Bab38Begitu banyak rupanya panggilan masuk yang tidak terjawab di ponsel Arya dari Delima.Di dalam taksi, berkali- kali Arya menghela napas berat. Hatinya sedikit gelisah, mengingat pesan terakhir Delima yang penuh dengan ancaman. Meninggalkan Elea begitu saja di depan rumah Ibunya. Ada perasaan sesal di hati Arya, tapi dia juga harus segera menemui Delima.Di depan rumahnya yang cukup mewah, taksi berhenti. Arya membayar ongkos dan segera keluar dari taksi tersebut.Satpam menyapanya dan membukakan pagar."Nyonya barusan keluar," seru Satpam memberitahu. Langkah Arya terhenti, ketika mendengar ucapan Satpam."Kemana katanya?" Satpam menggeleng. "Saya tidak tahu, Tuan. Tadi Nyonya keluar bersama tuan Andre dan istri barunya."Apa maksud Delima ini, Arya sudah buru- buru pulang ke rumah, dia malah keluar. Arya merasa sedikit kesal dan berlalu masuk ke dalam rumah saja.Di dalam rumah, Arya di sambut Bi Ijah."Tuan," sapa Bi Ijah tersenyum. Arya membalas tersenyum kecil."Tuan, apa
Bab39Setelah berkenalan dengan Asisten rumah tangga Ibu Helena, yang baru datang dari kampung, aku pun masuk ke dalam rumah.Di dalam rumah, Ibu Helena menyambut kedatanganku dengan senyuman."Bagaimana kabarnya, Ibu rindu banget sama kamu," ungkapnya sembari memelukku.Allah, alhamdulilah, kini aku bisa merasakan cinta seorang Ibu, selain almarhumah Ibu panti."Alhamdulilah baik, Bu." Ibu Helena mengurai pelukan dan membawaku ke meja makan, setelah meminta Bi Siti membawakan koperku ke kamar."Suami kamu langsung pergi ya, El?""Iya, Bu. Buru- buru tadi," jawabku apa adanya."Biarlah, mungkin wanita itu sedang melayangkan ancaman lagi.""Dari semua cerita mas Arya, Ibu Delima itu memang suka mengancam ya, Bu?" tanyaku memastikan."Ya begitulah, dia gila. Kemarin saja di sini nangis- nangis begitu. Ibu sampe pusing dibuatnya.""Wajar sih, Bu." Aku menunduk. "Wanita mana yang tidak patah hati, mengetahui suaminya menikah lagi.""Alah biarin, dia sendiri dzolim begitu sama orang. Sudah
Bab40"Ayah, lagian apa yang Ayah harapkan dari wanita sisa ini? Dia bahkan mandul, Yah," kata Ibu Delima, sembari menatap remeh ke arahku."Mas, kenapa Ibu Delima selalu mengejekku," lirihku sengaja. Haha, biar makin panas."El sudahlah, jangan kamu dengarkan dia. Kamu sudah makan?" tanya mas Arya padaku, bahkan kedua tangannya dia tangkupkan di wajahku. Ah, so sweetnya suamiku ini."Ayah ...." Ibu Delima berteriak. "Ceraikan dia, kumohon," pinta Ibu Delima, dan berniat menarik mas Arya yang sedang memelukku."Pulang sekarang!" bentak mas Arya sembari menepis kasar tangan Ibu Delima."Ayah jangan kasar," seru mas Andre, tak terima Ibunya diperlakukan begitu."Kenapa protes? Bukankah kamu biasa melakukan hal itu pada Elea," jawab mas Arya dengan tatapan dingin."Elea itu dulunya istriku, tanggung jawabku, wajar aku mendidik dia seperti itu, karena Elea ini sedikit bodoh," hina mas Andre sambil menatap marah padaku."Nah, begitu juga dengan Ibumu! Paham kan?" tekan Ayah menatap tajam
Bab41"Bu," sapa Andre, ketika melihat Ibunya duduk di taman mini, yang tidak jauh dari teras rumah mewah mereka.Delima tidak menyahut, wanita itu terus memandangi pintu gerbang rumahnya, berharap Arya sang suami tercinta akan pulang. Sudah cukup lama dirinya di tinggal, ada perasaan rindu yang menyelimuti hatinya."Bu, ayo sarapan, jangan seperti ini, Andre mohon," pinta Andre dengan lembut, dan ikut duduk di samping Delima."Dia masih belum pulang juga, sudah seminggu, kapan Ayahmu akan pulang," lirih Delima. Andre bisa merasakan sakit hati Ibunya itu, tapi dia pun tidak bisa berbuat banyak saat ini."Bu, jangan terlalu mikirin Ayah, dia tega nyakitin perasaan Ibu. Dengan menyiksa diri seperti ini, apakah dia akan perduli? Nyatanya laki- laki itu lebih memilih tinggal bersama wanitanya," desah Andre, ada semburan kemarahan di wajahnya.Marah bercampur cemburu. Nyaris setiap malam, dirinya gelisah memikirkan Elea, yang kini resmi menjadi istri kedua Ayah sambungnya."Entah dimana ka
Bab42"Bu," panggil Delia, mendekati mertuanya itu. Dengan wajah lesu, mata sembab, Delima menoleh ke arah Delia."Bu, kita shopping, yuk. Mana tau dengan begitu, perasaan Ibu bisa sedikit tenang," usul Delia dengan tersenyum, kemudian duduk disisi kiri Delima."Ibu nggak kepengen, Del. Ibu hanya ingin Ayah, selama kami menikah, kami tidak pernah seperti ini." Wajah Delima tertunduk, kesedihan begitu dalam dia rasakan."Huh, rasanya kesal sekali jika mengingat wajah angkuh wanita itu, lama- lama kita santet saja sekalian," celetuk Delia asal.Delima yang tadinya menunduk, menoleh ke Delia dan menegakkan kembali kepalanya."Santet? Apakah ada Dukun yang bisa?" tanya Delima penasaran. Dalam hatinya, jika memang ada Dukun yang bisa melakukan hal itu, maka Delima akan lakukan apapun, agar sang suami kembali ke pelukannya."Itu, emmm ...." Delia tampak ragu. "Kenapa?" kejar Delima tak sabar."Delia kurang tau, Bu. Tapi kalau yang bisa ngasih pelet ada.""Biasanya kan Dukun bisa semua.""
