Share

Bab 4 Notif Pesan di Ponsel Suami

Semenjak saat itu hubunganku dengan mertua semakin renggang saja. Bukannya aku tak mau memperbaiki hubungan antar mertua dan menantu menjadi lebih baik, sempat ada usaha tapi sepertinya mertua membatasi untuk berinteraksi denganku.

"Kamu ada masalah lagi dengan Ibu?" tegur suamiku.

"Tidak," jawabku singkat, karena memang aku merasa tak ada masalah.

"Hana tolong! Orang tuaku tinggal Ibu saja, jadi tolong mengerti dia! Jangan bikin dia emosi dengan sikap kamu. Ibu ada riwayah hipertensi kalau dia terlalu stres dan emosi tidak baik untuk kesehatannya. Kamu mengerti bukan?" 

Kutautkan kedua alis ini, aku tidak mengerti mengapa suamiku bisa berbicara seperti itu kepadaku. Padahal aku tidak pernah melakukan apapun kepada mertuaku.

"Maksud Mas apa? Membuat Ibu emosi seperti apa maksudnya, Mas?" tanyaku.

"Ibu bilang kamu kamu selalu membangkang, aku bosan setiap hari Ibu mengadu tentang sikapmu!" jelas Mas Ardan kepadaku.

Oh ternyata mertuaku telah mengadu kepada putranya. Astaga aku pikir hanya ibu tiri yang jahat kepada anak tirinya. Ternyata fitnah mertua lebih menyakitkan. Ku hela nafas ini pelan dan kembali menghembuksannya berlahan.

"Kau percaya Mas?" 

"Tentu! Ibu adalah orang tuaku, tidak mungkin seorang Ibu membohongi putranya. Aku tau betul bagaiman Ibu Hana!" Bela Mas Ardan.

"Terserah kau saja Mas, silahkan jika kamu ingin percaya dengan apa yang kamu dengar tanpa ingin aku menjelaskannya!" Kulangkahkan kaki ini ke kamar, jujur aku mulai bosan kala suamiku membela ibunya.

Tak ada pembelaan, aku hanya ingin diam dan termenung. 

Tring ... tring ...

Terdengar notif pesan dari ponsel Mas Ardan, sebenarnya tidak bermaksud untuk mencampuri tentang urusannya. Hanya saja ponsel itu sedari tadi tak berhentinya berbunyi di atas nakas. 

"Siapa ya, ini 'kan hari libur kerja?" Monologku.

Segera ku raih ponselnya, ku baca sekilas pesan yang masuk kedalam ponsel Mas Ardan.

[Besok seperti biasa ya! (Emoticon love)]

Deg

Siapa dia? Ku lihat kembali hanya ada nama Anto disana, tidak mungkin jika laki-laki mengirim pesan terus di bumbui emot love di belakang pesannya? Apalagi pesan itu untuk sesama lelaki.

"Kamu buka-buka ponselku!"

Aku terperanjat, hampir saja ponsel yang aku pegang terlempar ke lantai untung tanganku dengan gesit menangkapnya.

"Haduh, hampir saja kamu merusakkannya. Kesinikan ponselku!" pinta Mas Ardan.

"Maaf Mas tidak sengaja," lirihku pelan.

"Lain kali jangan suka sembarangan ambil ponsel dan membukanya. Banyak file kerjaan yang aku simpan disini. Kau tau sendiri laptopku rusak karena ulah Adnan."

Ya, laptop Mas Ardan memang rusak, tanpa sengaja saat bermain  kejar-kejaran Adnan menyenggol laptop yang ada di atas meja dan menjatuhkannya. Jangan di tanya bagaimana reaksi Mas Ardan, tentu marah besar.

"Maaf, tadi ada pesan. Itu memang Anto siapa Mas?" Ku beranikan diri ini untuk bertanya.

"Kamu itu ya? Sejak kapan sih kamu buka-buka privasiku? Lagi pula ini hanya teman cowok, namanya saja sudah Anto!" sahut suamiku dengan ketus.

"Iya Mas aku minta maaf!" kataku pelan.

Aku tidak mau memperpanjang masalahku, aku juga tidak ingin membuat suamiku merasa terpojok hanya karena sebuah chat dari seorang teman lelakinya.

Kami segera beranjak tidur, sengaja aku memakai selimut dan memejamkan mataku meki sebenarnya aku belum benar-benar mengantuk. Aku tidak tahan berpura-pura tidur, namun yang membuat heran saat aku membuka mata, kenapa dengan Mas Ardan? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status