"Anda ingin menyewa kami untuk melakukan pekerjaan macam apa?" tanya Stefen. Kali ini Stefen mendapatkan klien dari putri bangsawan istana kekaisaran. di sampingnya ada Laura yang menemaninya sebagai asisten.
Mata putri itu menatap Laura.
"Dia seorang pria, kan? tapi wajahnya sangat cantik," ucap putri sembari menunjuk pada Laura, membuat Laura mematung karena baru kali ini dia disebut cantik.
Benarkah? Aku cantik?
"Bagaimana kalau kau jual dia padaku? Di kalangan bangsawan, ada sebuah tren dengan memiliki seorang babu untuk dipukuli," terang putri semakin membuat Stefen dan Laura tak mengerti.
"Jual dia padaku! Akan kubeli dia dengan harga yang bagus," senyum putri. Stefen yang mendengarnya langsung geram.
"Pemimpin macam apa yang menjual anggotanya sendiri?"
"Berhentilah sok suci. Di zaman sekarang, memangnya masih ada yang namanya loyalitas? yah, aku toh tidak berharap bisa membawanya pulang denganku hari ini juga," terang sang putri sembari berdiri sebelum meninggalkan tempat.
"Kalau kau ternyata tertarik menjualnya, kirimkan saja pesan ke kediaman Marquis Hauren. Namaku Astra."
Blam. Putri Astra telah pergi kembali ke kediamannya.
***
Suara angin dingin di tengah musim salju yang sudah semakin tebal. Kali ini tentara bayaran SERK mendapat pekerjaan untuk mengawal pulang pangeran ke kediamannya. Namun, ditengah perjalanan mereka yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Sekelompok penjahat bersenjata yang bersembunyi berhasil menyerang. Insting Laura yang sangat kuat berhasil menangkis panah dari penjahat.
Prak.
"Perhatian semuanya! Hati-hati ada yang menyerang!" teriak Laura setelah berhasil menangkis sebuah panah.
Semuanya mengambil posisi untuk melindungi kereta pangeran.
Syut
"Arghhhh." Beberapa panah berhasil mengenai beberapa orang.
"Semuanya, lindungi kereta kudanya!"
Para gerombol itu turun dan menghadapi anggota tentara bayaran termasuk Stefen. Seorang penjahat berhasil mengendap untuk menjatuhkan Stefen, namun Laura berhasil melihat dan menolong Stefen.
"Stefen!" Laura berhasil mendorong jauh Stefen.
"Laura!" Stefen terkejut seorang pria bertubuh besar, hampir saja akan menghunus kapak yang ia pegang ke tubuhnya, namun Laura berhasil menolong dan menangkisnya.
"Heh. Kau bisa menahannya berapa lama? Pria lemah," ujar pria jahat dengan tubuh besar. Ia terlihat seperti pemimpin gerombolan yang meluncurkan panah.
Laura menahan kapak dengan pedangnya. Namun, kekuatan pria bertubuh besar itu sangat kuat.
"Ugh!" Laura sudah tidak dapat menahan lagi.
"Hehe," penjahat itu tersenyum.
"Estel! Minggir!"
Dengan cepat penjahat itu mengambil panah.
Jleb.
Panah yang cukup tajam ia tarik hingga luka di paha Laura melebar seperti garis.
"Argghhhh!" teriak Laura kesakitan.
"Estel!" teriak Stefen, ia langsung bangkit dan mengambil belati uniknya.
Zrashhh
Tepat di leher penjahat, belati tajam itu berhasil membuat penjahat itu kesakitan dan lengah. Dengan aura yang menakutkan, Stefen mengambil pedang dan tepat di kepalanya ia berhasil membunuh kepala pemimpin para penjahat.
Darah yang mengucur di paha Laura, membuat mata Laura kabur, hingga ia terjatuh pingsan.
****
"Aku tahu kalian dekat, tapi dia bahkan bukan saudara kandungmu, 'kan? Bagaimana bisa kamu malah meninggalkan klien kita dan memilih untuk merawatnya?" kesal Baron. Laura terluka parah dan pingsan. Stefen memilih untuk merawatnya di suatu penginapan setelah gerombolan penjahat itu berhenti menyerang dan kabur.
"Bisa-bisa penilaian terhadap kita menurun!" gerutu Baron. Samar-samar Laura terbangun dan mendengar percakapan Baron.
"Apa itu Baron? Di mana aku? Ini ... sebuah penginapan?" tanya Laura setelah melihat ruangan yang berbeda.
Selintas Laura mengingat ingatan sebelum dia pingsan. Penjahat itu hampir akan membunuhnya. Namun, belati Stefen berhasil membuatnya terluka.
