Mantra Cinta Kakak Ipar

Mantra Cinta Kakak Ipar

By:  Syakhsun_muhimm  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
19Chapters
145views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Di sebuah desa di kalimantan ada beberapa ilmu hitam yang banyak digandrungi oleh para perempuan yang hendak memikat laki-laki atau menundukkan pandangan suaminya dari perempuan lain yang disebut dengan pirunduk. Ina salah satunya, ia telah lama mencintai adik iparnya sendiri hingga rasa cinta yang puluhan tahun dirasakannya itu benar-benar menggebu, membuat Ina mengambil jalan yang salah, dia mendatangi salah seorang dukun di tempatnya dan meminta mantra untuk mendapatkan hati adik iparnya itu dengan memberikan mantra pirunduk pada makanan adik iparnya.

View More
Mantra Cinta Kakak Ipar Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
19 Chapters
Bab 1
Di kamarnya, Ina tengah memainkan surai panjang hitamnya, dia menyisir begitu pelan dan penuh kelembutan. Ditatapnya wajahnya yang cantik rupawan yang tak lekang oleh usia pada pantulan cermin.“Angga, kamu masih sama seperti dulu; wajahmu, aroma harum tubuhmu dan lembut suaramu.... Ahhh, sudah sangat lama aku merindukan semua hal itu darimu. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lepas dari genggamanku.”***“Jangan dimakan! Itu bukan untukmu, itu khusus untuk Angga,” teriak Ina gegas keluar dari dalam biliknya.Galuh, baru saja pindah ke kalimantan bersama dengan suaminya. Mereka telah menikah selama lima belas tahun tahun lamanya dan setelah menikah Galuh ikut dengan Angga ke Jakarta, namun dikarenakan pekerjaan Angga dipindah ke kalimantan tempat lahir Galuh, maka Galuh dan suami pun tinggal di rumah peninggalan orang tua Galuh dan Ina untuk beberapa waktu.Ina adalah seorang janda tiga kali ditinggal mati oleh suaminya, banyak hal ganjil yang terjadi di rumah tangga Ina yang ker
Read more
Bab 2
Semalaman Ina mondar-mandir di kamarnya, ia tak tenang karena selalu memikirkan Angga pujaan hatinya. Ina seorang janda bergelimang harta yang menjadi pujangga desa ini mencintai adik iparnya sendiri. Bukan baru saja, rasa cintanya memanglah tertanam sejak lama."Mbah, tolong bantu Ina untuk mendapatkan Angga." Ina memohon pada orang pintar atau dukun yang sudah sejak lama ia kenal."Ina, kau masih saja mengejar lelaki itu. Apa kau yakin ingin merebut adik iparmu sendiri?""Yakin, Mbah. Ina harus dapatkan Angga. Selama ini Ina sudah berusaha agar terlihat menarik di mata Angga. Tapi, semuanya nihil, dia sama sekali nggak pernah lihat Ina apalagi jatuh cinta pada Ina.""Jalan satu-satunya. Pakailah pirunduk.""Pirunduk? Iya, Ina mau pakai pirunduk," ucap Ina."Iya, tapi apa kamu yakin sanggup menerima konsekuensinya?" ucap orang pintar itu meyakinkan Ina. Karena konsekuensi pirunduk itu bukanlah hal yang main-main."Yakin, Mbah. Apa pun Ina lakukan untuk mendapatkan Mas Angga.""Apa ka
Read more
Bab 3
"Ngapain lagi Ina ke tempat Mbah Iwa. Pasti ada yang nggak beres ini." Amin bermonolog setelah melihat Ina yang baru saja keluar mengendap-endap dari rumah Mbah Iwa yang terkenal sebagai orang pintar atau dukun di desa ini..."Bismillahirrahmanirrahim." Lantunan lembut terdengar dari arah kamar Galuh di tengah malam yang sunyi, sudah menjadi kebiasaannya bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan salat tahajudnya.Baru separuh ayat ia baca, tiba-tiba Alif berteriak ketakutan seperti beberapa hari ini yang terjadi padanya.Galuh gegas mendatangi dengan terbirit-birit, dibacakannya terus menerus ayat kursi di telinga anaknya itu. Angga malam ini tak pulang karena ia jadwal kerja malam. Setiap kali Angga tak ada di rumah, maka Alif akan seperti ini."Sayang, istighfar! Istighfar, ingat Allah!"Kali ini bacaan dan ucapan Galuh tidaklah mempan, Alif masih mengamuk dan berteriak tanpa henti. Galuh pun gegas menuju kamar Ina untuk meminta bantuan, namun tak ada jawaban dari dalam sana."
