Mendadak Jadi Pengantin Kekasih Sahabatku. Aku Amira Anggraini. Niatku datang ke pernikahan Evita–sahabatku berujung petaka. ternyata Evita kabur di hari pernikahannya. Sialnya lagi aku yang yang di suruh untuk menggantikannya, jadi Pengantin pengganti. Semua yang terjadi bagaikan mimpi buruk, sikap Raka–kekasih Evita yang kini jadi suamiku, begitu sangat dingin dan cuek. Pernikahan macam apa yang harus kujalani ini? Kenapa tiba-tiba Evita pergi di hari bahagianya? Bukankah ini adalah pernikahan impiannya? Mampukah aku bertahan menjalani pernikahan sandiwara ini? Bagaimana jika suatu saat Evita kembali datang dan melihat kenyataan jika aku telah menjadi istri Raka? Yuk baca kisah selengkapnya hanya di goodnovel. Selamat Membaca.
Lihat lebih banyak"Sekarang kemasi barang-barangmu, kita pulang sekarang!" titahku."Enggak. Aku masih mau di sini." Amira menolak."Aku ini suamimu, wajib hukumnya seorang istri menurut apa kata suami!" Aku bersikeras."Tadinya aku pikir kamu benar-benar sudah berubah, tapi ternyata aku salah! Kamu tetap tak pernah memperdulikan perasaanki, Raka!""Apa maksudmu! Oh, aku tahu, Kamu tak mau pulang karena di sini lebih mudah bertemu dengan Arya? Begitu kan 'kan?!" Aku dongkol bukan main, tapi aku harus bisa meyakinkan Amira agar mau kuajak pulang."Jangan asal bicara! Aku bukan wanita seperti itu!" sanggah Amira."Suami macam apa yang lebih mementingkan wanita lain ketimbang perasaan istrinya?" Amira menatapku tajam."Soal Evita? Itu– itu sudah selesai dan sekarang aku mau kita mulai semuanya dari awal," kataku bersungguh-sungguh. Aku tak sanggup jika harus berjauhan lagi dengannya. Aku tersiksa tanpanya.Amira terdiam sambil menatapku dalam, sepertinya ia masih tak percaya dengan apa yang kukatakan."Am
"Tau apa Lo!" Aku membalas dengan mencengkeram Hoodie yang dikenakan Arya."Jangan Lo pikir Gue nggak tahu ya, Gue tahu semuanya!"Aku tercekat. Darimana Arya tahu Evita telah kembali, dan beberapa kali aku menghabiskan waktu bersamanya."Lo, nggak perlu tahu, Gue tahu dari mana, yang jelas, Gue nggak akan tinggal diam. Gue akan rebut Amira dari Lo, biar Gue yang bahagiain dia. Ngerti Lo!"Arya melenggang begitu saja meninggalkan teras rumahku usai mengatakan itu. Aku mengacak kasar rambutku.Aarrgghh! Kenapa semuanya jadi begini? Aku baru saja mengambil keputusan untuk melepaskan Evita dan ingin memperbaiki semuanya. Tapi justru Arya datang ingin mengambil Amira dariku.Enggak. Aku nggak akan biarkan itu terjadi. Amira adalah istriku, selama aku belum mengatakan kata talak, di masih sah istriku.Aku masuk ke dalam rumah, dengan pikiran makin tak karuan.*Esok harinya. Aku tak menyerah, hari ini aku akan datangi kembali rumah Caca, aku harus menemui Amira. Aku yakin Caca tahu diman
Aku melangkahkan kaki keluar apartemen, tak kupedulikan teriakan Evita memanggil namaku."Raka!""Raka! Aku bersumpah, Kamu akan menyesal udah giniin aku Raka!" Evita masih terus berteriak histeris. Aku tetap melangkah dengan pasti. Meski suasana hatiku saat ini sangat kacau. Aku kecewa.Sampai di depan, aku langsung meminta pada pihak keamanan apartemen, untuk mengusir Evita, membawa serta semua barang-barangnya. Aku tak peduli dia mau tinggal dimana aku tak mau tahu.Aku telah kecewa untuk yang kedua kalinya dengan orang yang sama.Sosok yang aku pikir menjadi tempat aku melabuhkan cinta, nyatanya itu semua hanya tipu muslihat. Cinta, Ah aku seperti baru menyadari, kebersamaanku akhir-akhir ini bersama Evita hanya sebuah perasaan semu, untuk menutupi kekosongan hati ini. Ya, hati ini terasa kosong dan hampa tanpa kehadiran Amira di sisiku.Setiap hari bahkan setiap detik, aku selalu diliputi rasa gelisah, khawatir, cemas tentang keberadaan Amira. Betapa bo dohnya justru datang pa
