Sehari sebelum pertemuan mereka kembali. Dalam aula pertemuan rapat kerajaan, antara para penasihat dan para tetua serta para bangsawan terkemuka yang selalu diadakan setiap awal bulan.
“Yang mulia, Kapan Anda akan menikah?” tanya seorang tetua. Pertanyaan ini sudah yang keempat kalinya.
“Menurutku, aku masih terlalu muda, apa hari ini hanya membahas hal ini lagi?!” tanya Stefen kesal. Semuanya menundukkan kepalanya setelah mendapatkan tatapan tajam Stefen, terkecuali duke dari Nest.
“Tentu saja, Anda tidak akan perlu memikirkan pernikahan, Anda bisa memiliki para wanita dengan mudah dan aku selalu mencari para wanita elit untuk menghiburmu,” ujar duke tua dengan senyum licik. Bagi Stefen, duke dari Nest selalu berusaha mengambil hatinya dengan mendatangkan wanita untuk melayaninya.
“Meskipun kau telah berusaha, aku tidak pernah tertarik dengan wanita yang kau pilih, mereka hanya alat pemuas nafsu sesaat.”
Meskipun beberapa kali aku pernah bermalam dengan beberapa wanita yang dikirim si duke, aku hanya bisa membayangkan wajah Laura saja, hanya dia yang selalu kupikirkan. Aku memang sudah menjadi kaisar sesuai dengan cita-cita yang pernah aku ceritakan padanya, tapi aku melakukan ini semua untuknya. Tidak adanya kehadiran dan kehilangan dia membuatku menderita. Aku merasa hidupku tak sebahagia saat aku masih dipandang sebagai anak yatim piatu bersamanya. Laura, bagaimana kabarmu sekarang? Aku bahkan tidak tau apa kau masih hidup atau tidak. Kenapa kau tidak menungguku? Andai, aku menyadari perasaanku sebelumnya bahwa yang aku inginkan adalah dirimu bukan istana ini. Maka mungkin aku sudah menikah denganmu sebagai keluarga biasa. Batin Stefen.
‘AKU HANYA AKAN MENIKAH DENGANMU’
***
Siang hari, di tempat khusus pelelangan para bangsawan, Laura berdiri di tengah aula. Ia memperlihatkan jati dirinya sebagai seorang wanita dengan penuh bekas luka di sekujur tubuhnya.
"Wanita ini punya banyak bekas luka seperti yang kalian lihat, aku yakin dia adalah wanita yang cukup tangguh. Karena itulah, kita akan mulai lelangnya pada angka 300,000 pound!" ucap pemimpin lelang.
Meskipun tubuhnya dipenuhi dengan bekas luka, wanita berambut biru itu masih terlihat cantik di mata peserta lelang.
"350.000 pound!"
"400.000 pound!"
"500.000 pound?"
"700.000 pound!" ucap pria tua yang langsung menawarkan harga tertinggi. Laura yang mendengarnya bahkan terkejut. Setelah itu tidak ada lagi yang menawarkan.
"700.000 pound! Ada yang mau menambahkan lagi?"
Toplak toplak toplak
Laura menaiki kereta kuda yang cukup mewah. Ia merasa gelisah, pikirannya memburuk ketika memikirkan sebagai budak yang harus berakhir di ranjang bersama pria tua.
Sungguh menyedihkan, apa aku harus berhubungan dengan pria yang sudah tua? Apa aku harus kabur saja? Tidak. Pria tua itu sudah mengeluarkan banyak uang untuk membebaskanku. Tapi ... aku juga tidak ingin tidur dengannya! cemas Laura di dalam hati.
Ia tidak bisa berbicara. Seorang wanita bisu yang telah bertahan hidup dari kesengsaraan takdirnya.
Kali ini aku bakal berakhir di mana?
Beberapa saat kemudian, kereta mewah itu berhenti. Seseorang memintanya untuk turun, Laura pun takjub ketika melihat bangunan mewah di hadapannya.Pria tua itu pasti sangat kaya.
Beberapa pelayan wanita berdiri di hadapannya dengan memberikan sambutan hangat dengan kedatangan Laura.
"Selamat datang, Nona," ucap para pelayan dengan hormat menundukkan kepalanya pada Laura.