Read more
Bab 4
"Ina, darimana kamu semalam?" tanya Amin."Aku, darimana? Ya, nggak darimana-mana lah paman.""Bohong! Kamu habis dari rumah Mbah Iwa kan? Ayok, ngaku kamu!" Amin berusaha memojokkan Ina.Ina mengalihkan pandangan, ia juga gegas menyalakan mobilnya namun cepat sekali Amin mencabut kunci mobil dari luar mobil Ina. "Jawab. Ngapain lagi kamu ketempat Mbah Iwa. Kata kamu kan sudah insaf, kenapa kamu kembali lagi padanya?""Paman, diam! Ini urusan aku, bukan urusan paman. Terserah aku dong mauku gimana, nggak usah ngatur hidup aku!" Ina merampas kembali kunci mobilnya dari tangan Amin dan ia pun melakukan mobilnya.Amin beristighar, sebelumnya sudah berapa kali ia berusaha mengingatkan Ina untuk bahayanya berurusan dengan hal semacam itu namun Ina sangatlah bebal. Ia malah mengikuti jejak mendiang ayahnya."Ina, entah apa yang engkau rencanakan kali ini. Bagaimana pun, aku tak akan membiarkan kau merusak kehidupan siapa pun lagi."Ina baru saja pulang berbelanja dari kota, ia dengan riang
Read more
Bab 5
Galuh telah menyiapkan baju kerja milik Angga, sedari tadi ia menunggu hadir suaminya yang katanya pergi keluar mencari sesuatu itu. "Dimana Mas Angga, sebentar lagi dia harus segera berangkat kerja." Berulang kali Galuh mencoba menelpon Angga namun sama sekali tak ada satupun panggilan darinya yang dijawab. Suara hentak kaki mendekati kamar, Galuh sudah menduga jika itu adalah suaminya. "Mas, pakaian kamu!" Betapa terkejutnya Galuh karena bukanlah Angga yang datang, melainkan orang lain. "Astagfirullah," ucap Galuh. "E, Galuh. Kamu ada di sini?" tanya lelaki berbadan tinggi dengan rambut yang sedikit ikal itu. Dia adalah Ridwan, sepupunya Ina dan Galuh yang tinggal di Jawa. Ina memang sudah memberitahu Galuh akan hal itu jika sepupu mereka akan datang dan Ina juga memberitahu jika ia pergi untuk menjemput Ridwan ke bandara. "Iya, Ridwan. Baru mau sebulan aku di sini," jawab Galuh. "Oh iya, Kak Ina nya mana?""Nggak tahu aku. Aku ke sini naik ojek tadi. Tapi, Ina ada WA aku katan
Read more
Berita Duka
Galuh menatap heran pada Ina yang tengah asyik menekan layar gawainya di sofa. Sesekali ia tertawa dan tersenyum ria. Nampak saja kebahagiaan dari sorot dua matanya. "Galuh, ngapain kamu liatin aku kayak gitu? Kenapa, nggak pernah lihat orang yang lagi pacaran, heh? Ke dapur sana, masakin makan malam buat Ridwan!" titah Ina. Galuh hanya mengangguk dan gegas pergi ke dapur. Ia pun mulai memasak. Tiba-tiba Ridwan mendatangi Galuh. "Wih, masak apa nih wangi bener." Ridwan menengok masakan yang masih beradu di dalam panci. Galuh tersenyum simpul. "Masak sop ayam," jawab Galuh. "Enak bener nih. Udah lama banget nggak makan sop ayam pakai kuah telur itik." "Hehe, sebentar lagi matang kok. Kamu tunggu aja dulu." "Siap!" Ridwan pun melenggang dari samping Galuh, ia gegas mengeluarkan gawainya yang berdering. 'Assalamu'alaikum, Paman. Ada apa?' Terlihat Ridwan tengah menempelkan gawainya ke telinga. 'Apa? Baik, Ridwan secepatnya ke sana.' Mendengar ucapan Ridwan dan ekspresi yang beru
Read more
Pemakaman
Pemakaman dilaksanakan malam ini jua, digiring banyak orang menuju liang lahad. Amin mengikuti setiap rangkaian pemakan, ia juga mengazankan istrinya di tempat peristirahatan terakhir istrinya. Alunan azan yang dibubuhi dengan nada yang menyayat hati, membuat semua yang hadir juga merasakan kesedihan yang bertengger di hati Amin. "Ummi, kenapa nenek Adah nangis?" tanya Alif yang langsung membuat Galuh kaget. "Nak, kamu lihat nenek? Di mana?" tanya Galuh penasaran. Sedangkan mayat Adah sudah masuk ke dalam liang lahad. "Itu, Ummi." Alif menunjuk ke arah dekat Amin. Galuh menelan berat salivanya, getaran di dadanya memacu dan menderu. 'Acil, apakah ada sesuatu yang membuat acil tidak tenang?' Kesedihan menghujam kembali hati Galuh. Proses pemakaman pun selesai setelah talkin dan doa dibacakan. Perlahan, orang-orang pun beranjak pergi kembali menuju rumah mereka masing-masing. Tinggallah Amin, Ridwan, Galuh dan Alif. Amin masih menatap lekat onggokan tanah yang telah menimbun seluruh
