Share

Lemari Mencari Tumbal
Lemari Mencari Tumbal
Author: A_W

BAB 1

Senin malam, Maya tiba di rumah Eyangnya bersama dengan saudara laki-lakinya Reno dan kakak iparnya Nanda menggunakan mobil.

“Brakk!”

Pintu mobil ditutup. Mereka semua keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu,

“Tok tok tok… Assalamualaikum…”

Reno mengetuk pintu sembari mengucapkan salam.

Beberapa saat kemudian, seseorang membukakan pintu,

“Waalaikumsalam… Eh, den Reno, non Maya dan non Ayu. Masuk den, non”

“Ah, Nggeh bi”

Seorang pembantu rumah tangga yang bekerja dirumah Eyangnya Reno dan Maya menyambut kedatangan mereka dan mempersilahkan mereka masuk kedalam.

Tiba-tiba,

“Wusshhhh”

Sekelebat bayangan hitam terbang dan seketika menghilang dari pandangan Maya. Sontak, Maya langsung terdiam mematung disamping Reno.

“May, kamu kenapa?” Kata Reno sembari menepuk bahunya Maya.

“Ha!? Ah, tidak kok kak, tidak apa-apa” Seketika Maya langsung tersadar dari lamunannya ketika Reno mengejutkannya dan Maya mencoba untuk tidak berkata apapun tentang apa yang dilihatnya tadi.

Kemudian, mereka berjalan ke ruang tamu untuk beristirahat sejenak karena baru saja tiba disana.

“Emm… Den Reno mau minum apa? Teh? Atau apa?” Tanya pembantu itu

“Air putih saja bi” Kata Reno kepada pembantu itu.

“Kalau non Ayu dan non Maya?”

“Sama aja bi” Jawab Maya dan Ayu.

“Oh, yowes. Ditunggu sebentar yo, bibi buatkan dulu. Eyang Putri masih sholat maghrib sebentar bersama dengan Eyang kakung. Sebentar lagi juga selesai, di tunggu saja disini yo” Kata pembantu itu.

Mereka semua hanya menganggukkan kepala mengiyakan perkataan dari pembantu itu.

Tiba-tiba, muncul sebuah sosok anak kecil yang tengah berlari naik dan turun tangga, kemudian menghilang. Maya yang melihat itu, hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan untuk menenangkan hatinya. Hanya Maya yang bisa melihat sosok-sosok yang sepertinya sedang menyambut kedatangan mereka pada saat itu. Reno dan Ayu sepertinya tidak melihat apa yang dilihat oleh Maya. Walaupun Reno mewarisi darah keturunan dari Eyang putri dan Eyang kakung mereka, tapi hanya Maya yang mewarisi penglihatan untuk melihat hal-hal yang tak kasat mata.

Kemudian, sosok demi sosok bermunculan dan menampakan wujudnya kepada Maya satu persatu dan menghilang. Sepertinya, mereka memang sedang menyambut kedatangan mereka.

Setelah beberapa saat, bibi yang tadi menyambut mereka kembali sembari membawa tiga gelas air putih dan menyuguhkannya di atas meja yang ada di depan Maya dan yang lainnya.

“Ini airnya, silahkan diminum”

Bersamaan dengan itu, Eyang putri dan Eyang kakung menuruni tangga dan menghampiri Maya, Reno dan Ayu,

“Eh, nak Reno, nak Maya dan nak Ayu. Sejak kapan kalian tiba disini?” Tanya Eyang putri.

Lalu, Maya, Reno dan Ayu berdiri dan menghampiri Eyang putri dan Eyang kakung sembari menjabat dan mencium tangan Eyang putrid an Eyang kakung.

“Kami baru saja tiba beberapa menit yang lalu Eyang” Kata Reno mewakili Maya dan Ayu.

“Oh, begitu toh. Yowes, silahkan duduk, tidak enak kita berbicara sambil berdiri seperti ini” Kata Eyang kakung.

Lalu, mereka semua duduk di sofa.

“Jadi, maksud kedatangan kalian ini untuk berkunjung, atau bagaimana?” Tanya Eyang kakung.

“Ah, kebetulan Eyang, saya lagi ada sebuah project dari kantor saya yang kebetulan tidak jauh dari rumah Eyang. Nah, tidak mungkin lah saya meninggalkan Ayu dan Maya berdua saja di Jakarta. Ya sekalian saja, saya bawa mereka dan tinggal di rumah Eyang untuk sementara sampai project saya selesai.” Kata Reno.

