Haikal tersenyum melihat wajah Zahra yang terlihat begitu lucu di matanya. Kemudian dia membantu wanita itu untuk membereskan bekas acara tahlilan.'Jika dilihat-lihat, dia sangat cantik.' batin Haikal saat dia sedang membereskan botol Aqua di samping Zahra, dan diam-diam pria itu mengamati wajah cantik milik wanita tersebut. 'Ya ... walaupun sedikit barbar, tapi dia benar-benar wanita yang baik.'..Satu minggu telah berlalu, Jihan saat ini sedang ditelepon oleh Mama Kirana karena Fadli sudah siuman, dia pun segera bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Jihan langsung memeluk tubuh Fadli. "Akhirnya kamu sadar juga Mas. Aku senang sekali," ucapnya dengan haru."Ini juga karena berkat doa kamu, sayang," jawab Fadli dengan lembut.Pipi Jihan merona malu saat Fadli tiba-tiba saja menyebutnya dengan kata sayang. Karena baru pertama kali pria itu berkata semanis dan seromantis itu kepada dirinya."Boleh kan, jika aku memanggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Fadli dengan tatapan
Hari ini Fadli sudah di izinkan pulang oleh dokter, dan dia akan rawat jalan di rumah. Jihan sengaja menjemputnya bersama dengan Dixon."Boleh aku menggendongnya?" pinta Fadli saat berada di dalam mobil."Tentu saja. Tapi apa perut kamu sudah enakan? Nanti takutnya lukanya malah basah kembali karena tekanan yang cukup berat," khawatir Jihan."Tidak. Sudah lebih baik kok." Kemudian Jihan pun memberikan Dixon kepada Fadli dengan hati-hati.Pertama yang dilakukan Fadli adalah mencium seluruh wajah Dixon. Air matanya tidak bisa terbendung lagi, dia amat sangat bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri.'Terima kasih ya Allah, Engkau sudah memberikanku seorang keturunan. Dia amat sangat tampan. Terima kasih juga telah memberikanku istri yang begitu sabar, semoga Engkau tidak memisahkanku dengan Jihan untuk kedua kalinya.' batin Fadli sambil menatap hangat ke arah putranya."Dia sangat tampan ya," ucap Fadli sambil melirik ke arah Jihan.Wanita itu menganggu
Happy reading...."Maaf ya Kak, aku lama," ucap Jihan, adiknya Calista.Calista saat ini sedang berada di cafe, dia ingin bertemu dengan adiknya, sebab ada yang mau Calista utarakan pada wanita berjilbab itu."Iya, tidak apa-apa," jawab Calista dengan wajah yang murung.Jihan merasa penasaran kenapa kakaknya berwajah sedih seperti itu, kemudian dia menggenggam tangan Calista."Ada apa, Kak? Kok wajahnya ditekuk kayak gitu sih?""Sebenarnya aku menemui kamu untuk berbicara sesuatu.""Soal apa itu, Kak?" tanya Jihan.Calista menatap lekat ke arah adiknya, mereka tumbuh besar bersama. Walaupun mereka bukanlah adik dan kakak kandung, akan tetapi Calista sangat menyayangi Jihan.Namun kali ini dia benar-benar membutuhkan bantuan adik angkatnya, dan Calista sangat sadar jika pasti permintaannya akan membuat Jihan merasa sangat terkejut."Ada apa, Kak?" tanya Jihan kembali saat melihat Calista hanya diam saja.Sejenak wanita itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, kemudian dia pun mengataka
Happy reading ....Fadli tidak tahu harus berbicara apa, dia seketika langsung memikirkan cara untuk menghindari pertanyaan dari Papahnya. Karena tidak mungkin jika pria itu mengatakan bahwa saat ini Calista sedang berada di rumah sakit karena kecelakaan, apalagi harus diangkat rahimnya."Kenapa kamu diam saja? Di mana Calista?" tanya papa Zahid kembali yang belum mendapatkan jawaban sama sekali dari Fadli."Calista sedang healing. Tadi siang dia ke kantor aku untuk meminta izin, dan acaranya dadakan, jadi ya mau tidak mau Calista langsung berangkat.""Apa! Liburan mendadak? Aneh banget. Biasanya juga nggak sampai mendadak seperti itu?" curiga Papa Zahid.Dia merasa jawaban dari Fadli sedikit tidak masuk akal, karena biasanya jika Calista ingin liburan bersama teman-temannya atau pergi ke suatu tempat, pasti wanita itu akan siap-siap terlebih dahulu."Iya Pah, dia itu lupa bahwa kemarin udah janjian mau pergi. Mungkin karena kami terlalu sibuk sama program hamil, jadinya sampai Calist
