menahan desahannya. “Aku akan membunuhmu, Michael!”

Michael menyeringai melihat wajah Casandra memerah. Pria itu tahu kalau Casandra tengah menahan desahan. “Aku menyukai ancamanmu, Nona Stewart.” Lalu, Michael menundukkan kepalanya seraya menarik cup bra Casandra.

Kilat mata biru Michael menatap memuja kedua payudara Casandra, yang berukuran padat dan menantang. Puting gadis itu berwarna merah muda seakan memintanya untuk segera melahap.

“Bajingan, lepaskan, akhhhh—” Casandra menjerit di kala Michael kini mengisap puting payudaranya. Sialnya, lidah pria itu menjilati ujung putingnya membuat seluruh bulu kuduk di tubuh Casandra meremang.

“Tandaku yang kemarin sudah hilang. Aku harus memberikan tanda baru.” Michael mengisap puting payudara Casandra lembut, dan meninggalkan jejak kemerahan di sana.

Casandra meringis seraya memejamkan mata menahan desahan di bibirnya. Berkali-kali Casandra berusaha berontak, tapi dia tetap tak bisa lepas dari jerat Michael. 

Casandra menundukan kepalanya melihat langsung Michael tengah mengisap payudara kirinya dan tangan pria itu mengusap-usap payudara kanannya. Air mata Casandra mulai berlinang. Gadis itu menangis karena merasa dilecehkan.

Michael puas memberikan tanda merah begitu banyak di kedua payudara Casandra. Pria itu melepaskan kulumannya dan kembali memakaikan dress Casandra. Senyuman di wajah Michael terlukis di kala mendengar isak tangis Casandra. Dia sama sekali tidak iba mendengar Casandra menangis.

Michael menarik dagu Casandra dan mengecup bibir gadis itu. “Aku ingin sekali memasukimu, tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk memasukimu.” Lalu, pria itu melepaskan ikatan di pergelangan tangan Casandra.

Plakkkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi Michael. Casandra turun dari meja dan menatap Michael dengan mata memerah akibat tangisnya yang belum mereda.

“Kau benar-benar bajingan, Michael! Kau bahkan tidak pernah tahu bagaimana cara menghormati seorang wanita!” teriak Casandra dengan tangis kencang. “Demi Tuhan, aku membencimu! Aku tidak sudi melihat wajahmu, Sialan!”

Casandra berlari menangis keras meninggalkan penthouse Michael. Seringai di wajah Michael terlukis melihat Casandra menangis. Pria itu mengusap pelan pipi kanannya yang ditampar oleh Casandra. Bagi Michael, tamparan itu tak sakit sama sekali.

‘Kau milikku, Casandra,’ batin Michael dengan seringai puas.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arita Dhamayanti
jd penisirin michael kenal casandra ny kpn ya ... ampe casandra g sadar ad penggemar gelap ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status