Bara dan teman satu kelompoknya sedang berdiri untuk uparaca. Hari ini mulai PPL, temen kelompoknya yang cewek-cewek terlihat agak gugup karena baris upacara dengan guru-guru SD, mereka juga sepertinya sedang memikirkan bagaimana jalannya ngajar di hari pertama ini. Berbeda dengan Bara, Yasir dan Fatur serta dua teman cowok satu kelompoknya yang lain, mereka nampak biasa saja dengan eskpresi ala-ala cowok tebar pesona, kecuali Fatur, dia cuek aja ekspresinya terlihat datar ya begitulah.
Upacara selesai, satu guru maju kedepan dan mengambil mic dari pembawa acara. Guru itu mulai berbicara kepada murid-muridnya bahwa mulai hari ini sampai sebulan kedepan mereka semua akan diajar oleh anak PPL. Lalu guru itu menginterupsi anak PPL untuk memperkenalkan diri di tengah lapang itu satu persatu orang, ya sedikit menguji mental kalo buat orang yang demam panggung. Murid-murid bersorak ketika satu
Qiya, Rena dan Imel berjalan menyusuri terotoar untuk pergi ke perpustakaan kota yang dekat dengan polsek. Tadinya mereka mau pergi berenam tapi Sarah, Ajeng dan Rissa tidak jadi ikut karena malas katanya. Memang cuma Qiya, Rena dan Imel yang suka dengan buku-buku, tapi selain buku pelajaran tentunya.Berkali-kali Qiya mengusap dahinya untuk menghapus keringat yang mengucur. Terik matahari siang ini sangat panas, tapi tidak membuat mereka berhenti melangkah untuk sampai di perpustkaaan kota. Karena hanya disana mereka bisa membaca buku gratis, disana juga ada novel-novel remaja yang bisa mereka pinjam.Sampai di perpustakaan mereka bertiga segera masuk, dan hawa dingin dari AC mulai menyeruak terasa di kulit mereka. Ketiganya menghembuskan nafas lega setelah merasakan udara AC di dalam ruangan itu. Mereka duduk sebelum menjelajah perpus
Qiya terbangun dari tidurnya, ia merasakan sakit di bahu sebelah kanannya. Qiya menoleh ketika mendengar isak tangis dari Mamanya. Yasir yang melihat adiknya sudah sadar sontak berdiri dan menghampiri Qiya. Wajahnya terlihat khawatir dan juga marah kepada Qiya. "Lo kalo kemana-mana bilang dulu kenapa! Hati-hati juga! Mana yang sakit?" Tanya Yasir yang sedikit memarahi Qiya. Gadis itu mencebik kesal karena dimarahi Yasir, padahal ia baru sadar setelah kecelakaan, malah langsung di marahi. Qiya memegang bahu sebelah kirinya yang terasa sakit. "Ini sakit, pusing juga sedikit," Mama Qiya berdiri dan menghampiri anak perempuannya, "Ayah lagi panggil dokter biar kamu diperiksa lagi" ucapnya lembut masih dengan sisa isakannya. Qiya menga
Setelah tiga hari dirawat Qiya memaksa ingin pulang. Memang benar, siapa yang betah tinggal di ruang rawat? Karena Qiya benar-benar memaksa, mau tidak mau Dokter memberinya izin untuk pulang hari ini, dengan catatan, setiap minggu harus cek kondisi bahunya yang belum membaik.Laras mulai membereskan barang-barang mereka untuk kembali dibawa pulang, Qiya sudah berganti baju dan sangat siap mau pulang. Wajahnya terlihat cerah karena tersenyum lebar sejak Dokter memberinya izin pulang hari ini.Laras sudah selesai membereskan barang-barang mereka dan sedang menunggu suaminya yang tadi mengurus administrasi."Aku boleh sekolah kapan Ma?" Tanya Qiya.Laras menoleh, "ya kalo udah sembuh lah,"
Di minggu sore ini, Qiya duduk di bangku teras rumahnya sendirian, ia hanya ditemani dengan buku novel dan segelas susu. Cuaca sedikit mendung membuat udara dingin mulai terasa menyentuh kulit putih Qiya. Gadis itu hanya memakai celana training dan kaos oblong lengan pendek. Ia sedikit menyesal karena tidak memakai sweater, tapi juga malas kembali ke kamar karena cuaca sore ini sangat bagus untuk dinikmati.Qiya larut dalam alur cerita novel fiksi yang dibacanya sampai tidak menyadari ada seseorang yang datang di depan gerbang meminta di bukakan pintu. Orang itu kemudian mengklakson beberapa kali berharap Qiya menyadari kehadirannya.Mendengar suara bising di depan gerbang Qiya mendongak melihat pelaku kebisingan itu. Karena tidak memakai kacamata Qiya jadi sedikit sulit mengenali seseorang yang berdiri di sana.
