Varsha membelalakan matanya. Keningnya berkerut-kerut. Mempertanyakan tukar nasib yang tengah Fabian tawarkan. Rokoknya hampir saja terlepas dari kedua jari Varsha yang tengah mencapitnya.
"Kau terkejut?" tanya Fabian, melihat gelagat Varsha yang aneh.Varsha mendesah pelan sambil menyesap rokoknya yang hampir habis."Ini terlalu beresiko dan gegabah, kau seorang pemilik Hotel. Tidak mungkin aku menyamai kepintaran dan keahlianmu! Orang-orang pasti akan curiga...," tutur Varsha resah.Fabian tersenyum sambil meneguk gelas kopi perlahan."Aku tidak pernah melakukan apa-apa. Bawahanku yang bekerja. Seperti itulah orang kaya raya, uang yang harus bekerja untuk kita. Bukan kita yang harus bekerja," Fabian menyeringai."Apa?"Varsha hanya menelan saliva dengan kebingungan. Walau ini terdengar menggiurkan, Varsha tidak boleh gegabah! Jabatan pemilik Hotel itu bukan kedudukan yang rendah. Ada ribuan karyawan berada di bawahnya, dan ada banyak nasib manusia bergantung kepada Fabian. Tidak mungkin Varsha yang berasal dari keluarga miskin berubah menjadi konglomerat dalam semalam!"Aku ini orang biasa Fabian. Aku hanya berprofesi sebagai sales parfum. Kau sudah meminta bantuan pada orang yang salah!" ujar Varsha sambil mematikan rokoknya diatas asbak.Fabian menatap Varsha lekat-lekat. Ia menyodorkan kembali rokok, tidak ingin cepat mengakhiri pembicaraan antara mereka berdua."Aku benar-benar ingin lari." jawabnya pelan, "Tidak bisakah kau membantuku setelah aku menyelamatkanmu? Aku akan memberimu banyak pelatihan, uang jaminan dan juga kemewahan jika kau menerima pertukaran peran ini. Sungguh, dunia orang-orang bisnis ini tidak cocok untukku...," tutur Fabian.Varsha menimang-nimang. Tawaran berapa yang akan Fabian berikan untuknya jika setuju?"Berapa... kau akan membayarku?" tanya Varsha.Fabian tertawa kecil sambil membuka dasinya."Aku bisa membayarmu, dengan Poundsterling. Tidak perlu mempertanyakan berapa, yang jelas kau akan kaya raya mendadak!"Pikiran Varsha langsung melayang pada Ibu dan adik perempuannya. Tentu dengan uang sebanyak itu mereka akan hidup berkecukupan, jauh dari hinaan atau cemooh orang-orang!Selama ini, karena hidup miskin. Keluarga Varsha dijauhi oleh sanak saudaranya sendiri. Mereka hanya mau membangga-banggakan anak-anak mereka yang telah sukses dan gemilang. Sementara, Varsha hanya dianggap sebagai anak yang paling gagal dalam keluarga besar Ibunya. Hal itulah yang membuat Varsha memiliki sikap dingin."Varsha harus menikahi perempuan kaya agar hidupnya berubah! Kasihan, ia itu tidak kuliah, bahkan kerja saja tidak jelas!" cemooh Bibi perempuan Varsha.Kata-kata menyakitkan lain sering terlontar seiring berjalannya waktu. Varsha benar-benar ingin mengubah hidupnya yang miskin itu! Sepertinya, Varsha telah memutuskan."Baiklah Fabian, kuterima tawaranmu." Varsha mengatakan itu dengan lantang.Fabian tersenyum senang. Ia kemudian mengulurkan tangan."Deal?""Deal!"Mereka berdua berjabat tangan menyetujui pertukaran peran yang Fabian kehendaki. Wajah Varsha kemudian langsung bersemu dan bersera-seri. Ia akan segera menjadi orang kaya raya!**Seorang gadis berusia 22 tahun tengah menendang samsak di hadapannya. Ia terengah-engah dengan peluh di sekujur tubuh."Aaaahhh... lelah!" teriaknya sambil ambruk ke lantai.Seorang lelaki berusia 20 tahun di hadapannya hanya terkekeh. Matanya tajam, dan wajahnya sangat tampan. Pakaian yang dikenakan lelaki itu sederhana namun bernilai fantastis!"Lemah!" ledek lelaki bernama Keyhan itu.Gadis itu mendengus, ia meraih sebotol minuman dan meneguknya hingga setengah habis."Aku bukan Mami! Haaaiiissshhh, bagaimana Mami bisa menjadi wanita sekuat itu?!" keluh gadis yang bernama Alindra tersebut.Keyhan terkekeh. Ia duduk disamping Alindra, menatap Alindra dari sisi kanan tubuhnya."Menjadi kuat butuh proses, sama seperti sebuah senjata. Mereka ditempa sesuatu yang menyakitkan, hingga akhirnya berkilau dan kuat! Seperti itu juga manusia, mereka harus mengalami fase sulit baru bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih baik!" tutur Keyhan.Alindra terkekeh, ia menusuk pipi