Share

5. Foto Pernikahan Anggi dan Aslan

Thok ... Thok ... Thok! Suara pintu kamar Anggi di ketuk. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan bergegas Anggi menghampiri pintu dan membukanya.

"Iya ada apa, Mbak?" tanyanya kemudian setelah melihat seorang wanita muda mengenakan seragam putih hijau berclemek.

"Nyonya Besar memanggil Nona Anggi, beliau menunggu di meja makan," jawab asisten rumah tangga.. 

"Iya sebentar lagi aku keluar, Mbak," jawab Anggi pelan.

Semalam Anggi masih belum bisa tidur dengan nyenyak. Trauma pembantaian dengan sadis terus datang menghantuinya. Sontak sesak di dadanya dan ketakutan yang hebat datang menghampiri. Wajah Rahma yang menangis histeris dengan tangan menggapai-nggapai mengharap pertolongan terus lekat di pelupuk mata Anggi.

Setelah berdandan sekedarnya dia berjalan keluar kamar menemui Oma Gina. Seorang wanita lansia yang masih tampak kuat dan energik serta tampak dari kalangan darah biru. Rumahnya mewah dan penuh dengan bodyguard maupun pembantu rumah tangga. 

"Selamat pagi, Nyonya Besar!" sapa Anggi kepada neneknya, dengan kaku dan salah tingkah.

"Duduklah!" perintah Oma Gina lembut tapi dingin. "Kita sarapan dulu, ada yang ingin Oma bicarakan," lanjutnya.

Dia memanggil dirinya sendiri dengan menyebut Oma seolah mengajarkan kepada Anggi agar ikut memanggil Oma.Tanpa sepatah kata pun Anggi mengambil tempat duduk pas di depan Oma Gina. Sesekali mereka saling berpandangan dengan kikuk dan kaku.

"Bagaimana tidurmu semalam, kenapa matamu bengkak?" tanya Oma Gina kepo.

"Saya masih harus menyesuaikan diri, Oma," jawab Anggi pelan.

"Ayo ambil makanan yang kamu suka! Kamu satu-satunya orang yang Oma punya saat ini. Suka tidak suka kamu harus menemani Oma yang sebatang kara ini, Anggi!" ujar Oma Gina pelan.

"Baik, Oma!" jawab Anggi ragu, semua yang dihadapi seolah mimpi yang belum bisa dia terima. "Aku trauma bila harus kembali ke rumah itu lagi, Oma," gumamnya lirih.

Akhirnya mereka pun makan pagi bersama. Oma Gina perhatian sekali kepada Anggi, semua yang ada di meja makan ditawarkannya dengan lembut.

"Ayo kamu coba ini, cah sapi kailan dengan saose tiram kesukaan bundamu. Ada juga sambel goreng hati sapi kesukaan dia juga ...!" ujarnya sambil menyodorkan kepada Anggi dengan mata berkaca-kaca.

Semua seolah terbayang kembali masa kecil dan remaja Rahma. Seorang wanita manja yang sangat dekat dengan dirinya.

"Oma sayang sama bunda?" tanya Anggi pelan.

"Ya iyalah, dia anakku satu-satunya, dia manis dan sangat manja. Rahma tidak pernah bisa jauh dari mamanya," kenangnya dengan air bening yang mulai bergulir di pipinya. "Lelaki brengsek itu menghancurkan segalanya!" katanya menaha geram.

"Apakah papaku masih hidup, Oma? Bunda selalu bilang kalau papa sudah meninggal saat aku masih di kandungan," tanya Anggi pelan.

"Mungkin juga, aku sudah tidak tahu lagi kabarnya, mungkin pelakor itu sudah memperdayanya!" jawab Oma Gina sedih.

"Bahkan fotonya juga bunda tidak punya, Oma. Aku ingin melihat wajah papaku meskipun hanya sekali, bahkan hanya lewat fotonya saja, Oma!" kata Anggi memohon.

"Iya kapan-kapan Oma akan carikan fotonya, itupun kalau masih ada!" janji Oma Gina kepada Anggi.

"Terima kasih, Oma," ucapnya penuh pengharapan.

"Iya. Oh iya kalau kamu sudah siap, tentukan dimana kamu mau melanjutkan kuliah, Anggi!" pinta Oma Gina mengalihkan topik pembicaraannya.

"Aku mau kuliah yang paling dekat dengan rumah saja, Oma, sekalian aku bisa menemani Oma. Bila aku melihat Oma rasanya seperti melihat bunda. Wajah kalian berdua bagai pinang dibelah dua," kata Anggi dengan tersenyum polos.

"Iya, aku siap menuruti semua keinginanmu. Aku tidak mau kehilangan orang yang kusayangi untuk kedua kalinya," kata Oma Gina pelan menahan rasa penyesalannya.

Kemudian Anggi beranjak dari duduk dan menghampiri Oma Gina dan memeluknya dengan erat. Anggi menangis, entah apa yang membuatnya menangis. Disatu sisi dia berduka kehilangan bundanya, di sisi yang lain dia bahagia ternyata dia bukanlah sebatang kara di dunia ini, dia masih punya seorang nenek yang wajahnya mirip bundanya. Bahkan dengan kehidupan yang mewah, kehidupan konglomerat.

Kini Oma Gina tidak kesepian lagi, ada seorang cucu kesayangannya yang lama sekali diimpikan.