Laura segera memberikan isyarat dengan kedua tangannya agar para pelayannya itu tidak bersikap seperti itu. Para pelayan membawanya masuk ke istana Nest yang berada di perbatasan istana kekaisaran.
"Mulai sekarang Anda boleh tinggal di sini," ucap seorang pelayan yang membawanya ke dalam sebuah kamar. Laura membuka pintunya dan terlihat kamar yang sangat mewah di hadapannya.
Setelah mengantar, pelayan itu pergi. Laura melihat sikap pelayan itu yang ramah terhadapnya, ia merasa merindukan saat ia pernah akrab dengan salah satu pelayan dari pengalaman hidupnya. Laura pun duduk di atas kasur.
Ini aneh, beneran aku akan tidur dengan pria tua? Atau dia akan melakukan sesuatu yang lain? Jadi dia memanjakanku untuk bersenang-senang sebelum menyiksaku?
Menempati tempat tidur yang empuk dan mewah, Laura mencoba mengabaikan pikiran kotornya.
Argghhhh sudahlah! Ketimbang aku memikirkan yang tidak-tidak nikmatilah suasana yang ada sekarang, aku sudah lama tidak tidur di atas kasur yang empuk begini.
Pada akhirnya Laura membaringkan dirinya di atas kasur. Sedangkan para pelayan langsung berkumpul untuk mengobrol setelah membawa Laura masuk ke dalam kamarnya.
"Kenapa kita harus memperlakukannya istimewa? Bukankah dia hanya seorang budak?" gerutu seorang pelayan yang merasa sikap duke berlebihan memperlakukan budak wanita yang baru di bebaskan ini seperti seorang putri.
"Kau dengarkan? Duke bilang wanita kumuh ini diberikan untuk kaisar, aku tidak mengerti apa alasannya? Dia tidak cantik, badannya kurus, kulitnya juga kusam, parahnya lagi dia itu sama sekali tidak menarik untuk dilihat dengan tubuh penuh bekas luka, dibandingkan dengan dirinya aku ini lebih baik dibandingkan dia," imbuh pelayan yang lain.
"Aku sangat yakin, begitu ia sampai di kediaman kaisar. Hari itu juga dia akan langsung dipenggal. Kau sudah dengarkan? Duke itu selalu berusaha mengambil hati kaisar dengan mengirimkan wanita atau gadis sebagai pemuas nafsu kaisar. Tapi secantik apapun mereka, kaisar tidak pernah membuat di antara mereka menetap satu hari saja, setelah bermalam mereka langsung di usir. Begitu melihat wanita seperti ini, apa yang dipikirkan si duke sih? Sebelumnya wanita yang dia pilih itu cantik dan sempurna."
"Sudah jangan banyak bicara!" tegur salah satu dari para pelayan.
"Kenapa? Kau membela wanita itu?"
"Bukan, aku hanya berfikir memberikannya waktu untuk hidup, berikanlah dia pelayanan yang baik sebelum dia dibunuh. Kalian paham? Hahaha."
Para pelayan langsung tertawa mendengarnya.
Hingga waktu terus berganti dan berubah menjadi malam. Kasur yang begitu empuk itu sampai membuat Laura tertidur sangat pulas. Bahkan kedatangan langkah kaki si pelayan pun ia masih menutup matanya.
"Wanita hina ini, dia malah asyik tertidur begitu, rasanya aku jijik untuk bersikap padanya yang hanya seorang rendahan," gerutu pelayan.
"Saatnya Anda bangun," ucap pelayan itu sedikit meninggikan suaranya.
Laura sedikit kaget mendengarnya, ia pun terbangun. Laura sedikit takut, apa ia akan dihukum sekarang?
"Air mandi Anda Telah Siap," sahut pelayan lain.
Laura menghela nafas lega, mereka membangunkannya hanya untuk mandi. Situasi sangat canggung, Laura tidak bisa bicara, hanya bisa diam seribu kata dan membiarkan tiga pelayan membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Apa sudah waktunya? Jadi gundiknya si duke? Itulah yang saat ini Laura pikirkan.
