Share

Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir
Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir
Author: Hudi

Bab 1. Anak Tengil dan Anak Kurus


15 tahun lalu di Desa Shijiang ...

Satu keluarga yang sedang mencari air berjalan turun dari gunung ke arah Sungai Ning.

Terdengar tangisan bayi di sekitaran pinggir sungai Ning.

"Sudah Bu lewati!" perintah Bapak itu.

"Kalau di pungut bayi itu, hanya akan menjadi beban keluarga saja." lanjut Bapak itu.

Sang istri yang mempunyai jiwa seorang ibu merasa iba melihat dengan pilu bayi yang sendirian dalam keranjang itu dan mendengar teriakan bayi yang sangat melengking di telinganya sangat menyayat hatinya. Ia sangat ingin memungut bayi itu tetap tidak berani mengambilnya, ia menuruti perintah suami dan dilewatinya dengan begitu saja.

Tak beberapa lama setelah sekeluarga itu meninggalkan bayi. Tiba-tiba anak perempuannya yang berumur 6 tahun menarik-narik baju ibunya sembari menunjuk ke arah tangisan bayi itu, ternyata sudah ada seekor anjing besar yang mendekat ke arah bayi itu, seperti ingin menyantapnya. "Ibu! Ibu! lihat itu!" teriaknya sembari menunjuk ke arah bayi yang mereka tinggalkan itu.

Melihat hal itu, pada akhirnya Bapak dan Ibu dari anak itu mau tak mau berlari ke arah bayi dan harus mengusirnya dengan cepat si anjing besar sebelum bayi yang sendirian itu disantapnya.Si Bapak lalu melempar batu dengan keras ke arah anjing besar dan tepat mengenai kepala anjing itu. Anjing itu pun kabur meninggalkan bayi itu tanpa melakukan perlawanan kepada orang yang melempar batu.

Si Ibu langsung berlari mengambil dengan tergesa-gesa keranjang bayi yang tersangkut di akar pohon Sungai Ning dan kembali berlari lagi ke persembunyian suaminya karena takut anjing besar itu berbalik dan menyerangnya. Sekembalinya ke gunung, si Bapak meminta ijin kepada tetua yang tak lain tuan tanah di Desa Shijiang untuk mengangkat bayi tersebut menjadi anaknya.

"Tuan mohon izinkan hamba untuk mengadopsi anak ini," mohon si Bapak sambil bersujud di depan Tuan tanah, yang diikuti oleh semua keluarganya itu.

***

"Anak lemah sepertimu ingin menjadi Pendekar!"

Tendangan dari seorang anak tengil berumur 14 tahun meluncur cepat mengenai ulu hati ke seorang anak kurus berkulit pucat.

"Badan kurus kering kerempeng sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi seorang Pendekar! Jangankan memukul jatuh lawan, untuk menghindari pukulan lawan pun kamu pasti tidak akan bisa dengan badan yang sekurus itu!"

Anak kurus itu dipegangi kedua tangannya oleh anak lainnya di kedua sisinya, sehingga ia tidak bisa melawan balik, dan hanya bisa pasrah untuk menerima siksaan berupa pukulan maupun tendangan dari anak tengil itu. Belum lagi hinaan yang harus terus-menerus ia terima dari si anak tengil yang dilontarkan dari mulutnya bagaikan tetesan air hujan deras yang tanpa henti-hentinya menghujam daratan.

Anak kurus itu tersungkur ke tanah dalam keadaan menelengkup seperti bersujud di hadapan anak tengil, sembari terbatuk-batuk keluar muncratan darah segar yang keluar dari mulutnya setelah menerima tendangan dari si anak tengil tadi.

Anak tengil lalu mendekatkan ujung kakinya ke kepala si anak kurus yang tubuhnya sudah terlihat luluh lantah dan menurun kesadarannya, lalu ia kembali menghinanya lagi, "Dasar sampah! anak keturunan dari seorang Petani miskin ingin berlatih dan bergabung bersama anak keturunan Pendekar seperti kami untuk menjadi Pendekar? menjadi kotoran Pendekar saja kamu tidak pantas! Dasar anak tidak tahu diri!"

Anak tengil tadi merasa masih belum puas melepas segala amarahnya kepada anak kurus tadi, kembali ia bersiap-siap mengayunkan kaki kanannya jauh ke belakang sebagai ancang-ancang untuk menendangnya sekali lagi, dan ...

"Ahhk!!!"

Tendangan keras meluncur dan mengenai rahang si anak kurus, yang kepalanya tadi tepat berada di dekat kaki kanan si anak tengil.

