Share

BAB 7

“Loh, kamu mau kemana May?” Tanya Eyang putri.

“Aku mau mandi Eyang…”

“Kalo mau mandi ya kenapa harus pamit sih… Kirain kamu mau keluar juga.” Kata Eyang putri.

“Yasudah, aku mandi dulu ya Eyang”

“Yasudah sana.”

Kemudian, Maya berjalan ke kamar mandi dan tak lupa, memakai sebuah kain untuk menutupi tubuhnya sebelum ia mulai mandi. Setelah itu, barulah Maya mulai mandi.

“Nah, gitu dong, kan kamu lebih kelihatan sopan kalau kamu memakai kain begitu…”

“Eh! Siapa itu!?” Tanya Maya sembari melihat ke segala tempat.

Tiba-tiba, sosok yang tempo hari tengah duduk di jendela perlahan menampakkan wujudnya.

“Eh, kamu…?” Kata Maya sembari menunjuk kearah sosok yang tengah duduk di jendela yang terbuka di dalam kamar mandi.

“Iya, ini aku, hehe. Kan sudah ku bilang, aku tinggal disini. Jadi, kamu harus sopan kalau mau mandi disini tanpa di ganggu. Jangan seperti kakak kamu si Reno dan Ayu! Memang mereka tidak bisa melihatku seperti kamu May, tapi ya setidaknya, hargailah penunggu disini!” Kata sosok yang tengah duduk di kamar jendela.

“Eh, bentar-bentar… Kemarin malam, aku bermimpi tentang…”

“Kamu berada di sebuah goa yang gelap? Dan ada aku disamping mu? Ya, kamu benar! Itu bukan lah mimpi!” Kata sosok itu memotong perkataan Maya.

“Lah, kamu bilang, aku harus sopan kalau mau mandi. Tapi, kamu sendiri tidak sopan main potong-potong perkataan orang lain! Mana perkataannya benar lagi, huh!” Kata Maya dengan nada bicara sedikit jengkel kepada sosok itu.

“Eh, hahaha… Iya ya? Maaf-maaf, aku begitu bersemangat soalnya, hahaha”

“Jadi, yang aku lihat ketika aku tidur itu bukan mimpi?” Tanya Maya kepada sosok itu.

“Bukan, itu adalah penglihatannya. Kamu ini indigo loh! Masak kamu tidak sadar sih!?”

“Ya maaf sih, aku kan masih baru dalam hal gaib-gaib seperti ini. Aku juga kalau bertemu kamu masih suka kaget. Jadi wajar sih, kalau aku tidak tahu.”

“Emm… iya juga… Tapi, lambat laun, kamu pasti terbiasa dengan penglihatan kamu yang sekarang kamu miliki ini.”

“Iya sih… Oh iya, kita belum berkenalan nih. Ga sopan tau, kalau kita tidak tegur sapa menggunakan nama masing-masing, benar kan?”

“Salam… Namaku Oscar the ordinary young, yang artinya Oscar anak muda biasa, yang kalau disingkat menjadi Otoy…”

“Pffffttt… Huwahahaha… Otoy? Nama apaan itu hah! Kok Otoy sih, hahaha. Namanya sudah keren sih, Oscar, the ordinary young. Kalau disingkat menjadi Otoy? Hahaha… Aneh banget nama kamu.” Kata Maya sembari terbahak-bahak meledek Otoy.

“Eh, kok kamu tertawa? Ada yang salah?” Tanya Otoy.

“Hahaha… Nama kamu tuh… Tidak mau di ganti dengan nama yang lain gitu?”

“Eh! Jangan salah kamu ya, kami para setan memiliki julukan masing-masing tau! Nama asliku Oscar, the ordinary young hanya julukan saja. Tidak mudah tau, mendapatkan julukan seperti itu, huh!” Kata Otoy dengan raut wajah yang jengkel.

“Hahaha, oke-oke... Tapi kok, hahaha… Kenapa harus Otoy sih, hahaha”

“Yaudah sih ah, tinggal panggil saja kok susah sih… Ya memang terdengar lucu bagi manusia, Tapi bagiku, ini julukan yang sangat berharga. Kenapa? Karena dengar-dengar ya, para setan-setan yang memiliki ilmu tinggi memanggilku dengan sebutan Otoy. Kenapa? Ya mungkin karena aku cerdas? Ilmuku juga tidak kalah tinggi dengan mereka kok. Hanya saja, mungkin tubuhku saja yang terlihat kecil.”

“Yaudah sih, kok jadi bahas-bahas julukan. Aku hanya ingin mandi loh, kenapa kamu harus muncul coba?”

“Ya ini kan rumah ku, jadi ya terserah dong, mau muncul kapan saja? Iya kan?”

“Iya sih… Tapi yaa… Setidaknya, biarkan aku mandi dengan tenang gitu… Hanya 10 menit saja loh.”

“Yaudah iya-iya… Cepetan kamu mandinya ya, setelah itu langsung keluar. Aku pergi dulu, bay-bay…” Kata Otoy sembari melambaikan tangannya ke Maya dan perlahan menghilang.