Setelah mandi, Laura memakai baju yang sangat indah. Salah satu pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh kalangan bangsawan. Bahkan Laura tidak bisa menebak berapa harga untuk gaun yang dia pakai, yang jelas pakaian yang dia kenakan saat ini pastilah sangat mahal.
Wajahnya yang di poles, bibirnya yang ditempeli lipstik tipis, rambutnya yang di tata dengan rapih dan indah. Lalu penyelesaiannya di bubuhi cermin. Dalam sekejap Laura terlihat tak percaya dengan wajahnya. Ternyata ia bisa secantik ini.
"Apa semuanya sudah sesuai dengan selera Anda?" tanya pelayan dengan hormat. Laura hanya membalasnya dengan mengangguk.
"Kalau begitu sudah waktunya, ikuti aku," ujar kepala pelayan.
Laura bingung saat ia berjalan menuju keluar istana dan ia melihat kereta kuda di hadapannya.
Kereta Kuda? Bukannya Seharusnya aku dikirim ke kamarnya si duke? Pikir Laura kebingungan. Sekarang dia akan dibawa ke mana lagi?
Setengah jam kemudian, kereta kuda itu berhenti. Laura yang sibuk kembali dengan pikirannya itu dengan hati-hati melangkah keluar. Namun, begitu ia melihat, ia terkejut dengan istana kekaisaran yang pernah dia tempati.
"Ini, kan?"
Para pelayan terus berjalan mengawal Laura ke suatu tempat hingga ia berhenti di sebuah kamar, di depan kamar itu berdiri seorang pengawal.
"Yang Mulia, wanita yang dikirim oleh duke telah tiba," ujar pengawal di balik pintu.
"Oh, sudah sampai?" tanya Kaisar Stefen Angelo Collin.
"Silahkan ikuti saya ke sebelah sini," ujar pelayan. Pintu kamar pun terbuka.
Stefen bangkit setelah menunggu wanita itu datang dan ketika ia memperhatikan wanita itu, matanya membulat terkejut. Wanita yang ia lihat seperti Laura Estelle, Stefen menyuruh pelayan dan pengawal meninggalkan mereka berdua. Sudah lama Stefen merindukannya. Stefen merasa sangat senang si duke membawa gadis yang sangat mirip dengan Laura. Stefen menyuruh Laura mendekatinya.
Laura sama terkejutnya ketika ia mendengar suara yang ia kenal.
Stefen Angelo Collin kini ia adalah seorang Kaisar. Wajahnya, tampilannya sangat berbeda, Stefen tumbuh menjadi pria yang tinggi dan sangat tampan dan yang paling penting adalah dia menjadi penguasa di negara ini.
Stefen langsung menarik lengan Laura dan menjatuhkannya di atas kasur.
"Siapa namamu?" tanya Stefen. Laura tercengang mendengarnya. Stefen tidak mengenalinya?
Laura menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu tidak menjawabnya, apa kamu tidak dapat bicara?" Laura membalasnya dengan mengangguk.
Pasti kamu merasa kecewa harus tidur dengan wanita bisu sepertiku.