Setelah pekerjaannya selesai, Jihan pergi menuju rumah sakit. Namun tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, di mana Calista mengajaknya ketemuan di sebuah Cafe. Wanita itu pun langsung melaju menaiki ojek online menuju cafe, di mana Calista dan juga Fadli sudah menunggunya. Dan dia sangat tahu jika pasti Calista akan setuju dengan ucapannya. 'Aku tahu mungkin aku seperti wanita rendahan yang menikah dengan kakak iparku sendiri. Tapi aku tidak mempunyai pilihan lain. Daripada Kak Calista mencabut semua dana untuk kesembuhan Ibu, lebih baik aku berkorban. Maafkan Jihan, Bu. Jihan harus melakukan ini demi kesehatan ibu.' batin Jihan sambil menatap jalanan yang ramai. Sesampainya di cafe, wanita itu langsung masuk berjalan menuju meja, di mana Calista dan Fadli sudah duduk menunggu dirinya. "Maaf jika aku lama," ucap Jihan sambil duduk di hadapan pasangan suami istri itu. "Jihan, kami tidak ingin berbasa-basi. Mas Fadli sudah setuju akan menikahi kamu. Tapi ingat satu hal …"
Tepat jam 19.00 malam, Jihan pergi ke alamat yang diberikan oleh Fadli, di mana ada sebuah rumah kontrakan yang sudah disewa oleh Fadli. Rumah itu memang tidak mewah, namun terlihat begitu nyaman.Di dalamnya ada ruang tamu, dua kamar dan juga kamar mandi serta dapur. Jihan masuk ke dalamnya setelah diberitahu oleh Fadli bahwa kuncinya ia taruh di bawah keset di depan pintu."Apa aku bisa memulai kehidupanku dengan menjadi wanita simpanan?" gumam Jihan.Dia merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita simpanan, di mana dia harus hamil anak kakak iparnya sendiri. Dan setelah wanita itu melahirkan, dia harus memberikan bayinya kepada Calista dan juga Fadli.'Ya Allah, semoga apa yang kulakukan ini adalah jalan yang benar. Karena semata-mata untuk kesembuhannya ibu,' batin Jihan sambil menatap sendu ke arah seisi rumah. ...........................Sementara di tempat lain, Calista baru saja sampai di rumah, dia diantarkan oleh Fadli. Namun terlihat wajah wanita itu murung, karena
Happy reading....Jihan melihat jika ada bahan masakan di kulkas kemudian dia berinisiatif untuk membuat nasi goreng, karena perutnya benar-benar sangat lapar.Saat wanita itu tengah mengaduk nasi goreng di wajan, tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya, dan ternyata itu adalah Fadli."Mas, apa kamu sudah makan? Jika belum--""Tidak usah repot-repot, aku sudah makan. Aku hanya ingin memberitahukan kepadamu, tinggallah selayaknya di rumahmu sendiri. Dan aku akan memberikan uang bulanan seperti yang kau mau. Tapi satu hal! Jangan pernah berharap cinta dariku! Jangan pernah memberikan perhatian, dan ingat, kamu di sini hanyalah alat untuk memberikanku anak bersama dengan Calista, paham!"Rasa sakit seketika menyeruak di dalam hati wanita berhijab itu, di mana saat ini Fadli sudah bergelar menjadi suaminya. Akan tetapi ucapan pria itu begitu menohok."Iya aku tahu kok, seperti dalam perjanjian kita, hanya untuk anak, bukan? Kamu hanya miliknya Kak Calista, aku juga tidak akan berharap,"
Happy reading...."Woow! Sekarang kau menjadi Nyonya Fadli juga rupanya. Enak ya tinggal di sini, nggak usah kerja, hidup di biayai oleh Mas Fadli!" sindir Calista.Ternyata yang datang adalah Calista, wanita itu berjalan dengan tatapan sinis ke arah JihanmEntah kenapa semenjak Jihan menjadi istri kedua dan menjadi madunya, Calista merasa tak suka saat melihat adiknya. Padahal sebelum Jihan menjadi istri kedua Fadli, Calista begitu menyayangi wanita tersebut."Apa Kakak lupa siapa yang turut andil untuk menjadikan ku istri kedua mas Fadli? Kan kakak sendiri yang membuka gerbang dan mempersilahkan ku masuk," jawab Jihan sambil mencuci piring.Calista tidak terima dengan ucapan Jihan yang terkesan begitu lantang dan melawan dirinya, kemudian dia mencengkram lengan wanita itu menariknya dengan paksa."Jangan sok ya, kamu jadi perempuan! Kamu itu di sini hanya madu. Hanya alat untuk mencetak orang anak. Jadi jangan pernah sombong! Jangan pernah melawanku, paham!" gertak Calista dengan ta