Share

Part 0 - Hal Yang Aneh

Killian Ravimore

Aku tidak peduli siapa gadis yang mereka bawa kali ini.

Semuanya sama. Tidak berguna. Palsu. Menjijikan.

Namun, biarlah mereka malkukan apa yang mereka mau. Asal itu bisa mengunci moncong mereka, seperti biasa.

Namun, ada yang aneh dengan gadis itu.

Ia tidak pernah muncul di hadapanku.

Seperti ayam kecil yang khawatir dimangsa, kaki pendeknya akan berlari saat mendengar langkahku.

Pintu kamarnya akan tertutup rapat saat mobilku melewati gerbang. Ia akan menghentikan kunyahannya ketika aku membuka pintu ruang makan, gadis bodoh itu bahkan sampai berpura-pura pingsan di hadapanku.

Dan kemarin, seperti ayam yang ketakutan, ia jatuh di kantorku.

Ia aneh dan sangat bodoh.

Padahal gadis-gadis idiot sebelumnya akan menempel seperti lintah. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Meski itu artinya melemparkan diri mereka sebagai umpan anj*ng.

Namun gadis itu mati-matian menghindariku seperti penyakit.

“Pak Killian, ini informasi yang Anda minta.” Joachim menyerahkan berkas yang kuminta.

Daftar riwayat gadis yang kunikahi beberapa waktu yang lalu.

Gadis itu adalah pilihan Kakek. Entah keluarga mana yang berhasil Kakek jebak hingga rela menjual putrinya kali ini.

“Pendidikan terakhirnya hanya sampai SMP. Nona Minna pernah bersekolah sampai kelas 1 SMA, tapi berhenti. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Saat ini Nona Minna tinggal bersama ibu dan dua saudari tirinya.”

“Jadi dia dijual keluarga tirinya.”

Itu keseimpulan yang mudah ditebak.

Apakah latar belakang kehidupannya yang membuat gadis itu berbeda?

Kupikir ia akan kabur setelah hari pernikahan kami, tapi ternyata tidak. Ia juga tidak terganggu atas sikap kasar Naomi. Ia tidak menangis, tidak juga mengemis perhatian. Gadis itu seakan menganggapku tidak ada di rumah ini.

Padahal dari laporan yang kudengar, ia tampak hidup nyaman di rumahku.

“Dan soal apel itu.” Joachim kembali berbicara saat aku meletakkan berkas tentang gadis itu di atas meja taman, lalu mengambil cangkir kopi. “Windi mengatakan sepertinya Nona memang sangat menghargai makanan dan hal-hal kecil yang diberikan pelayan.”

Itu diwajarkan jika selama ini ia hidup kelaparan.

“Bagimana dengan uangnya?”

“Bu Helga sudah memberikannya kepada Nona. Tapi menurut informasi dari Bu Helga, sampai detik ini Nona belum pernah menggunakan uang yang Pak Killian berikan. Bahkan Nona belum pernah keluar mansion sejak pertama kali datang ke rumah ini.”

Itu aneh.

Biasanya, hal pertama yang dilakukan lintah-lintah idiot itu adalah mengeruk habis harta yang mereka dapatkan seakan besok adalah akhir dunia. Namun mengapa gadis itu justru sibuk menikmati keik buatan kepala koki?

Apa jangan-jangan gadis itu sedang merencanakan hal yang lebih keji tanpa sepengetahuanku?

Aku menyesap kopi sambil memandang taman yang tidak pernah kudatangi.

Sejak ia datang ke rumah ini, taman adalah tempat yang ia kunjungi setiap hari.

Dari jendela kantorku di lantai tiga, aku kerap melihatnya berjalan-jalan di sekitar taman untuk memetik buah-buahan, atau hanya sekedar menikmati bunga.

Itu aneh.

Untuk apa ia menghabiskan waktu dengan melakukan hal yang tidak berguna?

