Bukan kenal lagi! Aku ini adik kandungnya Nyonya Mahendra itu!Dinda berteriak demikian tetapi hanya sebatas tenggorokan."Aduh! Tiba-tiba kepalaku pusing, Ren. " Dinda mengeluh pada Reni. Padahal dia sebenarnya ingin segera pergi dari sini, ingin lari dari kenyataan yang baru saja dilihatnya tadi dan membuatnya syok berat."Ayo pulang saja." Dinda mengajak Reni untuk pulang."Lho, kok pulang? Perawatannya bagaimana?" Tanya Pengurus Salon.“Tidak jadi, besok saja." Jawab Dinda sambil segera menarik tangan Reni untuk buru-buru keluar dari salon.Sepanjang perjalanan pulang Dinda termenung. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya tadi."Aku benar-benar masih kurang percaya, kalau tadi adalah Mia dan suaminya yang miskin itu. Masa iya sih Gara seorang pengusaha?” Dinda berkata pelan, sambil mengurut pelipisnya.“Iya, aku juga merasa seperti tidak percaya. Tapi mendengar penjelasan dari pengurus salon tadi dan melihat penampilan mereka, lalu mobil yang dibawa suaminy
"Hehe. Tapi bukan sayang. Jadi aku hanya meneruskan pekerjaan pamanku. Kebetulan paman dulu adalah orang kepercayaan Keluarga Mahendra yang mengurus Perusahaan cabang milik Tuan Gara. Karena Paman sudah sangat tua dan tidak punya keturunan, jadi mempercayakan semua itu padaku."Dinda hanya mengangguk kecil. Di dalam hatinya ada kekecewaan yang begitu besar. Ternyata calon suaminya ini bukan pemilik asli perusahaan itu. Hanya sebatas orang yang dipercaya untuk mengurus saja.Malam ini Dinda tidur dengan sangat gelisah.Besoknya, Rumah Dinda sudah terlihat ramai. Mereka mulai menyiapkan segalanya untuk menyambut acara besok.Tidak banyak tetangga yang diundang Rita ke rumah, hanya tetangga kanan kiri saja. Rita sengaja melakukan itu karena semua persiapan pesta sudah diserahkan kepada oleh tim pekerja saja.Urusan dekorasi juga pada mereka yang menyewakan. Sementara urusan hidangan sudah diserahkan pada penyedia jasa catering. Jadi mereka hanya bersantai saja."Din.. kok kamu nggak ke s
Hari yang dinantikan keluarga Bu Rita akhirnya datang juga!Pesta Pernikahan Dinda digelar secara meriah sore ini, di halaman luas milik rumah mereka dengan dekorasi cantik dan tentunya mahal bagi mereka yang tinggal di perkomplekan seperti ini.Sementara pernikahan sudah dilaksanakan pagi tadi di kantor KUA yang tidak jauh dari rumah mereka.Tamu undangan sudah mulai berdatangan, meskipun belum seberapa ramai.Sanak famili juga sudah datang untuk menghadiri pesta. Pihak keluarga pengantin pria pun sudah sejak tadi datang untuk mengantar mempelai prianya.Mobil-mobil bagus milik keluarga pengantin pria berjejer di parkiran, tanda bahwa Besan Bu Rita ini benar-benar dari keluarga kaya raya.Para tetangga banyak yang berdecak kagum."Dinda beruntung banget ya? Dapet suami orang kaya. Tidak seperti Mia, katanya suaminya kerjaannya cuma kuli, ngajak minggat pula!" Bisik-bisik para tetangga.Pasangan pengantin terlihat sudah duduk manis di pelaminan yang indah.Keluarga pengantin pria di
"Ibu, maaf ya. Baru bisa datang. Soalnya, Gara sibuk sekali dengan kerjaan. Sampai nggak sempat antar Mia kesini." Mia menyambut tangan ibu dan ayah secara bergantian setelah itu diikuti oleh Gara.Silvia melongo seperti Kerbau. Menatap Gara dan Mia secara bergantian.Farhan juga sama saja, sementara Wibowo langsung berdiri."Kalian? Ya ampun. Gara, Mia! Kenapa baru pulang?" Wibowo yang sudah menduga sebelumnya jika menantunya ini tidak semiskin yang mereka kira, masih hampir jantungan melihat penampilan menantunya seperti ini."Maaf, Ayah. Gara sangat sibuk belakangan ini. Tapi ayah sehat kan?" Jawab Gara dengan sopan."Ayah sehat kok, jangan khawatir.""Syukurlah."Mia beralih pada Silvia dan menyalaminya."Kak Silvia, bagaimana kabarnya?""Baik kok, ini beneran kamu Mia ya?" Sambil bertanya, sambil melirik perhiasan yang dikenakan Mia."Ya iyalah kak, masa lupa sih?""Oh.. Kamu bisa cantik juga ya? Hem, itu Gara, pakai sewa-sewa mobil segala kesini." Ucapnya."Gara nggak sewa mobi