Aku samar-samar ingat apa yang terjadi sebelum aku kehilangan kesadaran, tapi ... kalung belati yang sangat Stefen jaga baik-baik. Dia tidak pernah mengeluarkannya lagi setelah menggunakannya untuk memotong rambutku, tapi dia merelakan kalungnya yang berharga itu ternoda darah demi menyelamatkanku. Mungkinkah dia memiliki perasaan yang sama denganku?
Laura kembali tertidur.
Malam harinya, Mata Laura tiba-tiba terbuka, ia mengingat bagaimana dengan tugas tentara bayaran yang sedang dilakukan Stefen.
"Sejak kapan aku tertidur?"
Namun, dilihatnya Stefen sedang terduduk dan tertidur di kursi di sampingnya. Laura sedikit tersipu malu. Wajah tertidur Stefen yang begitu terlihat damai dan tampan.
"Sepertinya dia memilih untuk merawatku." Pandangan Laura tertuju pada bibir Stefen yang tertidur. Entah apa yang terjadi, dia tidak hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat besar pada Stefen yang selalu membantunya. Hasrat yang dia inginkan juga merasa sulit ditahan kali ini hingga ia mengecup bibir Stefen.
Deg deg deg
Stefen. Apa kamu benar-benar merasakan perasaan yang sama denganku?
Mata Stefen terbuka. Membuat Laura terkejut. Laura jadi canggung telah berbuat tidak sopan.
"Er ... anu ... maafkan aku."
Namun, Stefen malah langsung menarik kepala Laura dan menciumnya lembut.
"Mmmphh." Laura sangat terkejut. Stefen menciumnya hingga menjatuhkannya ke tempat tidur.
Tapi tiba-tiba Stefen berhenti dan mundur, lalu pergi tanpa sepatah kata pun.
"Stefen?"
Laura sedikit cemas, bahkan Stefen menutup pintu dengan sangat keras.
'AKU SUDAH MERUSAK STEFEN'.
Stefen kembali ke kamarnya. Ia merasa bingung dengan perasaan yang ada di hatinya, dadanya berdetak kencang.
"Apa ini? Aku memiliki perasaan pada Laura? Cinta tidak pernah ada dalam hidupku! Hubungan palsu yang akan merusak semuanya! Apa Laura ... mencintaiku? Dia menciumku," Stefen kembali mengingat ciuman itu.
Sebuah surat yang masih tersegel berada di atas meja Stefen. Ia ingat dengan perkataan putri Astra, jika dia memiliki harga fantatis dengan tawaran Laura menjadi pelayannya. Dengan perlahan surat itu dibuka Stefen, Stefen membaca surat itu. Tidak ada yang aneh dengan isi surat dari putri Astra.
'Aku ingin hidup bebas' tiba-tiba saja terlintas perkataan Laura saat itu, apa dengan Laura di kediaman istana, Laura bisa hidup lebih baik? batin Stefen.
"Sepertinya aku harus melakukan sesuatu."
***
Keesokan harinya Laura merasa sangat bersalah. Ia mencoba mendatangi Stefen.
"Hei. Stefen, bolehkah aku masuk?" Tak ada jawaban dari dalam kamar, dengan pelan Laura membuka pintu dan ruangan terlihat kosong. Di atas meja terlihat dua surat, Laura hampir saja akan melihatnya, namun Stefen kembali dengan aura yang berbeda.
"Pergi kau!" pinta Stefen dengan kesal.
Deg.
Stefen masih terlihat sangat marah.
"Stefen, aku ingin bicara denganmu," lirih Laura.
"Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu dan cepat keluar dari sini!" ucap Stefen cukup menohok hati Laura.
"Dengar aku Stefen, Kalau kamu marah, aku minta maaf," ujar Laura mencoba menenangkan Stefen.
"Tidak perlu! Aku akan menjualmu ke astra!"
Deg. Laura terbelalak mendengar perkataan yang tak terduga dari Stefen.
"Hah? Apa?"
"Dia menawarkan sebuah istana sebagai ganti dirimu. Sebuah istana ditukar dengan kau, tawaran ini terlalu bagus untuk ditolak."