“Tidak ada informasi lain tentang teman Nona Minna.” Joachim melanjutkan laporannya. “Sepertinya selama ini Nona Minna tidak pernah bergaul dengan orang lain.”

Atau tidak bisa.

Ia terkunci dan kelaparan.

Tapi itu sama sekali tidak membuatku iba. Ia tetap gadis menjijikan seperti gadis lainnya.

Aku hanya mempertahankannya sebentar, sebelum membuangnya lagi ke jalanan.

“Nona, pelan-pelan!”

Dari kejauhan, aku bisa mendengar suara pelayan gadis itu yang bergerak mendekat.

Tanpa berkata, Hugo, langsung bergerak untuk mengusir mereka.

Namun tanganku terangkat. Aku ingin melihat ekspresi apa yang akan dibuat gadis itu saat kami bertemu.

“Nona Minna!”

“Cepat, Windi! Kemarin aku lihat semak blueberry di sana. Ayo kita petik!”

“Tapi pelan-pelan, Nona. Tangan Nona masih belum sembuh!”

Dasar gadis bodoh. Apa ia tidak bisa menjaga dirinya sendiri?

“Aku sudah sembuh! Ayo, Windi, cep—”

Suara nyaring gadis itu menguap seketika saat menyadari keberadaanku.

Wajahnya berubah pucat, seakan ia baru saja melihat hantu. Lalu perlahan, ia menundukkan kepala, seperti yang selalu ia lakukan di hari pernikahan kami.

“Sepertinya kamu sangat menikmati kehidupanmu di sini.”

Tubuh kurusnya semakin mengerut. “Ma… maaf, Pak Killian,” bisiknya terbata.

Seperti tikus yang terperangkap dalam jebakan.

“Sa… sa… saya… hic.”

Apa gadis itu cegukkan.

“Nona Minna!”

Tak lama, pelayan gadis itu muncul bersama Helga yang datang membawa kotak piknik.

Apa mereka mau bermain- main di rumahku sekarang?

“Astaga Pak Killian, kenapa Anda ada di sini?”

Keningku mengernyit. Apakah aku tidak boleh berkeliaran di taman rumahku sendiri?

Dengusan Helga terdengar kesal, tatapan matanya seakan mengutarakan omelan yang tidak bisa ia sampaikan dengan kata.

Itu aneh.

Apa sekarang penyihir kecil ini sudah berhasil menarik simpati orang seperti Helga?

“Ayo, Nona Minna, lebih baik kita nikmati kudapannya di dalam.”

Aku bahkan tidak tau Helga bisa berbicara seperti itu kepada seseorang.

“Nanti saya akan meminta seseorang untuk memetikkan buah blueberrynya.”

Sekali lagi, ia memberikanku tatapan tajam, sebelum menyeret gadis aneh yang sudah sepucat mayat itu dari hadapanku.

“Lho, kenapa kembali?” Gerad, kepala koki yang sudah kupekerjakan lebih dari 10 tahun di mansion, muncul dengan piring berisi makanan yang lain.

Mereka mau mengadakan pesta atau apa sebenarnya?

Helga melirik ke belakang sekilas, ke arahku yang masih menatap mereka.

Saat Gerad mengikuti arah yang ditunjukkan Helga, kami bersitatap sejenak.

Dan aku bersumpah, ini adalah kali pertama aku melihat tatapan bermusuhan dari Gerad sejak kali terakhir 10 tahun yang lalu, saat aku pertama kali bertemu dengannya di penjara.

Ia seakan siap memberikan racun pada makan malamku.

“Sepertinya mereka sedang mengadakan piknik.” Joachim berkomentar saat mereka semua menghilang dari pandanganku.

“Awasi gadis itu.”

Aku bangkit dari kursi taman.

“Kalau dia membuat masalah, segera singkirkan.”

“Ya? Apa? Tapi—”

“Tidak akan ada yang mencarinya. Habisi langsung.”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status