Bab43"Mas, kenapa cuma diam?"Elea merasa semakin kesal dengan sikap Arya malam ini. Entah kenapa, Arya nampak begitu gelisah."El, jika aku bawa kamu ke rumah itu lagi, kamu akan diserang Delima. Bagaimana aku bisa lindungi kamu? Sedangkan setiap hari aku harus ke kantor.""Pokoknya nggak mau tahu, aku harus kembali ke rumah itu. Aku pengen lihat nantinya, apakah Delia berani terus menghinaku seperti ini di sosial media.""El, kamu di sini saja, nggak usah kembali ke sana lagi. Setiap minggu, mas akan adil untuk berkunjung." "Mas," rengek Elea."Sudah, oke. Besok mas akan pulang ke rumah, kamu baik- baik sama Ibu."Arya merebahkan diri dan menarik selimut untuk tidur. Elea terdiam sejenak, sibuk dengan segala pikiran kacaunya."Entah mengapa, aku merasa ada yang berbeda," gumam Elea dalam hati. Wanita itu mencoba sabar dan tidak memaksakan kehendaknya secara berlebihan.Sejujurnya, Elea ingin sekali kembali ke rumah itu lagi, dan melakukan pembalasan kepada Delia yang selalu saja
Bab44Delima menangis tersedu- sedu. Arya kemudian memeluk istri pertamanya itu, dan mencoba menenangkannya.Tanpa di sadari keduanya, Delia tersenyum di depan pintu dan memasukkan ponselnya ke dalam kantong celana.Dengan langkah cepat, Delia pergi menuruni tangga dan menuju kamarnya.Di dalam kamar, Delia mengedit hasil rekaman video percakapan Arya dan Delima."Yes selesai." Delia tersenyum jahat dan mengirimkan video hasil edit itu, ke W**** Elea."Mampus kamu, rasakan!!" maki Delia pada ponselnya, seolah- olah itu adalah Elea.Bukan cuma itu, Delia pun mengunggah video itu ke akun sosial medianya, melancarkan aksinya merusak nama baik Elea.Malam itu, Elea pun membuka ponselnya yang berdering.Dengan mata yang mulai berkaca- kaca, Elea menonton video itu sampai selesai."Rupanya kamu hanya mengasihani aku, Mas. Baiklah, jika itu memang isi hatimu yang sebenarnya. Maka aku tidak akan segan- segan lagi," gumam Elea.Dengan langkah tergesa, Elea memasukkan semua baju- bajunya ke dal
Bab45"Bi, biarkan itu menjadi urusan saya," tegas Elea lagi dan berjalan memasuki rumah. Bi Ijah hanya terdiam, melihat Elea memasuki rumah. Bi Ijah bingung harus bagaimana, sehingga lebih memilih diam.Sedangkan di ruang makan, Delima, Arya dan Delia sedang menyantap makan malam.Sedangkan Andre sudah 2 hari ini di tugaskan keluar kota."Dimana mereka, Bi?" tanya Elea, sembari memasukkan kopernya ke kamar tamu."Di ruang makan, El.""Oke." "El.""Ya."Elea menoleh ke arah Bi Ijah dan menutup kamar tamu yang akan di tempatinya sementara.Tentu saja sementara, karena Elea berencana akan meminta dibuat kan kamar pribadi yang besar dan luas."Benar kamu menikah dengan tuan Arya? Maaf kalau Bi Ijah lancang."Elea hanya tersenyum dan berlalu tanpa menjawab apapun.Elea berjalan menuju ruang makan, dan terdengar suara bercengkrama ketiganya yang nampak asik."Apa maksudnya Mas Arya ini? Di depanku seolah dia tidak menginginkan Delima, tapi di belakangku, mereka nampak begitu harmonis," g