Meskipun wanita dihadapannya ini bisu. Stefen tidak merasa jijik, justru ia memasang wajah senang berharap si wanita itu adalah seseorang yang sangat dia rindukan.'Jangan melihatku seperti itu!' tiba-tiba Laura teringat kembali perkataan dan wajah Stefen di masa lalu. Laura menolehkan kepalanya ke arah lain."Kenapa kau menolehkan kepalamu?" tanya Stefen sembari menarik kembali dagu Laura untuk menatapnya kembali.Bukannya kamu membenci tatapanku seperti ini? Kenapa kamu sekarang seperti ini? gerutu Laura dalam hati."Pasti sulit sekali mendapatkan orang seperti ini," gumam Stefen."Hah?" Laura bingung dengan perkataan Stefen. Sikap Stefen yang seperti ini tidak pernah terlihat di masa lalu. Stefen yang selalu tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Mengapa dia bisa selembut ini sekarang?"Usaha si duke benar-benar patut dipuji," terang Stefen.Stefen merasa bahagia jika wanita yang ada di depannya memang benar-benar Laura. Bahkan ia mencoba mengelus kedua tangan dan kakinya y
15 tahun yang lalu saat penduduk Sinoi dibantai habis, hanya Stefen dan Laura yang masih hidup. Keduanya mulai hidup bersama setelah itu."Kau tidak dibunuh dan berhasil kabur?" tanya Stefen."Aku sedang dalam perjalanan jauh dari kota bersama kakakku, tapi mereka ...." jawaban Laura dimengerti oleh Stefen."Ah. Kalau begitu penduduk Sinoi sekarang hanya tinggal kau dan aku. Kau adalah penduduk asli, pasti bisa menggunakan sihir," ujar Stefen. Tapi Laura menjawab dengan gelengan kepala."Hah? Yang benar saja? Kau tidak pernah menggunakan sihir?" bingung Stefen. Namun dibalas anggukan Laura."Meskipun aku penduduk asli, keluargaku belum pernah mengajarkan sihir padaku, namun mereka melakukan sesuatu pada tubuhku," terang Laura.Stefen mengerti, itu sebabnya Laura berhasil kabur. Bau tubuh khas penduduk Sinoi tidak tercium dalam tubuh Laura, sehingga para tentara itu tidak menemukannya.***Peperangan telah usai, Stefen dan Laura yang masih berusia 10 tahun itu mengunjungi desa kembali
"Anda ingin menyewa kami untuk melakukan pekerjaan macam apa?" tanya Stefen. Kali ini Stefen mendapatkan klien dari putri bangsawan istana kekaisaran. di sampingnya ada Laura yang menemaninya sebagai asisten.Mata putri itu menatap Laura."Dia seorang pria, kan? tapi wajahnya sangat cantik," ucap putri sembari menunjuk pada Laura, membuat Laura mematung karena baru kali ini dia disebut cantik.Benarkah? Aku cantik?"Bagaimana kalau kau jual dia padaku? Di kalangan bangsawan, ada sebuah tren dengan memiliki seorang babu untuk dipukuli," terang putri semakin membuat Stefen dan Laura tak mengerti."Jual dia padaku! Akan kubeli dia dengan harga yang bagus," senyum putri. Stefen yang mendengarnya langsung geram."Pemimpin macam apa yang menjual anggotanya sendiri?""Berhentilah sok suci. Di zaman sekarang, memangnya masih ada yang namanya loyalitas? yah, aku toh tidak berharap bisa membawanya pulang denganku hari ini juga," terang sang putri sembari berdiri sebelum meninggalkan tempat."Ka
"Seharusnya aku melakukannya sejak awal. Aku sendiri tidak paham kenapa aku membiarkan orang menyusahkan macam dirimu berkeliaran di sekitarku," ujar Stefen membuat Laura terpukul."Kamu bercanda, kan, Stefen? Tidak mungkin kamu mengatakan hal seperti itu," ucap Laura lirih. Apa yang membuat Stefen berubah? Dia masih marah karena sebuah ciuman? Apa itu layak dibandingkan dengan menjual dirinya?Stefen membalikkan badannya. "Marquis Hauren akan mengirimkan kereta untuk menjemputmu siang ini. Jangan banyak protes dan cepatlah pergi!"Laura terbelalak masih tidak percaya. Dia berlari dan menahan lengan Stefen sebelum hendak pergi."Stefen, kamu bilang aku saudaramu! Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini tanpa memberitahukanku alasannya?!" geram Laura."Tidak ada saudara yang bisa berciuman!"Deg. Kenapa kamu tega berkata begitu? batin Laura.Bruk.Perkataan itu membuat Laura terhenti dan terjatuh ke lantai. Stefen langsung meninggalkannya."Stefen! Kau ... dasar keparat! Penipu! Bajing
