Share

Kamu Lupa?

Di sisi lain, Travis tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Senjani sejak gadis itu masuk.

Travis terus memperhatikan gerak gerik gadis yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama itu tanpa berkedip.

"Tolong berbaring di tempat tidurnya tuan, karena saya akan memberikan bius untuk mengeluarkan peluru dan menjahit lukanya." ujar Senjani dengan tersenyum ramah meskipun dalam hati gadis itu ketakutan karena tatapan Travis yang seolah olah memelototi dirinya bahkan tidak mengalihkan pandangan darinya.

"Lakukan tanpa bius, aku bisa menangani rasa sakitnya." jawab Travis tapi matanya terus menatap ke arah Senjani.

Bukan tanpa alasan Travis berkata seperti itu, dia hanya ingin melihat wajah dokter yang akan mengobatinya itu dan jika dia dibius maka dia tidak akan bisa melihat wajah Senjani karena terpengaruh obat biusnya. Lagi pula luka kecil seperti ini bukanlah masalah besar untuknya, di rumah pun sebenarnya bisa diobati oleh dokter profesional yang dia punya tapi asistennya itu terlampau cerewet sampai sampai membuatnya kesal dan akhirnya menyetujui untuk pergi ke rumah sakit. Dan secara kebetulan dia malah kembali bertemu gadis tempo hari yang sudah menamparnya di club malam itu.

'Kebetulan sekali kita kembali bertemu di sini Senjani, sepertinya saya telah salah paham karena mengira kamu adalah jalang tempo hari, tapi karena itu pula saya menjadi sangat tertarik pada kamu. Dan apapun yang membuat saya tertarik tidak akan saya lepaskan begitu saja, termasuk kamu' batin Travis tersenyum menyeringai.

"Eh? Tapi tuan, ini akan sangat sakit jika anda tidak menggunakan obat bius. Saya tidak mau ambil resiko jika anda kenapa kenapa karena tidak mau menggunakan obat bius." ujar Senjani dengan menukikkan alisnya kesal.

Travis tersenyum, "Tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggung jawaban kamu untuk ini kecuali untuk hal lain,"

"Hah?" beo Senjani, dia semakin di buat bingung dengan pasiennya itu, namun karena melihat sang pasien yang terlihat baik baik saja tanpa merasakan kesakitan bahkan dia juga sempat mendebat Senjani membuat gadis itu menghela napas lalu mengangguk perlahan.

"Baiklah, aku akan melakukannya dengan sangat hati hati tuan. Semoga anda tidak menyesal karena tidak mau menggunakan bius," ujar Senjani dengan nada sedikit jengkel.

Baru kali ini dia menemukan pasien yang aneh dan sangat menyebalkan seperti orang yang ada di depannya ini. Mungkin karena dia orang penting makanya sifatnya seperti itu, bahkan satu lantai ini di sewa hanya untuk ruang rawatnya saja. Ini jadi membuat Senjani berpikir seberapa kaya lelaki di depannya ini ya sampai bisa menyewa satu lantai VVIP hanya untuk ruang rawatnya saja.

'Percuma kaya jika sombong dan menyebalkan' Batin Senjani dengan menggelengkan kepalanya.

Lalu gadis itu memulai operasinya untuk mengeluarkan peluru dalam lengan yang dekat bahu itu dengan hati hati. Dan selama melakukan tugasnya Senjani tidak mendengar keluhan apalagi ringisan dari lelaki yang ditanganinya itu, dan pernah sesekali Senjani melirik lelaki itu untuk melihat ekspresi nya namun malah Senjani yang dibuat tercengang karena ekspresi datar dan mata yang terus terpaku ke arahnya.

'Lelaki ini kenapa sih? Dari awal datang matanya tidak pernah teralihkan ke arah lain. Selalu menatapku, bahkan saat ini pun bukannya merasa kesakitan dia malah terlihat santai dengan wajah datarnya itu. Apa jangan jangan pasienku kali ini adalah monster?' Batin Senjani namun detik berikutnya dia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk fokus pada kerjaannya agar tidak terjadi kesalahan yang bisa membuat dirinya dan pekerjaannya dalam bahaya.