Akibatnya kepala anak kurus itu terpental dan seketika posisinya menjadi terlentang dari posisi awalnya yang terlengkup dengan kedua tangan dan kakinya menegang ke atas, karena rahang bawahnya menerima gelombang kejut yang langsung diterima oleh otak lalu menyalurkannya ke seluruh tubuh sampai ke organ optik yang menyebabkan matanya menjadi buram karena gelombang itu dan akhirnya si anak kurus itu pingsan.

Anak tengil akhirnya merasa puas melihat lawannya yang tidak seimbang itu terlihat kritis sembari megap-megap seperti ingin meregang jiwanya, "Ha ha ha ha! rasakan itu, dasar anak Petani lancang! Mau berlatih menjadi seorang Pendekar Kultivasi Hah! Hanya untuk anak keturunan Pendekar saja yang pantas! bukan anak Petani lemah seperti kamu!"

Selang beberapa menit.

Anak tengil dengan arogan dan pongahnya berdiri di atas anak kurus yang tidak sadar tadi sembari mengetuk-ngetuk kakinya di tanah, ia menunggu anak kurus itu untuk bangun dari pingsannya, dan karena masih belum sadar juga ia lalu dengan santainya menepuk-nepuk wajah si anak kurus tadi dengan telapak kakinya. "Oyy! bangunlah sampah! jangan sampai kamu mati disini! Kamu tidak boleh menodai kesucian aula Sekte Funsan ini! Cepat bangun! Jangan berpura-pura pingsan terus anak Petani lemah!!!"

"Denyut nadinya lemah," ucap sepupu anak tengil yang dengan cepat memeriksa Denyut nadi nya karena khawatir.

"Kamu tidak perlu khawatir, anak kurus ini hanya anak dari seorang Petani dan apabila ia mati pun tidak akan ada orang yang berani menuntut aku! Apalagi memberikanku sanksi atau hukuman, hanya azab dari para dewa yang bisa menghukumku! Itu pun kalau Dewa itu berani denganku Ha Ha Ha Ha!!!" Anak tengil itu kembali menunjukkan kesombongan ya di hadapan sepupu-sepupunya yang sedari tadi hanya berani memandangnya dengan perasaan sungkan.

Anak tengil itu lalu memposisikan tubuhnya menjadi jongkok, lalu berkata, "Aneh sekali anak kurus kering kerempeng berkulit pucat sepertimu, baru masuk Sekte Funsan kemarin bisa-bisanya mendapatkan level 9 padahal rata-rata murid disini berada pada level 3. Apakah kemarin Pohon Oak sial*n itu salah memberikan level kepada anak kurus ini? hari ini justru dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan tenaga dalamnya."

Sekte Funsan adalah Sekte terbesar yang berada di Benua Oriental. Sekte ini berada di Gunung Funsan dimana Istana berdiri yang merupakan tempat tinggal dari Kaisar Guang Xu Di Sekte Funsan ini pula terdapat Pohon Oak besar yang bisa menentukan level kekuatan tenaga dalam seseorang apabila orang tersebut masuk ke selah-selah batang dari Pohon itu.

Anak tengil tadi merupakan cucu kesayangan dari Kaisar Guang Xu. karena selalu di manja dan selalu mendapatkan kemudahan dalam hidup, menjadikannya pribadi yang arogan dan selalu seenaknya melakukan apa saja. Asalkan berada di dekat lokasi Istana Kaisar Anak itu bisa berbuat semaunya.

Anak tengil itu bernama Guang Xian Xie.

Anak kurus berkulit pucat itu merupakan anak seorang Petani miskin yang berasal dari Desa Shijiang, ia bisa menjadi murid Sekte Funsan karena kemarin setelah masuk ke dalam batang Pohon Oak ia dinyatakan mempunyai level 9 yang merupakan Pendekar Kaisar di Dunia Fana ini. Dan anehnya hari ini sepertinya semua Qi dalam dantiannya hilang secara misterius dan dia tidak bisa mengeluarkan semua tenaga dalamnya.

Anak kurus itu bernama Ho Xiuhuan berumur 15 tahun.

Hudi

Tingkat Kultivasi pada ranah Alam Fana ada 14 tahapan yaitu : 1. Tulang dasar 2. Penguatan tulang 3. Energi dasar 4. Pengumpul Energi 5. pemurnian Qi 6. Pendekar Prajurit 7. Pendekar Jenderal 8. Pendekar Raja 9. Pendekar Kaisar 10. Pendekar Petapa 11. Pendekar Spiritual 12. Pendekar Langit 13. Pendekar Surga 14. Pendekar Dewa Semua tahapan mempunyai 5 tingkatan bintang untuk naik ke tahap berikutnya. **************** Sekte Funsan memiliki Pohon Oak dengan 14 batang cabang yang bisa berpendar, jumlah pendaran itu yang akan memberi tahu level dari seorang Pendekar. ****************

| 1
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Syafrinal Naim
lanjut tor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status