Qiya berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas gendong merah di punggungnya. Senyum manis terus terukir di bibir tipisnya, rasa senang menguasai gadis itu karena hari ini ia sudah di izinkan masuk sekolah kembali setelah sekitar 2 minggu meliburkan diri.Bahunya masih belum pulih total tapi sudah beransur membaik karena rutin menjalani terapi. Walaupun belum leluasa menggerakkan tangan sebelah kirinya tapi semangat Qiya tidak luntur karena hal itu. Ia benar-benar bahagia karena bisa kembali sekolah dan bertemu dengan teman-temannya.Masa PPL Yasir pun sudah tinggal sisa dua minggu, setelah itu mereka kembali ke sekolah dan belajar seperti biasa. Satu minggu masih masa mengajar, dan satu minggu lagi waktu mereka untuk mempersiapkan laporan dan presentasi hasil kerja mereka selama satu b
Tidak biasanya Qiya dan Ajeng betah tinggal dikelas padahal guru di jam terakhir tidak mengajar dan mereka hanya diberi tugas merangkum yang entah akan diperiksa atau tidak nantinya.Walaupun mereka tetap dikelas sampai jam pulang, mereka berdua tidak menyentuh tugas yang di berikan sama sekali, Qiya lebih sibuk bercerita sedangkan Ajeng memperhatikannya sambil memakan cemilan yang di beli di kantin. Berbeda dengan Rena, Imel, Rissa dan Sarah. Hanya mereka berempat yang mematuhi mengerjakan tugas walaupun tetap ikut nimbrung mendengarkan cerita Qiya.Mereka berkumpul di pojok kelas yang jauh dari tempat duduk Irham, kata Qiya supaya cowok itu tidak mendengar. Dan entah angin darimana, Irham juga tidak kabur siang ini padahal setiap guru gak masuk, cowok itu juga ikutan gak masuk kelas apalagi ini di jam terakhir.
Bara tidur terlentang di atas kasurnya, matanya menatap lurus ke langit-langit kamarnya yang hanya berwarna putih polos. Pikirannya tidak lepas dari kecurigaan kepada Qiya. Hanya hal kecil yang ditanyakan Qiya dan membuat gadis itu tersenyum malu mampu membuat Bara kepikiran sampai malam.Ia sedikit takut jika kecurigaannya ternyata benar, yaa walaupun kecurigaan yang ia pikirkan berawal dari hal kecil. Tapi entah kenapa, perasaannya merasa aneh. Bagaimana jika Qiya menyukai Fatur yang jelas-jelas teman bahkan sahabat dekatnya. Apakah Yasir mengetahui hal ini?Bara tidak menyadari bahwa Qiya selalu memperhatikan Fatur, ia terlalu sibuk dengan rasa senangnya ketika Qiya sesekali melirik ke arah kumpulan mereka. Padahal mungkin, bisa saja yang Qiya lirik adalah Fatur bukan dirinya."Aaah
"Yuhuuuy!!!!!" Teriak Bara ketika ia sampai di warung belakang sekolah yang sangat amat ia rindukan selama satu bulan ini."Wedeehh kakak guru nihh udah pada selesai tugas" sahut Alan menyambut kedatangan adik kelasnya yang hari ini mulai kembali sekolah seperti biasa."Salim dulu salim sama kakak-kakak guru" ucap Riza sembari menyodorkan punggung tangannya kepada orang-orang yang ada di warung belakang.Genta memukul punggung tangan yang di sodorkan Riza. "Tunggu gue tahun depan! Bakal jadi kakak guru juga!""Aing doain maraneh supayapada kuat mental ngurusin bocah SD," kata Riza.Alan dan anak kelas 3 lainnya tertawa mendengar penuturan Riza, mereka jadi ingat tahun