Raka Pov.Aku berjalan tergesa-gesa menuju ke unit apartemen dimana Evita berada. Aku ingin menuntut penjelasan padanya.Ketika sampai di depan unit apartemen, aku mengetuk pintu tapi sepi, sepertinya Evita sedang tidur, tak ada sahutan apapun dari dalam.Sebenarnya bisa saja aku langsung membuka pintu dan masuk, karena aku juga memiliki kartu aksesnya, tapi aku segan, dan memilih di bukakan pintu oleh Evita.Sekitar lima menit belum ada jawaban dari dalam. Aku memutuskan untuk menghubungi Evita. Tersambung tapi tidak di angkat. Perasaanku mendadak tidak enak, takut terjadi suatu hal yang buruk dengan Evita.Akhirnya aku memutuskan untuk langsung masuk saja."Evita! Vita! Kamu di dalam?" panggilku, sambil mengetuk pintu kamar, tapi tetap tak ada sahutan dari dalam."Evita!" Aku memutar handle pintu kamar, hingga terbuka pintunya. Ternyata sepi. Tak ada Evita di dalam kamarnya. Aku melangkah ke kamar mandi yang berada di dalam kamar, barangkali Evita sedang mandi."Vita! Kamu di dalam?
"Mau apa kamu kesini, Evita?" tanyaku membuatnya terkejut dan langsung berbalik badan, kini posisi kami berhadapan di teras rumah.Evita tersenyum simpul menatapku."Memangnya salah ya, seorang sahabat, datang mengunjungi sahabatnya?" imbuhnya lagi sambil melangkah melewatiku, melenggang dengan santainya memasuki ruang tamu rumah ini."Evita. Nggak perlu basa-basi! Kamu mau apa kesini?" ucapku tegas. Entah dia tahu dari mana aku ada di sini."Rupanya di sini kamu sembunyi? Ehm, rumahnya cukup nyaman, pantas saja kmu betah di sini? Walaupun sendiri. Tapi bagus sih, aku jadi bebas berduaan dengan Raka." Evita pun berbalik badan, dengan senyum merekah."Mau apa kamu kesini? Kalau cuma mau buang-buang waktuku, mending kamu pergi, aku mau istirahat!" "Aku, cuma mau memastikan apa informasi yang kudapatkan dari orangku, itu benar, atau salah. Ternyata benar." sahutnya kini ia duduk dengan santai di ruang tamu."Sudahlah Evita, cukup basa-basinya! Mau apa kamu kesini?!" kesalku."Oke. Seben
"Suaminya sedang berada diluar kota Dok! Saya tetangganya. Apa ada suatu hal yang membahayakan dengan kandungan Amira Dok?" Caca dengan cepat menjawab pertanyaan dokter, di saat aku kehilangan kata-kata untuk sekedar menjawab dimana suamiku berada."Oh. Seperti itu. Ya tidak apa-apa. Ehm, begini Bu, kandungan Ibu lemah, ini bisa jadi di picu karena Ibu banyak pikiran, kecapekan, atau kurang istirahat. Saran saya, untuk tiga hari ke depan Ibu harus badrest total.""Bedres Dok?" "Ya! Hanya rebahan di tempat tidur, makan, minum di tempat tidur. Ya, kecuali untuk urusan ke kamar mandi itu pun kalau bisa jangan sering-sering ya Bu. Tujuan saya tadi menanyakan suami Ibu, itu karena saya ingin menyampaikan langsung pada beliau, meminta kerjasamanya dengan beliau agar sama-sama mengerti dengan kondisi Ibu saat ini," jelas Dokter Syifa."Kondisi janinnya sehat, hanya perlu banyak istirahat. Itu saja, nanti saya resepkan obat penguat kandungan dengan vitaminnya. Apa ada yang ingin ditanyakan
