Share

Bab 7 Sikap Ardan

Akhir-akhir ini Mas Ardan sering sekali pulang malam, biasanya jam lima ia sudah pulang. Tapi lebih heranku hari ini ia membawa seseorang masuk ke dalam rumah.

Aku tengah mengajari putra dan putriku belajar di kamar karena mendengar suara seseorang aku segera keluar dan mencari tahu siapa yang datang.

"Itu dia Hana, maklum lah Relia dia ini hanya Ibu rumah tanggal yang tidak punya kesibukan apa pun jadi jam segini sudah tidur!" ucap mertuaku saat melihatku keluar dari kamar.

Relia tersenyum menatapku, sahabatku sewaktu aku bekerja di kantor ini tersenyum hangat kepadaku. Ada kerinduan kepadanya, sudah sangat lama aku tak bertemu dengannya.

"Hana!" serunya.

"Relia," balasku.

Kami pun saling berpelukan, aku baru sadar jika Relia datang bersama Mas Ardan. Tumben biasanya ia datang selalu sendiri.

"Kok kalian bisa barengan begini?" tanyaku heran.

"Aneh sekali sih Han 'kan kita satu kantor. Tentu bisa kita barengan," celetuk suamiku.

Aku hanya ber 'oh' panjang. Ada rasa aneh tapi ya sudahlah.

"Han aku kesini karena merindukanmu," tutur Relia.

"Iya Rel aku juga sangat merindukanmu, oh ya ... kalian sudah makan?"

Relia tampak melirik Mas Ardan.

"Kebetulan belum," jawab mereka serentak.

"Duh, kompak sekali." Ibu mertua menimpali.

Aku sendiri hanya tersenyum kecut.

"Ya sudah kalian makan dulu, tapi maaf ya hanya seadanya maklumlah istri Ardan ini sangat perhitungan untuk di dapur," celetuk mertuaku.

Aku hanya menghela nafasku pelan, tak ada niatan sedikitpun untuk membalas ucapan mertuaku. Segera aku ajak Relia ke ruang makan dan kami pun segera menuju ruang makan, kebetulan putra-putriku sudah makan duluan tadi. Kami segera makan dengan lauk seadanya yang telah kusiapkan.

Setelah selesai makan, mertuaku buru-buru pamit ia ingin menonton sinetron kesayangannya.

"Kalian lanjutin saja! Ibu duluan ya, mau nonton sinetron," ucapnya penuh semangat.

"Iya Tante," sahut Relia dan disambut senyum hangat Ibu.

Sedangkan Relia, aku dan Mas Ardan masih berada di ruang makan.

"Relia kamu mau kemana?" tanyaku saat melihat Relia membawa piring kotor ke dapur.

"Aku mau bantu nyuciin piring kotor ini," jawabnya.

"Eeh ... nggak perlu kamu tamu, biar aku saja ya!" sahutku.

"Nggak apa-apa Han, kamu kaya baru kenal aku aja. Udah kamu istirahat aja, aku tahu kamu pasti capek," kata Relia dengan tersenyum.

"Tapi tak enaklah Rel."

"Udah santai aja!" Relia segera berlalu dengan piring kotornya.

"Lho Mas, kamu mau kemana?" tanyaku heran saat melihat suamiku beranjak ke arah dapur.

"Bantuin Relia lah, nggak enak dia tamu masa suruh nyuci sendiri. Sudah kalau mau istirahat, istirahat aja," timpalnya dan belalu meninggalkanku.

Heran? Iya tentu, tidak biasanya Mas Ardan seperti ini. Denganku saja biasanya tidak perduli mau piring kotor dicuci atau tidak ia tak mau tahu. Boro-boro membantu menyuci, membawakan ke dapur saja ia tidak mau.

Setelah selesai membereskan sisa makanan aku ingin melihat anakku sebentar di kamarnya memastikan kalau mereka sudah tidur atau masih belajar. Kulihat Adnan tertidur di meja belajarnya mungkin ia kelelahan segera aku membopongnya dan kupindahkan keranjangnya. Tak lupa menyelimuti dan mencium keningnya.

Aku langkahkan kakiku keruang tengah, belum juga kulihat Relia maupun Mas Ardan di sana. Lalu kemana mereka apa masih di dapur?

'Apa mereka masih di dapur?' batinku dalam hati.

Segera ku melangkah ke dapur betapa terkejutnya aku.

"Kalian, seru amat kayaknya?" sindirku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status