Gara menatap Alex dengan seksama."Iya benar? Kamu kenal denganku?""Astaga! Tuan! Tuan Gara, saya ini Alex. Pengurus Perusahaan Cabang Mahendra Grup X. Yang menggantikan Paman Martin. Kita sudah beberapa kali bertemu. Anda tidak mengingat saya?"Gara terdiam sejenak, tampak mengingat-ingat. Grup X adalah cabang kecil milik Gara yang kesekian. Dia agak sedikit susah mengingat karena Cabang Perusahaan miliknya memang banyak."Sebentar. Grup X. Pak Martin yang beberapa bulan kemarin mengundurkan diri dan mengusulkan keponakannya sebagai penggantinya?" Gara mulai mengingat."Tepat sekali , Tuan. Iya benar.” Jawab Alex begitu mantap."Oh… Alex Fernando?" Sekarang Gara sudah bisa mengingat dengan jelas siapa pria di depannya ini."Iya, Tuan.""Astaga! Jadi kamu yang menikahi Adik iparku ini rupanya?" Ucap Gara.Alex mengangguk mantap, dan terlihat begitu bangga. Ternyata dia mendapatkan istri yang punya hubungan dekat dengan atasan tertingginya.Lalu menoleh pada Dinda, Ibu, Bapak dan Sil
Pesta pernikahan Dinda sudah selesai.Dekorasi pelaminan sudah mulai dibongkar satu persatu dan para staf wo sudah mengemas kembali barang-barang sewaan.Rumah keluarga Wibowo kembali terlihat sepi.Sebagai pengantin baru Dinda seharusnya terlihat bahagia sebagaimana mestinya pengantin baru pada umumnya.Tetapi saat ini Dinda tidak begitu. Sepertinya kedatangan Mia dan suaminya ke pestanya semalam begitu mempengaruhi perasaan hatinya dalam sekejap. Terbukti saat ini dia terlihat sedang melamun menatap kotak perhiasan di tangannya.Kenapa Mia bisa bernasib begitu sangat beruntung?Kerjanya hanya dirumah. Tidak pernah bergaul dan tidak pernah keluar rumah selain ke toko dan ke pasar saja. Tetapi bisa mendapatkan suami pengusaha terkenal seperti Gara.Sedangkan dirinya saja yang sudah mati-matian bekerja dari pagi hingga sore, bergaul kesana kemari dan berbaur dengan anak-anak orang kaya, hanya mendapatkan seorang Alex.Tadinya dia mengira jika Alex adalah seorang Pengusaha. Pebisnis! Te
"Ya iyalah. Masa salahku? Apa salah ayah, atau Mia, begitu? Bahkan mereka sudah memperingatkan kalian! Tapi kalian ngotot. Kalau tidak, salahkan saja adik kamu yang manja itu! Suruh saja dia minta uang sama suaminya buat membayar hutang. Kan suaminya itu pengusaha. Cabang dari Perusahaan Mahendra Group. Kaya kan?" Sahut Farhan penuh kekesalan.Lalu Farhan ingin melangkah untuk keluar dari kamar."Kamu mau kemana, mas? Aku belum selesai bicara!" Silvia menarik tangan Farhan."Kerja!" Farhan menarik kembali tangannya."Ini kopinya diminum dulu, aku sudah buat, sayang!” Rayu Silvia, mau tidak mau dia harus bisa membujuk suaminya agar bisa mencarikan dana lagi untuk menutupi hutang-hutangnya.Tetapi rupanya Farhan sudah malas pusing."Nggak usah. Ini sudah siang. Nanti telat masuk Kantor, aku bisa dipecat pula, jadi pengangguran, tambah pusing malah!" Jawab Farhan kemudian melangkah keluar dari kamar.Saat membuka pintu, ada ibu mertuanya yang sedang berdiri di sisi depan pintu."Ibu.. Nga
"Kalau kamu nggak terima, antar Mia ke ibu kamu saja. Atau kamu bawa saja dia kerja!"Wibowo tidak lagi bisa protes. Dalam diam, dia hanya bisa bersabar menghadapi istrinya.Wibowo lebih memperhatikan Mia mulai saat itu. Sebelum berangkat kerja, dia akan memandikan Mia terlebih dahulu dan menyuapnya sampai kenyang kemudian berpesan, "Jangan nakal Nak ya, di rumah. Jangan ngerepotin Ibu. Nanti kalau mau mandi atau makan, tunggu ayah saja ya?"Mia yang pada waktu itu belum mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk saja dan selalu menunggu ayahnya pulang di sore hari.Begitu Wibowo pulang, pertama yang dilihat adalah Mia. Segera memandikannya dan memberinya makan. Jika tidak, Mia tidak akan mandi dan makan seharian.Mia kecil tidak tahu apa-apa, kenapa ibu tidak menyukainya? Kadang dia bertanya pada ayahnya."Kenapa ibu tidak suka padaku, ayah?”“Ibu hanya capek saja. Makanya Mia jangan nakal ya nak. Nanti ibu juga sayang kok, pada Mia.” Ayahnya akan selalu menjawab demikian.Karena itu Mia