"Seharusnya aku melakukannya sejak awal. Aku sendiri tidak paham kenapa aku membiarkan orang menyusahkan macam dirimu berkeliaran di sekitarku," ujar Stefen membuat Laura terpukul."Kamu bercanda, kan, Stefen? Tidak mungkin kamu mengatakan hal seperti itu," ucap Laura lirih. Apa yang membuat Stefen berubah? Dia masih marah karena sebuah ciuman? Apa itu layak dibandingkan dengan menjual dirinya?Stefen membalikkan badannya. "Marquis Hauren akan mengirimkan kereta untuk menjemputmu siang ini. Jangan banyak protes dan cepatlah pergi!"Laura terbelalak masih tidak percaya. Dia berlari dan menahan lengan Stefen sebelum hendak pergi."Stefen, kamu bilang aku saudaramu! Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini tanpa memberitahukanku alasannya?!" geram Laura."Tidak ada saudara yang bisa berciuman!"Deg. Kenapa kamu tega berkata begitu? batin Laura.Bruk.Perkataan itu membuat Laura terhenti dan terjatuh ke lantai. Stefen langsung meninggalkannya."Stefen! Kau ... dasar keparat! Penipu! Bajing
Laura kini sudah memakai gaunnya kembali, ia bahkan tidak tau apa ia akan tinggal bersama Stefen atau kembali kepada si Duke yang sudah membelinya? Di dalam hati ia tidak memilih di antara keduanya. Ia hanya ingin bebas, sampai akhirnya kepala pelayan kaisar datang memasuki ruangan menghampirinya sembari membawa buku dan alat tulis."Saya yakin Anda telah diajari dan diberitahu di tempatnya Duke, Tapi sekedar mengingatkan, Anda tidak boleh tidur dengan pria lain selama setahun ke depan, karena Anda mungkin saja mengandung keturunan kaisar yang berharga, jika Anda tidak mematuhi aturan ini, Anda akan dianggap berkhianat dan mendapatkan hukuman yang berat," ucap kepala pelayan. Mendengar pernyataan itu seolah Laura terikat untuk menjadi wanitanya Stefen, apalagi dengan kejadian yang memungkinkan untuk mengandung anak Stefen. Laura bahkan tak sudi melahirkan anak dari Stefen. Ia harus menemani Stefen sampai setahun? Bahkan mendengar kalimat tidur bersama pria lain membuatnya ngeri. Stefe
Duke Samuel cukup terkejut melihat Stefen yang tersenyum padanya."Anda benar-benar menyukainya? Wanita dari pelelangan dengan tubuh penuh dengan bekas luka, apa dia seleramu?" tanya Duke Samuel dengan tatapan menghinanya."Meskipun tubuhnya penuh dengan bekas luka, dia benar-benar seleraku," lirih Stefen."Kalau begitu aku senang mendengarnya.""Senang kau bilang? Di sini hanya ada kita berdua Duke Samuel, bisakah kau lebih jujur sedikit?" ejek Stefen. Ia sangat mengenal sifat Duke tua Nest ini, setiap dia mengirimkan wanita, selalu ada bayaran yang dia minta."Memang benar kata orang, kita bisa menyingkirkan seseorang dari tempat kumuh, tapi tidak akan bisa menyingkirkan kekumuhan dari orang itu," jelas Duke.Stefen menahan emosi dan menunjukkan tatapan tidak suka atas penghinaan Duke Samuel.Dia sama sekali tidak ragu menyuarakan apa yang dia pikirkan. Dia pikir aku ini masih bocah atau apa? Batin Stefen."Apa kau lupa kau sedang bicara dengan siapa?" tegas Stefen."Apa Anda juga s
Pandangan Laura dan pangeran Maxwell saling bertemu, sampai akhirnya Laura tersenyum pada pangeran, membuat pangeran tersipu malu dan salah tingkah."Ehem, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengenali Anda, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi, saya Maxwell, ahli waris tetap dari Duke Samuel Val Kilmer," ungkap pangeran Maxwell.Setelah berkenalan, pangeran Max bersama pengawal mengantarkan Laura masuk ke istana Nest."Staf kekaisaran akan mengikuti protokol dan mengambil sertifikat budak Anda. Status Anda sekarang adalah orang biasa. Namun, Anda akan dapat menikmati gaya hidup yang sama dengan para bangsawan di kota Nest begitu pula kekaisaran Ziarkia. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda pelajari atau hobi yang ingin Anda lakukan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu kami."Laura berfikir keras dengan segala pemberian yang besar pada dirinya.Kenapa mereka memperlakukan aku seperti seorang putri? Apa karena aku sudah dianggap wanitanya kaisar? Oh ayolah. Berhenti
