Share

Bab 6 Fitnah Mertua

Mas Ardan dan Amara telah berangkat sekolah, butuh waktu untuk meyakinkan Amara agar mau pergi bersama Ayahnya. Bukan aku tidak mau mengantar, sekolah Amara berlawan arah dengan Adnan tentu butuh biaya lebih lagi untuk bensin. Sedangkan sekolah Amara searah dengan Ayahnya.

Pagi ini aku baru pulang dari mengantar Adnan, sekalian aku mampir di tempat-tempat tetangga yang ingin menggunakan jasaku untuk menyuci baju mereka.

"Bu Hana, saya pikir Ibu sudah tidak mau menyuci baju lagi."

"Lho kenapa Bu? Kan, lumayan untuk tambah-tambah bumbu dapur," ucapku dengan senyum.

"Iya, soalya kemarin saya lihat Ibu di Mall belanja banyak. Saya pikir Pak Ardan dapat bonus besar jadi bisa belanja sebanyak itu."

"Belanja? Kemarin saya tidak kemana-mana Bu bahkan saya sedang tidak enak badan di rumah," jelasku heran.

"Lho, beneran Bu? Tapi saya lihat pak Ardan sama wanita saya pikir itu Ibu Hana belanja banyak baget. Saya mau negur tapi kalian jalan cepat sekali saya tak sanggup mengejar," jelas Bu Lili.

Duar

Rasanya hatiku bergemuruh. Apa benar yang di ucapkan Bu Lili tetanggaku? Lagi-lagi aku butuh penjelasan dari Mas Ardan mengenai ini tapi ....

'Ah, mungkin Bu Lili salah lihat,' batinku mencoba berfikir positif.

"Bu, Bu Hana tidak apa-apa? Maaf ya Bu kalau saya salah berucap, mungkin kemarin itu saya salah lihat." Bu Lili mengusap lenganku.

"Iya Bu, mungkin Bu Lili salah lihat. Tidak mungkin juga Mas Ardan karena seharian kemarin bekerja dan pulang agak malam karena lembur."

"Iya ya Bu maaf ya," ucapnya dengan wajah bersalah.

Segera pulang kerumah karena cucian sudah menumpuk banyak dan ingin cepat menyelesaikannya.

Semampainya di rumah ku lihat mertuaku telah berkacak pinggang menunggu kepulanganku di ddpan pintu.

"Assalamualaikum," salamku.

"Walaikumsalam," sahut ibu mertua ketus. "Ini kerjaanmu bukan?"

Mertua melemparkan sepotong baju ke arahku.

"Apa ini Bu?"

"Masih banyak tanya, itu kamu yang nyuci bukan? Bagaimana bisa kena luntur seperti itu? Kamu tahu, itu baju kesayanganku yang beliin Ardan, anakku!" seru ibu tepat di depanku.

"Maaf Bu, aku tidak tahu. Sepertinya kemarin belum kelunturan. Pasti aku pisah Bu mana baju yang mudah luntur mana yang tidak," timpalku.

"Alasan saja kamu! Bilang saja kamu itu iri karena bulan lalu Ardan membelikan baju untukku. Sedang kamu tidak, jelas saja Ardan tidak membelikan apapun untukmu, kamunya sekarang pandai melawan seperti ini. Ardan pasti sebal kepadamu lama-lama!"

Aku sendiri hanya bisa mengelus dada saat mertua terus berbicara tidak ada ujung . Setelah puas mengomel ibu segera berlalu ke kamarnya entah apa yang akan di lakukannya, aku tidak perduli saat ini hanya mau mencuci pakaian agar aku bisa segera menjemurnya.

"Iya Bu memang Hana ini sekarang pelit sekali, baru bisa kerja jadi tukang cuci saja sudah belagu sekali. Saya itu sampai kasian sama Ardan tiap hari banting tulang cari uang tapi apa, uangnya tidak pernah ngumpul. Dikemanakan coba Bu sama istrinya? Makan saja cuma itu-itu saja padahal. Saya sampai binggung bagaimana harus menasehatinya."

Aku mendengar suara itu saat tengah menjemur di samping rumah jelas itu suara ibu lalu dengan siapa dia berbicara?

"Astaghfirullah, tega sekali ibu mertuaku menjelek-jelekkanku di depan para tetangga," gumanku saat tau di sana ada Bu Lasmi dan Bu Rini.

"Ah, masa sih Bu, Hana seperti itu? Bukannya dia itu menantu yang baik ya Bu?" sahut Bu Lasmi.

"Mungkin ada benarnya Bu, kadang apa yang kita lihat belum tentu itu yang benar. Contohnya seperti Hana ini," sanggah Bu Rini.

"Tuh, Bu Lasmi. Bu Rini saja tahu, tidak yang semua kita lihat ini benar. Memang menantu saya ini kelihatanya aja baik tapi di rumah berdua dengan saya jadi pembangkang. Kalau ada suaminya baiknya minta ampun giliran suaminya pergi hmmm ...."

"Ya ampun Bu, kasihan sekali jadi Ibu kalau itu benar terjadi," celetuk Bu Lasmi.

"Ya benarlah Bu, masa iya saya berbohong," kilah ibu.

Huh, sebal rasanya difitnah seperti ini. Apalagi yang menfitnah kita adalah mertua kita sendiri. Lihatlah Bu kau akan menyesal telah menghina dan menfitnah menantumu sendiri!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status