Laura kini sudah memakai gaunnya kembali, ia bahkan tidak tau apa ia akan tinggal bersama Stefen atau kembali kepada si Duke yang sudah membelinya? Di dalam hati ia tidak memilih di antara keduanya. Ia hanya ingin bebas, sampai akhirnya kepala pelayan kaisar datang memasuki ruangan menghampirinya sembari membawa buku dan alat tulis."Saya yakin Anda telah diajari dan diberitahu di tempatnya Duke, Tapi sekedar mengingatkan, Anda tidak boleh tidur dengan pria lain selama setahun ke depan, karena Anda mungkin saja mengandung keturunan kaisar yang berharga, jika Anda tidak mematuhi aturan ini, Anda akan dianggap berkhianat dan mendapatkan hukuman yang berat," ucap kepala pelayan. Mendengar pernyataan itu seolah Laura terikat untuk menjadi wanitanya Stefen, apalagi dengan kejadian yang memungkinkan untuk mengandung anak Stefen. Laura bahkan tak sudi melahirkan anak dari Stefen. Ia harus menemani Stefen sampai setahun? Bahkan mendengar kalimat tidur bersama pria lain membuatnya ngeri. Stefe
Duke Samuel cukup terkejut melihat Stefen yang tersenyum padanya."Anda benar-benar menyukainya? Wanita dari pelelangan dengan tubuh penuh dengan bekas luka, apa dia seleramu?" tanya Duke Samuel dengan tatapan menghinanya."Meskipun tubuhnya penuh dengan bekas luka, dia benar-benar seleraku," lirih Stefen."Kalau begitu aku senang mendengarnya.""Senang kau bilang? Di sini hanya ada kita berdua Duke Samuel, bisakah kau lebih jujur sedikit?" ejek Stefen. Ia sangat mengenal sifat Duke tua Nest ini, setiap dia mengirimkan wanita, selalu ada bayaran yang dia minta."Memang benar kata orang, kita bisa menyingkirkan seseorang dari tempat kumuh, tapi tidak akan bisa menyingkirkan kekumuhan dari orang itu," jelas Duke.Stefen menahan emosi dan menunjukkan tatapan tidak suka atas penghinaan Duke Samuel.Dia sama sekali tidak ragu menyuarakan apa yang dia pikirkan. Dia pikir aku ini masih bocah atau apa? Batin Stefen."Apa kau lupa kau sedang bicara dengan siapa?" tegas Stefen."Apa Anda juga s
Pandangan Laura dan pangeran Maxwell saling bertemu, sampai akhirnya Laura tersenyum pada pangeran, membuat pangeran tersipu malu dan salah tingkah."Ehem, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak mengenali Anda, izinkan saya memperkenalkan diri sekali lagi, saya Maxwell, ahli waris tetap dari Duke Samuel Val Kilmer," ungkap pangeran Maxwell.Setelah berkenalan, pangeran Max bersama pengawal mengantarkan Laura masuk ke istana Nest."Staf kekaisaran akan mengikuti protokol dan mengambil sertifikat budak Anda. Status Anda sekarang adalah orang biasa. Namun, Anda akan dapat menikmati gaya hidup yang sama dengan para bangsawan di kota Nest begitu pula kekaisaran Ziarkia. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda pelajari atau hobi yang ingin Anda lakukan, mohon jangan ragu untuk memberi tahu kami."Laura berfikir keras dengan segala pemberian yang besar pada dirinya.Kenapa mereka memperlakukan aku seperti seorang putri? Apa karena aku sudah dianggap wanitanya kaisar? Oh ayolah. Berhenti
"Baron, beberapa wanita yang dikirim Duke Samuel memang menemaniku bermalam di kamarku, tapi aku tidak pernah menyentuh mereka selama mereka berada di hadapanku, aku sengaja membuat semuanya berjalan seperti rumor yang beredar untuk membuktikan niat Duke Samuel terhadapku. Duke Samuel terus mengirimkan wanita datang kepadaku agar dia bisa bernegosiasi dengan mudah. Entahlah, kali ini wanita yang dia kirimkan berbeda dengan sebelumnya. Apa kau percaya?" tanya Stefen."Hah? Apa maksudmu?" bingung Baron. Kenapa aura yang dikeluarkan Stefen kali ini tidak terbaca sama sekali?"Aku sudah melakukan hubungan intim dengan seseorang," lirih Stefen. Baron yang mendengar pengakuan itu sangat terkejut, pria berdarah dingin yang terus memikirkan perluasan kekuasaan dan tak pernah tidur dengan wanita mana pun, kali ini, dia mengakui telah berhubungan intim dengan seseorang."Kau bercanda, kan?" tanya Baron memastikan."Aku pun tidak tau kenapa aku bisa melakukannya hari itu? Bahkan aku menyembuhkan