Ketika Airin dan Arga sedang menikmati makanannya, dari kamarnya terdengar si kembar menangis. Buru-buru Airin bangkit menuju ke kamarnya. Argapun mengikutinya dari belakang sembari membawa mangkok mienya dan Airin.Airin menimang bayi Arfan kedalam buaiannya. Tidak lama kemudian bayi Arfan sudah tertidur kembali. Airin meletakkan kembali ke dalam keranjang bayi."Pake dibawa ke kamar segala, Mas.""Biar gak bolak-balik. Nanti keburu medok mie-nya."Arga dan Airin menikmati kembali makanannya sembari duduk di sofa kamar."Pasti capek yah ngurusin si kembar?" Arga memulai obrolan setelah mengosongkan mangkuknya."Insyaallah tidak, Mas. Yah walaupun Airin masih agak kewalahan karena ini hal baru untuk Airin. Tapi kan ada kamu, ibu dan yang lainnya ikut membantu.""Aku minta maaf yah jika tidak banyak membantu dalam mengurus si kembar.""Iya Mas tidak apa-apa. Mas Arga juga kan punya tanggung jawab sendiri di perusahaan."Arga meraih kedua tangan Airin, "kemarin Ibu mengusulkan ke Mas te
"Assalamualaikum, Rin." Arga menghubungi Airin."Waalaikumsalam. Sudah sampai mana, Mas?" tanya Airin."Sudah sampai kok. Tadi sebelum dhuhur. Hp Mas lobet, jadi baru bisa nelpon kamu sekarang." Tentu saja handphone Arga kehabisan baterai, karena sepanjang perjalanan Arga mengobrol dan video call dengan istrinya via telepon."Alhamdulillah, iya gak papa. Mas Arga Sudah makan?""Belum, Nih. Mas gak selera makan," jawab Arga lesu."Memangnya kenapa Mas gak berselera? Apa menunya gak cocok yah?""Buka begitu sayang. Mas hanya belum terbiasa makan malam tanpa ditemani istri.""Hmmm raja gombal mulai deh.""Beneran, Sayang. Apa kita video call lagi aja yah? Kamu temenin Mas makan malam.""Ya udah, nanti kita makan malam bareng sambil video call. Kebetulan yang lainnya juga sudah pada kumpul""Asik...." Arga terdengar girang.Di meja makan, Airin dan anak-anaknya menyapa Arga yang sedang menikmati makan malam lewat video call. Bu Lastri dan Mba Irma yang juga duduk di meja makan hanya meng
Pukul lima sore Mba Irma dan rombongan tiba di Anyer. Di resort yang baru selesai di bangun itu, Mba Irma sengaja menyembunyikan Airin dan si kembar di kamar resort yang agak jauh dari kamar yang sudah disiapkan untuk mereka. Mba Irma sengaja merencanakan itu untuk memberikan kejutan kepada Arga."Pokoknya kamu gak boleh keluar-keluar dulu loh, Rin. Biar gak ketahuan sama Arga. Nanti kalau sudah waktunya, baru deh kamu keluar.""Iya, Mba.""Ibu juga, Yah. Temenin Airin disini biar gak bosen.""Terserah kamu saja. Inikan idemu.""Hehehe." Mba Irma tergelak kecil. Dia sendiri sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Adiknya. Arga pasti sudah kesal karena seharian ini dia tidak bisa menghubungi istrinya.Setelah menyembunyikan Airin dan Ibunya. Mba Irma dan anak-anak berencana untuk menemui Arga di lobi resort. Dari informasi yang dia peroleh dari Mas Danu, Arga sedang rapat dengan pegawainya sejak tadi siang. Dan mungkin sekarang Arga sudah selesai dengan rapatnya."Ayah..." Aira dan Aura
Malam pembukaan resort pun tiba. Tamu undangan terlihat sudah mulai berdatangan di Aula Resort. Arga terlihat sibuk menyalami tamu-tamunya.BrughhSalah seorang pegawai laki-laki berpakaian pelayan berjalan terburu-buru hingga menubruk tubuh Arga."Maaf Pak. Saya tidak sengaja," ucap pegawai tersebut sembari menunduk."Tidak apa-apa. Lain kali mohon berhati-hati.""Iya Pak. Terimakasih. Permisi." Buru-buru pelayan tersebut berjalan dengan cepat meninggalkan Arga tanpa memperlihatkan wajahnya."Selamat yah, Mas Arga. Tempatnya indah sekali dan asri. Saya nyaman sekali ada disini. Saya yakin ini akan jadi resort halal pertama yang ada di Anyer.""Terima kasih banyak, Pak Rudi. Ini semua berkat dukungan dari Pak Rudi. Kalau bukan Pak Rudi yang menyodorkan konsep wisata halal saya ke investor. Mungkin resort halal ini hanya jadi rencana saja.""Mas Arga terlalu merendah.." Arga mengantarkan Pak Rudi dan istrinya, ke meja di mana Mr. Smith duduk juga disana."Arga, Airin mana?" tanya Mba