Helaan napas lega keluar dari belah bibir Senjani, begitupun suster yang membantunya operasi karena operasi itu berjalan lancar bahkan tanpa obat bius yang seharusnya mereka pakai.

"Sudah selesai tuan, anda bisa beristirahat setelah ini. Saya pamit pergi dulu, pencet tombol ini saja jika anda membutuhkan sesuatu. Saya akan segera datang." ujar Senjani berniat untuk pergi setelah sebelumnya membungkuk kecil dan disertai dengan senyuman manis yang dibuat buat.

"Tunggu dulu," panggil Travis mencegah langkah Senjani untuk keluar dari ruangan yang terasa pengap menurutnya itu.

"Ya? Tuan? Anda membutuhkan sesuatu? Atau ada keluhan?" tanya Senjani dengan lembut.

Bibir Travis terangkat menciptakan seringaian di wajahnya, " Anda tidak mengingat saya nona Dokter galak?"

Kening Senjani berkerut bingung, "Maaf? Anda memanggil saya apa tadi? Dan memangnya kita pernah bertemu ya?"

"Pernah, dan kamu melupakan pertemuan kita itu," Dengan yakin Travis berkata membuat Senjani juga yakin mungkin pasiennya itu terkena efek karena tidak memakai bius saat di jahit tadi makanya berbicara melantur seperti barusan.

Tapi tentu Senjani tidak bisa sejahat itu mengatakan jika pasiennya ini pasti melantur, "Ah saya rasa anda memerlukan istirahat tuan. Saya akan kembali ke sini untuk memeriksa keadaan anda setelah tiga jam."

Dan kali ini Travis membiarkan gadis itu untuk pergi dari hadapannya. Tidak menahan Senjani lagi karena dia tahu gadis itu sungguh berkata jujur jika tidak ingat dengan pertemuan mereka berdua yang ada di club.

"Tuan, bagaimana keadaan anda sekarang? Saya dengar anda menolak untuk memakai bius saat operasi berlangsung. Kenapa anda melakukan itu tuan? Saya benar benar sangat khawatir pada anda," Dion masuk dan langsung bertanya dengan nada khawatir.

Travis yang mendengarnya menghela napas, asisten pribadi pilihan ibunya ini benar benar sangat duplikat ibunya sekali. Super duper cerewet mengenai kesehatan Travis.

"Aku tidak apa apa Dion, tapi jika kamu terus melanjutkan kalimat panjang kamu itu aku tidak yakin kepalaku tidak akan sakit. Berhentilah mengomel," ujar Travis datar membuat Dion detik itu juga bungkam.

Travis melirik pada bawahannya itu lalu mengangguk, "Bagus lebih baik seperti itu kamu diam dan jangan beritahu pada mommy."

Dion terlihat akan memprotes ucapan Travis, "Untuk yang itu saya tidak bisa tuan, nyonya Irene pasti akan mendesak saya meskipun saya mencoba tidak memberitahukan nyonya besar soal ini."

Travis mendengus mendengar perkataan Dion barusan, "Kamu ini sebenarnya asistenku atau mommy ku sih?"

Dan Dion tertawa mendengar itu, "Tentu saja saya adalah asisten anda tuan tapi saya juga bekerja untuk nyonya Irene untuk melaporkan semua yang terjadi pada anda."

"Ck terserahlah, omong omong ternyata kamu benar Dion. Gadis itu seorang dokter dan dia yang baru saja menangani ku tadi. Aku bersumpah dia terlihat sangat mempesona saat sedang serius menjahit luka ku ini," Travis tersenyum kecil seraya melirik lengannya yang sudah di perban dengan rapih.

Dion terdiam, "Ah apakah ini alasannya anda tidak mau di bius agar bisa melihat dokter cantik itu bekerja,"

"Tentu saja, tapi yang membuatku agak kesal adalah karena dia melupakan ku. Melupakan pertemuan kita berdua sebelumnya."

Dion yang mendengar itu memutar bola matanya malas, "Oh tuan, tentu saja nona itu tidak akan mengingat anda. Waktu itu dia dalam keadaan mabuk dan juga anda itu adalah orang asing baginya. Jadi wajar jika dia melupakan anda tuan Travis."

"Dia seharusnya tidak boleh melupakanku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status