***

Aslan kembali masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas.

"Helo pengantin baru, selamat ya!" ujar beberapa teman sekelasnya.

Aslan terperanjat kaget, dia tidak percaya ternyata ada yang tahu selain keenam teman kampingnya.

"Siapa yang cerita kepada kalian, itu hoax, tau?" bentak Aslan berlalu pergi.

"Sialan! Siapa yang berani menyebarkan berita pernikahan itu. Kurang ajar!" geram Aslan. "Apa mereka juga tahu, aku sudah menodai seorang gadis?" lanjutnya bertanya dalam hati.

"Wah pasti sudah tahu rasanya babat lempit ha ... ha ... ha ...!" sahut salah satu temannya.

"Dasar mulut ember!" teriak Aslan kemudian mengejar temannya yang bernama Wisnu.

Wisnu berlarian di kelas mengintari bangku sambil tertawa-tawa dikejar Aslan.

Dengan emosi Aslan menghadiahkan beberapa bogem kepada temannya. Dan Wisnu pun tak mau kalah, dia pun membalas bogem Aslan. Akhirnya mereka berdua berduel hebat. Beberapa teman lelaki melerainya. Dua lelaki mendekap tubuh Aslan dan dua lainnya mendekap tubuh Wisnu. 

"Berani bicara lagi, kusumpal mulutmu!" teriak Aslan sambil menunjuk ke wajah Wisnu.

Tiba-tiba guru BP datang dengan marah-marah.

"Mentang-mentang kalian jago berduel ya? Mau aku adu di lapangan biar disaksikan teman-temanmu di sekolah?" kata guru BP berteiak emosi.

"Dia yang memulai mengejek, Pak!" teriak Aslan membela diri.

"Saya bicara apa adanya, Pak, bukannya mengejek!" jawab Wisnu lagi.

"Sudah-sudah kalian temui aku di kantor!" pesan guru BP sambil berlalu pergi.

Sepuluh menit kemudian Wisnu dan Aslan sudah duduk di ruangan guru BP, menunggu Pak Junaedi datang.

"Kalian sudah di sini?" tanya Pak Junaedi, guru BP.

"Sudah sejak tadi, Pak," jawab Aslan berbohong.

"Sejak tadi, gundulmu tuh! Mau bohongi gurumu, ya?" sahut Pak Junaedi berkelakar. "Sudah kalian tunggu orangtuamu datang baru kita bicara!" lanjutnya sambil mengambil tas dan ke luar ruangan.

"Pak, kenapa orangtua dibawa-bawa sih?" sahut Aslan.

"Iya Pak kenapa? Sekarang Bapak mau kemana?" sahut Wisnu menimpali.

"Mau ngajar dong, nanti orang tua kalian datang tolong telepon Bapak!" jawab Pak Junaedi.

"Nggak bisa begitu dong Pak, Bapak selesaikan masalah kami dulu baru pergi!" teriak Wisnu yang kesal Pak Junaedi tetap melenggang pergi.

"Kamu sih main pukul aja, kita kan cuma bercanda. Lagian kamu menikah juga bukan urusanku," hardik Wisnu.

"Kamu sendiri balas memukul aku," jawab Aslan ketus.

Ya iyalah sakit, ndak dibalas enak di kamu dong!" balasnya.

"Wisnu, kalau boleh aku tanya dari mana kamu dapat berita hoax itu?" tanya Aslan mulai merendah.

"Dari ponsel Bagus, saya menemukan video ijab qobul kamu dengan seorang gadis mengenakaan seragam SMA," jawab Wisnu.

Aslan terperenjat, tidak mengira kalau Bagus mengabadikan moment itu. Dia penasaran bagaimana foto itu diambil. Tak sabar rasanya ingin terbang menghampiri Bagus secepatnya.

Thok ... Thok ... Thok! Pintu ruang BP diketuk. Tampak orang tua Wisnu bersama orang tua Aslan.

"Ada apalagi nih, Aslan?" tanya mamanya.

"Kamu berulah apa Wisnu, bikin malu orangtua aja!" hardik papanya Wisnu.

"Kalian berantem ya? Muka pada bonyok begitu?" sahut papanya Aslan.

"Selamat datang, Bapak dan Ibu?" sapa Pak Junaedi guru BP yang tiba-tiba muncul.

"Pak Guru?" sapa mereka hampir bersamaan.

"Silakan duduk, Bapak-Ibu!" kata Pak Junaedi mempersilakan.

Mereka mengambil tempat duduk bersebelahan dengan anak mereka masing-masing.

"Bapak dan ibu, sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu kalian semua. Saya belum menanyakan secara detail permasalah mereka yang membuat mereka baku hantam. Tapi kekerasan di sekolah memang tidak dibenarkan apapun alasannya," Pak Junaedi menjelaskan.

"Iya Pak, kita juga terkejut dan penasaran, anak kita berantem karena masalah apa?" sahut papanya Wisnu.

"Masalah cewek? Rebutan cewek begitu?" papanya Aslan menimpalinya.

"Bagaimana kalau Wisnu membuka permasalahan yang sebenarnya, bisa fatal akibatnya. Hancur semuanya ...," batin Aslan.

Apa yang terjadi bila sekolah tahu bahwa ternyata Aslan menodai seorang gadis dan akhirnya harus menikahinya?

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status