“Oh, begitu. Ya sudah, kebetulan ada beberapa kamar kosong di rumah ini. Tapi ingat ya, tidak ada siapa pun yang di perbolehkan siapapun untuk masuk ke kamar kosong yang ada di sudut ruangan di lantai 2. Mengerti?”

“Loh, memangnya kenapa E…” Belum sempat Ayu menyelesaikan pertanyaannya, Eyang kakung memotong pembicaraan,

“Pokoknya jangan! Dengar itu Ayu? Untuk kalian juga ya Maya, Reno!?”

“Nggeh Eyang” Kata Reno, Maya dan Ayu secara serentak.

‘Memangnya kenapa sih?’ Kata Ayu dalam hati.

Siapapun belum ada yang tau tentang kamar itu walaupun Maya dan Reno adalah anak dari Eyang putri dan Eyang kakung. Karena, tak seorang pun tau tentang kamar itu kecuali Bibi Sari dan Pakde Yono, Pembantu yang bekerja dirumahnya Eyang putri dan Eyang kakung, dan juga penjaga kebun sekaligus penjaga gerbang rumah Eyang putri dan Eyang kakung. Hanya orang-orang yang datang saja yang di peringati oleh Eyang kakung. Hanya diberi peringatan saja, kalau sudah diperingatkan, tapi masih saja melanggar, orang itu akan tau akibatnya.

“Ya sudah, kalian bawa baju ganti kan? Silahkan ganti baju kalian dulu di kamar, bi sari akan mengantarkan kalian ke kamar. Nanti kita akan makan malam dulu bersama dan setelah itu, kalian langsung istirahat saja di kamar. Kalian pasti lelah karena baru saja tiba disini” Kata Eyang kakung.

“Iya Eyang, kami ke kamar dulu ya” Kata Maya.

Kemudian, Maya dan yang lainnya menaiki tangga dipimpin oleh bi Sari menuju kamar mereka. Ada 4 kamar di lantai 2 itu, 1 kamar berada di sebelah kanan di dekat tangga, 1 kamar berada di sebelah kiri sekitar 12 meter dari kamar pertama, 12 meter sebelah kana nada 1 kamar lagi setelah kamar kedua, dan 20 meter tepat di tengah-tengah disudut jalan, ada kamar kosong yang di beritahu oleh Eyang kakung tadi. Nah, kamar pertama dekat tangga adalah kamar Eyang putri dan Eyang kakung, kamar kedua adalah kamar Maya, ketiga adalah kamar Reno dan Ayu. Sedangkan kamar bi Sari ada di sebelah bangunan rumah itu bersama dengan pakde Yono. Bi sari dan pakde Yono adalah suami istri.

“Non Maya, anda tidur di kamar ini ya, sedangkan anda den Reno dan non Ayu tidur di kamar yang satunya lagi. Dan yang di dekat tangga tadi adalah kamarnya Eyang putri dan Eyang kakung. Kalian ganti baju saja dulu, bibi akan menyiapkan makan malam dulu ya” Kata bi Sari.

“Oke bi” Kata Maya dan yang lainnya.

Lalu, Maya masuk ke kamarnya, Reno dan Ayu masuk ke kamarnya, dan bi Sari turun ke lantai 1 dan menyiapkan makan malam.

Maya meletakkan tasnya di atas tempat tidur, lalu membaringkan tubuhnya sembari membuka ponsel. Lalu,

“Kak”

Spontan, Maya langsung menoleh ke sekeliling tempat di dalam kamarnya mencari-cari suara yang memanggilnya tadi. Tapi, tak ada apa-apa pada saat itu. Suasana tampak hening seperti ketika dia masuk ke kamar tadi.

Lalu, Maya kembali membuka ponsel dan berbalas-balas pesan bersama doi nya di Whatsupp. Tiba-tiba,

“Eh! Siapa itu!”

Ada sesuatu yang baru saja mencolek tangannya Maya dan itu jelas sekali. Tapi, ketika Maya membentak dan bertanya, lagi-lagi tidak ada apapun di sana. Maya mulai merasa sedikit jengkel pada saat itu, lalu dia duduk bersila sembari memejamkan matanya, kemudian mengatur nafas dan membacakan doa-doa yang telah diajarkan oleh Eyang putri ketika dia beranjak di usia 17 tahun dulu, ketika dia belajar untuk mengontrol mata batinnya. Tiba-tiba,

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status