“Hadehhh… Memang ya, sosk-sosok penghuni rumah ini tuh tidak ada yang bener bentuk nya. Namanya juga aneh lagi, hahaha” Kata Maya sembari mengambil air menggunakan gayung mandi.

Setelah itu, Maya melanjutkan mandinya tanpa ada gangguan sedikitpun. Dan setelah itu, Maya keluar dan langsung menuju ke kamarnya untuk memakai pakaiannya.

Kemudian, setelah memakai pakaiannya, Maya langsung turun kebawah dan berjalan keluar rumah untuk menghampiri pakde Yono.

“Pagi pakde…” Kata Maya sembari menyapa pakde Yono yang tengah membersihkan kebun.

“Eh, non Maya. Pagi juga non, emm… Anda mau jalan-jalan lagi?” Kata pakde Yono kepada Maya.

“Iya dong pakde, bosen nih kalau hanya berdiam diri di rumah. Sekalian, kita sambung cerita yang kemarin, hehe. Oh iya, siapa tau, orang-orang di kebun sedang memanen buah seperti kemarin, kita bisa membantu mereka, yakan pakde?”

“Emm… Mereka tidak setiap hari ada disana non. Hanya hari-hari tertentu saja sih, hehe”

“Yasudah pakde, tidak masalah. Yang penting kan, kita keluar, dari pada di rumah saja, bosen loh pakde.”

“Hahaha… Yasudah, ayo kita keluar… Eh, tapi anda sudah pamit kepada Eyang kan non? Nanti, saya yang dimarahi oleh Eyang kakung dan Eyang putri karena membawa anda tanpa izin.”

“Sudah pakde, pakde tidak perlu khawatir soal itu, hahaha”

“Yasudah, mari non” Kata pakde Yono sembari meletakkan gunting rumput di dalam pos penjagaan milik pakde Yono.

Setelah itu, Maya dan pakde Yono berjalan keluar rumah.

“Non, anda bisa melihat makhluk berbadan kurus yang berjalan merangkak yang berada di hutan itu?” Kata pakde Yono kepada Maya sembari menunjuk kearah area hutan di samping rumahnya Eyang kakung.

“Eh, iya pakde, aku lihat tuh. Itu makhluk apa ya pakde?” Tanya Maya kepada pakde Yono.

“Itu namanya Bunian non. Konon katanya, makhluk Bunian itu sudah menyembunyikan anak-anak yang sedang bermain petak umpet di tengah hari maupun di malam hari non. Jadi, secara logikanya, tubuh dari anak itu masih utuh di tempat dia bersembunyi. Tapi, roh nya di bawa ke dunia lain. Nah, walaupun tubuhnya masih di tempat yang sama sebelum roh nya di bawa, manusia biasa yang tidak memiliki kelebihan seperti kita ini, tidak akan bisa melihat tubuh dari anak tersebut non. Nah, ada juga yang mengatakan kalau Bunian itu hidup normal, sama seperti kita. Mereka juga berbicara layaknya manusia biasa, dan mereka juga memiliki rumah non. Tapi, yang membedakan kita dengan makhluk tersebut, mereka ukurannya sedikit lebih kecil dari kita, bahkan ada yang lebih kacil lagi. Nah, ada yang berjalan normal dan ada juga yang berjalan merangkak seperti itu. Tapi tenang non, mereka tidak akan mengganggu kalau mereka tidak merasa terganggu.”

“Oh begitu ya pakde… Sepertinya, aku masih harus belajar banyak dengan pakde nih. Soalnya, kalau belajar dengan Eyang sih, kebanyakan becandanya.”

“Ya memang begitu lah orang tua non. Mereka saja sudah tidak ingin lagi berurusan dengan hal-hal gaib, eh malah kerabatnya yang tertarik dengan hal-hal gaib seperti ini. Mana umurnya masih muda lagi, hahaha”

“Ya, aku juga tidak ingin memiliki penglihatan seperti ini pakde. Tapi yah, mau bagaimana lagi kan? Semuanya sudah terjadi, dan sepertinya, aku juga memiliki tugas untuk menyelamatkan anak dari sepupuku yang di culik oleh makhluk yang menjelma menjadi lemari itu kan pakde?”

“Hahaha… Tenang non, pakde akan mengajari apa yang pakde tau kepada anda non. Tapi ya, tidak banyak sih, hahaha. Yah, sedikit banyaknya, ada lah yang non pelajari.”

“Iya pakde, sepertinya, pelajaran yang paling mendasar, aku ingin mengenal nama-nama dan bentuk dari para makhluk gaib yang ada di muka bumi ini pakde. Supaya ketika suatu saat mereka muncul tiba-tiba di hadapanku, aku sudah terbiasa melihat mereka.”

“Hahaha… Kalau anda ingin menguji nyali anda, supaya anda menjadi terbiasa, kita harus keluar malam non. Karena, dengan melihat bentuk makhluk  yang tidak begitu menyeramkan, tidak akan merubah cara pandang anda terhadap mereka. Kalau ingin membiasakan diri, biasakan melihat makhluk mulai dari yang menyeramkan dulu non. Jadi, ketika anda melihat bentuk dari makhluk yang bentuknya sudah tidak tersusun rapih layaknya seperti makhluk-makhluk gaib lainnya, anda tidak terkejut lagi non.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status