Amira POV.Sudah hampir dua Minggu aku di sini, di sebuah rumah kontrakan kecil tak jauh dari rumah Caca. Ya, hanya Caca yang bisa aku mintai tolong."Mir, gil4 Lo!, tadi ada laki Lo datang ke rumah Gue, untung Lo nggak tinggal di rumah Gue jadi nggak sampai ketemu dia. Eh Lo benar-benar ya! tega Lo bohongin Gue sama Yunia!" Caca langsung nyerocos begitu masuk ke dalam rumah hari itu."Gue bohong apaan?" tanyaku bingung."Lha itu, ternyata cowok ganteng yang waktu itu nggak sengaja ketabrakan sama kita di Mall itu ternyata suami Lo! Kenapa Lo diem aja waktu itu, padahal Gue sama Yunia udah pada langsung kesemsem sama dia karena ganteng, eh taunya dia itu laki Lo!" Caca berkata dengan sambil melotot menatapku.Aku hanya nyengir. Akhirnya aku ceritakan semuanya sama Caca, termasuk duduk permasalahan mengapa aku memilih menyendiri di sini saat ini. Alhamdulillah Caca bisa mengerti. Entah kalau yang tahu hal ini adalah Yunia mungkin tak bisa semengerti Caca."Ya Allah kasihan banget sih L
"Surat gugatan cerai sudah masuk ke pengadilan.""Oke. Bagus!" Aku lega mendengar pernyataan pengacara yang kubayar untuk membantu proses perceraian Evita dengan suaminya.Lebih cepat lebih bagus, agar Evita segera terbebas dari pernikahan yang tak sehat itu. "Tapi ....""Tapi apa?""Apa Anda yakin, akan membantu dia untuk segera lepas dari suaminya?" Pak Azizi bertanya seolah meragukan keputusanku."Apa maksud Anda bertanya begitu? Tugas anda cukup jelas. Bantu Evita untuk secepatnya bisa bercerai! Paham!"Pak Azizi terpana, karena aku sedikit meninggikan suara."Baik. Tapi saran saya, Anda pikirkan lagi, kalau ada waktu temui Pak Satya, suaminya Evita."Aku langsung menoleh, merasa aneh. Untuk apa aku menemui dia? Laki-laki brengsek yang suka menyakiti perempuan? Main tangan, kasar sama perempuan."Untuk apa?""Anda akan tahu jawabannya setelah nanti bertemu dengan beliau. Saya permisi."Pak Azizi langsung pergi usai mengatakan itu. Membuatku bingung.Setelah perbincangan dengan Pa
"Bagaimana sudah ada kabar keberadaan Amira?" tanya Papa melalui sambungan telepon. Nada bicaranya terdengar sangat dingin."Belum."Terdengar tarikan napas berat diujung sana."Menyesal Papa menyandingkan wanita sebaik dia untuk Kamu!" pedasnya."Dosa apa Papa memiliki anak bo doh sepertimu Raka!" umpatnya lagi.Aku sudah terbiasa dengan semua umpatan Papa. Jika sedang marah, Papa tak segan mengeluarkan kata kasar untukku meski aku adalah darah dagingnya sendiri."Tak perlu datang ke kantor sebelum Amira ditemukan, paham!" Panggilan terputus secara sepihak.Aku tarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Amira, kamu dimana? Pulang lah Sayang, maafkan aku." Aku bermonolog.Aku menatap pesan di masangger yang Amira kirimkan beberapa jam lalu, entah sudah berapa kali aku membacanya berulang kali.Aku pun langsung membalas pesan itu, Tapi Amira tak online lagi, dan mengabaikan pesanku."Amira, mengapa kau menghukumku? Dengan cara seperti ini?" Aku bermonolog, mengusap kasar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.