Arga sedang mengurus administrasi ketika dengan tergesa-gesa Mas Danu menghampirinya."Aku punya berita penting, Ga.""Kalau ini mengenai Resort, tolong Mas Danu handle dulu. Saat ini aku hanya ingin fokus untuk kesembuhan Airin." Arga menanggapi dengan tidak semangat."Bukan itu. Ini tentang kecelakaan tadi malam. Polisi menduga ada unsur kesengajaan dalam insiden itu."Dahi Arga berkerut, "Maksud Mas Danu ada orang yang sengaja merencanakan itu? Tapi siapa? Dan untuk apa?""Itu masih dugaan, Ga. Karena orang yang bertanggung jawab dengan dekorasi panggung sekarang tiba-tiba menghilang.""Menghilang?""Mungkin lebih tepatnya lagi, melarikan diri. Dan fakta yang mengejutkan, ternyata asisten pribadi Bayu pernah menemui nya di sebuah hotel.""Asisten Bayu." "Meskipun ini baru dugaan. Tapi kuat kemungkinan Bayu ada hubungannya dengan itu semua, Ga.""Kurang ajar sekali dia. Apa sebenarnya maunya? Awas kamu Bayu," ucap Arga geram sembari mengepalkan tangannya."Mohon rahasiakan ini dulu
Dua Minggu setelah kecelakaan di Anyer, Danu merasa senang begitu mendapatkan kabar dari kepolisian jika orang yang bertanggung jawab atas dekorasi panggung akhirnya tertangkap. Danu pun segera memberitahukan berita ini kepada Arga."Aku punya kabar baik, Ga. Pegawai yang melarikan diri itu sudah tertangkap.""Benarkah?""Iya, barusan pihak kepolisian mengabariku. Namun kabar buruknya dia menyangkal jika kejadian itu akibat disengaja.""Omong kosong. Bagaimana mungkin lampu sebesar itu bisa jatuh sendiri. Bagaimana dengan bukti-bukti yang ada? CCTv dan yang lainnya?""CCTv tidak ada yang menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Adapun pertemuannya dengan Rico dia memang sudah memiliki hubungan kerja dengannya sebelumnya.""Lalu bagaimana dengan bukti transfer?""Dia mengatakan itu adalah pinjaman untuk berobat anaknya.""Apa itu semua masuk akal? Apa mereka memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga meminjamkan uang seratus juta secara cuma-cuma.""Semua alibinya masih sangat wajar da
Dewi menghirup udara pagi Jakarta dari balkon apartemennya. Meskipun udaranya tidak sesegar udara di Eropa, namun dia sangat menyukainya. Sudah dua minggu Dewi pulang ke Jakarta setelah sepuluh bulan lebih kepergiannya ke Luar Negeri. Dewi tidak menyangka jika dia akan pulang secepat ini ke Jakarta. Dia pikir dulu dia akan tinggal lebih lama di Belanda untuk mungkin lima tahun lamanya, tetapi kerinduannya kepada tempat kelahirannya selalu membayang-bayanginya di sana.Dewi tersenyum kecut. Apa benar dia merindukan Jakarta? Bukan karena merindukan mantan suaminya.Ahh... Dewi menghembuskan nafas kasar. Meskipun Bayu telah menghajarnya hingga hampir mati, namun Dewi tetap tidak bisa melupannya, ataupun membencinya. Bagaimanapun juga, Bayu adalah cinta pertamanya, dan juga ayah kandung dari anaknya, Queena.Lagi-lagi Dewi tersenyum kecut. Apakah sekarang Bayu masih mengakui Queena sebagai putrinya setelah kebohongan yang dia katakan kepada Bayu. Perjalanan cinta Dewi memang benar-ben
"Nanti malam Mas, pulang telat yah. Sayang langsung tidur saja. Tidak perlu menunggu ku," ucap Arga sembari menggendong baby Arfan dengan menopangkan pantatnya di lengannya."Iya, Mas." Airin masih sibuk menyusun baju-baju si kembar. "Hemm si kembar tambah berat sekarang." Arga mencium gemas pipi anaknya."Alhamdulillah makannya doyan, Mas.""Dedek jangan minta gendong Bunda terus yah. Kasihan Bunda, nanti jadi kurus. Dan gak seksi lagi." Arga menempelkan hidungnya ke hidung anaknya lalu menyerahkan baby Arfan kepada Airin.Airin yang mendengarnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya."Mas Berangkat yah." Arga mencium kening istrinya."Iya, Mas. Hati-hati.""Iya. Kalau kangen telpon saja langsung. Jangan ditahan. Berat!"Iya, bawel," jawab Airin manja sembari mencubit gemas hidung Arga."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Pagi ini Arga berangkat ke kantor sedikit lebih awal. Mas Danu tadi mengabarinya jika pihak kepolisian sudah melayangkan surat panggilan kepada Bayu dan Asisten pr