Read more
Amukan Angga
Sesampainya Galuh di rumah, nampak Angga sedang tengah menunggu Galuh dan Alif, sorot matanya panas. "Assalamu'alaikum, mas," ucap Galuh yang baru saja turun dari mobil. Angga tak menjawab salam, ia menatap ke arah Ridwan yang tak turun dari mobil. "Masuk!" titah Angga pada Galuh dan Alif. "Ayok, Nak. Kita masuk!" "Hey, Angga. Lama tidak bertemu!" sapa Ridwan dari mobil. Angga hanya menjawab dengan anggukan. "Aku kembali ke rumah paman," ucapnya. "Iya," jawab Angga singkat. Mobil pun beranjak dari depan rumah. Angga melengos masuk ke rumah dan menutup pintu dengan keras, sedangkan Galuh dan Alif sudah masuk ke dalam kamar. Galuh yang melihat ekspresi Angga yang tidak begitu enak dipandang itu pun meminta Alid untuk pergi ke kamar mandi. Khawatir jika terjadi sesuatu yang todak pantas untuk disaksikan oleh anak kecil. "Alif, kamu cuci kaki sama tangan dan gosok gigi sama ambil wudhu dulu ya sebelum tidur!" ucap Galuh sangat lembut. "Iya, ma." Gegas Alif
Read more
Tangisan Tengah Malam
Angga telah kembali ke kantornya karena memang jadwalnya bekerja malam. Galuh tak bisa memejamkan mata, rasa sakit hatinya tak jua menuntunnya untuk pergi ke dunia mimpi. Sesak di dada tak jua pudar, Galuh hanya bisa meneteskan air mata tanpa suara isak dari kedua bibirnya. 'Mas, kenapa kamu berubah?' pertanyaan yang sama selalu menghantui pikiran Galuh kala ini jua. Jam telah menunjukkan pukul satu malam. Suara isakan terdengar mendayu, Galuh gegas menajamkan gendang telinganya. "Kak Ina?" Galuh bermonolog. Galuh pun mengambil jilbab dan memasangnya, gegas ia menuju kamar Ina. Ia pun mengetuk pintu kamar Ina perlahan. "Kak, Kakak. Kak Ina.." Berulangkali Galuh berusaha memanggil Ina, namun tak ada jawaban. Suara tangisan itu juga tiada terdengar lagi setelah Galuh keluar dari biliknya. Galuh pun meraih knop pintu kamar Ina, namun ternyata pintunya tidak dikunci. Dengan penuh pertimbangan, Galuh pun akhirnya memberanikan diri membuka pintu kamar Ina. Gelap, tidak ada cahaya sed
Read more
Kembalinya Jati Diri
Kejadian menyedihkan itu telah berlalu seminggu lamanya, kian hari Angga semakin berubah kembali sikapnya semula. Angga datang dari kantornya, tak lupa makanan ia bawa untuk istri dan anaknya setelah lebih dari seminggu ini ia tak membawanya. "Assalamu'alaikum, sayang," ucap Angga. Tapi yang ia dapati ternyata Galuh sedang tertidur dengan Alif. Angga tersenyum simpul lalu mengecup lembut rambut Galuh, membuat Galuh terbangun dari tidurnya. "Maaf sayang Mas ganggu tidur kamu ya?" ucap Angga. Gegas Galuh bangkit. "Mas, kamu udah pulang. Astaghfirullah, maaf mas, Galuh ketiduran." Galuh mengucek kedua matanya. "Nggak papa. Itu Alif nggak sekolah?" tanya Angga seraya melepas jaket dan baju kerjanya. Mengganti pakaian. Galuh turun dari ranjang, ia gegas mengambil kerudung dan memasangnya. "Katanya Alif nggak enak badan, Mas. Udah seminggu ini badannya dingin. Makanya aku nggak izinin dia buat sekolah dulu hari ini." "Demam?" tanya Angga. "Enggak, Mas. Aku sudah bu
Read more
DMCA.com Protection Status