"Baron, beberapa wanita yang dikirim Duke Samuel memang menemaniku bermalam di kamarku, tapi aku tidak pernah menyentuh mereka selama mereka berada di hadapanku, aku sengaja membuat semuanya berjalan seperti rumor yang beredar untuk membuktikan niat Duke Samuel terhadapku. Duke Samuel terus mengirimkan wanita datang kepadaku agar dia bisa bernegosiasi dengan mudah. Entahlah, kali ini wanita yang dia kirimkan berbeda dengan sebelumnya. Apa kau percaya?" tanya Stefen."Hah? Apa maksudmu?" bingung Baron. Kenapa aura yang dikeluarkan Stefen kali ini tidak terbaca sama sekali?"Aku sudah melakukan hubungan intim dengan seseorang," lirih Stefen. Baron yang mendengar pengakuan itu sangat terkejut, pria berdarah dingin yang terus memikirkan perluasan kekuasaan dan tak pernah tidur dengan wanita mana pun, kali ini, dia mengakui telah berhubungan intim dengan seseorang."Kau bercanda, kan?" tanya Baron memastikan."Aku pun tidak tau kenapa aku bisa melakukannya hari itu? Bahkan aku menyembuhkan
Seorang pelayan yang diperintahkan untuk melayani Laura mendapatkan ejekan dari sekitar teman-temannya."Hei, Red. Gimana rasanya menjadi pelayan putri rendah seperti dia? Pasti kau merasa kesulitan, putri rendahan yang bisu, hahaha," Semua tertawa mendengar ejekan pelayan itu. Tapi Red, pelayan yang dikhususkan untuk Laura mengingat kembali perlakuan nona itu terhadapnya. Semenjak aku bertemu dan melihat perlakuan dia, sama sekali jauh dikatakan seperti wanita rendahan. Wajahnya tegas, gerak geriknya pun tidak memalukan, dia anggun. Aku merasa dia bukan dari seorang budak. Dia juga tidak banyak permintaan meskipun telah bebas dari status budak. Dia tidak menjadi sombong."Aku merasa sudah sadar setelah menjadi pelayan pribadinya," ucap Red di hadapan para pelayan."Kalian harus ingat, dia adalah wanita kaisar sekarang, meskipun statusnya berubah menjadi orang biasa, rumah ini menjadikan dia orang terhormat seperti putri, jadi jangan membicarakan tuanku lagi," bela Red dengan tegas.
Tatapan Red, nama yang pasaran sekaligus nama yang sama dari salah satu pelayan putri Astra juga merupakan satu-satunya teman yang peduli pada Laura, ia menatap Laura dengan dingin."Red? Kau masih hidup?" tanya Laura."Stefen pasti akan menjemputku.""Cukup, Estel! Kakakmu itu tidak akan pernah datang! Dia sudah membuangmu begini, bagaimana mungkin dia akan menjemputmu balik?!" geram Red dengan tatapan yang menakutkan. "Kamu salah! Stefen pasti akan datang!" teriak Laura. Tiba-tiba saja tubuhnya terdorong jauh dan berdiri di arena pertarungan.Hosh hosh hoshNafas lelah setelah pertarungan yang hebat."Bunuh dia!""Bunuh bocah itu!""Potong tangannya!""Tebas lehernya!" teriak penonton yang antusias mendukung Laura.Laura memegang pedang dengan tangan gemetar, tiba-tiba ia memperhatikan bayangan tubuhnya yang berubah menjadi beberapa tangan dan berjalan dari kaki hingga lehernya."Lepaskan! Ughh! Sesak!""Keluarkan amarahmu!" ucap sebuah suara. Bayangan tangan itu masih melilit leh
"Pergilah kau!" teriak Stefen pada Laura, dengan lehernya yang masih terasa sakit, Laura buru-buru keluar dari kamar sang kaisar, hingga ia sampai di pintu dan menyadari jika kepala pelayan menguping semuanya. Tapi dia tidak peduli, yang ia pedulikan adalah untuk pergi dari kekaisaran dan menjauh dari Stefen.Sementara kepala pelayan bingung dengan hal yang ia dengar dari wanita itu."Kurasa yang ingin didengar Yang Mulia adalah rasa terima kasih darinya, tapi ... ia malah mengucapkan bahwa ia membencinya, aku khawatir akan terjadi sesuatu," cemas Kepala pelayan istana.Laura kini sudah berada di dalam kamar khusus di istana, ia melihat cermin dan memperhatikan wajahnya, bayangan ketika ia menyamar menjadi laki-laki itu muncul di sampingnya sambil tersenyum."Apa aku ini berbeda dari sebelumnya? Wajahku sampai tak bisa dia kenali sama sekali," lirih Laura. Sontak dua pelayan pribadinya yang berada di dalam kamar terkejut bahwa nonanya sudah bisa bicara."Nona, Anda ... bisa bicara?" t