Keyhan dengan telunjuknya."Kau lebih cocok jadi motivator daripada pewaris grup orang kaya!" ledek Alindra.Keyhan mendengus."Memang, aku yang meminta dilahirkan huh? Kalau boleh meminta, aku ingin jadi musisi saja! Menyenangkan bukan, bekerja tapi melakukan apa yang kita sukai!" celoteh Keyhan.Alindra tersenyum menatap sosok tampan dan cerdas itu. Dua puluh tahun sudah ia bersama seorang lelaki yang sudah dianggapnya adik tersebut.Keyhan Paramarta Suryakancana adalah putra tunggal pemilik perusahaan bisnis terbesar Suryakancana Group. Ia adalah satu-satunya pewaris perusahaan karena seluruh keluarga Suryakancana meninggal satu persatu. Giri Suryakancana-Ayahanda Keyhan meninggal di usia 30 tahun akibat radang selaput otak.Alindra Jennitra Suryakancana merupakan anak angkat Giri Suryakancana. Dulu Ibundanya-Keiyona Larasati Suryakancana adalah isteri dari mendiang Giri Suryakancana. Namun Alindra lahir dari Ayah yang berbeda, yakni Elvano Pranaya-CEO Suryakancana Group.Kisah cinta segitiga rumit antara Giri-Keiyona-Elvano itu mengakibatkan perceraian dari Giri dan Keiyona. Pasca bercerai, Giri Suryakancana menikahi Geiska dan mempunyai anak, yakni Keyhan.Namun saat Tuan Giri wafat, seluruh warisan dan kekuasaan jatuh pada mantan isterinya yakni Keiyona-Ibunda Alindra dikarenakan rasa cinta Tuan Giri pada Keiyona. Sehingga kini segala pergerakan dan juga perkembangan bisnis ditangani penuh oleh Keiyona Larasati.Devani Suryakancana dan Giandra Triasono adalah adik dan adik ipar Giri Suryakancana. Devani meninggal saat setelah melahirkan puteranya---Fabian Suryakancana. Kesendirian Giandra pasca ditinggal mati mendorong ia untuk naik ranjang dan menikahi Ibunda Keyhan yakni Geiska.Giandra dan Geiska dipersatukan sebagai suami-isteri. Posisi Fabian dan Keyhan yang semula hanya sepupu, kini menjadi saudara tiri. Namun yang berbeda saat ini, Fabian memegang perusahaan bisnis besar kedua yaitu Triasono Group milik Kakeknya.Kedua raksasa bisnis di Indonesia dikelola oleh dua orang dalam satu keluarga yang sama. Fenomena ini menarik! Bahkan berita selalu mengatakan bahwa Fabian dan Keyhan adalah dua Pangeran dari dua kerjaaan bisnis yang akan segera mencuri hati banyak pihak."Fabian gak asyik. Kemana dia? Rindu rasanya tidak diledeki manusia itu!" keluh Alindra."Dia sibuk. Kakek Triasono itu galak dan keras sekali padanya! Di usia semuda Fabian, ia sudah harus mengelola banyak hotel. Pasti anak itu kini sedang mengeluh sakit pinggang!" Keyhan terkekeh.Alindra tertawa kecil. Sebenarnya ia merindukan Fabian yang sangat humble dan santai dalam berbicara. Namun Maminya selalu menasehati agar Alindra jangan sampai terlalu dekat. Entah apa alasannya."Telefon aja Fabian gitu ya? Kita ngaliwet!" usul Keyhan."Orang kaya kok ngaliwet?" ledek Alindra.Keyhan mendengus."Memang orang kaya tidak boleh makan liwet? Harus makan serbuk emas gitu? Ngaco!"Keyhan menoyor kepala Alindra dengan telunjuknya. Gadis itu mencak-mencak sambil naik ke atas punggung Keyhan dan mencubiti tubuh itu.Mereka berjalan ke arah ruang tengah, nampak dari kejauhan Nyonya Keiyona sudah datang. Mereka berdua berdiri tegak sambil menganggukan badan."Selamat sore Mami...." sapa kedua anak itu.Nyonya Keiyona masih sangat cantik di usianya yang sudah senja. Beliau duduk diikuti kedua anak itu di hadapannya."Berlatih boxing lagi?" tanya Nyonya Keiyona sambil menyesap teh.Alindra mengangguk."Aku ingin kuat sepertimu, Mami!" tutur Alindra dengan mata berbinar.Nyonya Keiyona tersenyum. Ia menatap kedua orang anak itu lekat-lekat."Nanti malam, akan ada jamuan makan keluarga. Kuharap kalian berdua memakai pakaian terbaik. Jika berkenan, tolong sampaikan pada Fabian mengenai jamuan makan malam ini. Ia pasti sangat sibuk sekarang." Nyonya Keiyona menaruh cangkir tehnya.Alindra melirik Keyhan kemudian berbisik."Kagak usah ngeliwet, siapin perut buat tar malam!" bisik Alindra.Keyhan mengacungkan jempol sambil tersenyum. Nyonya Keiyona berdeham."Jangan berbisik-bisik di hadapan orangtua, Alin!" tegur Nyonya Keiyona.Alindra mengacungkan jempol, Nyonya Keiyona menanggapinya dengan tawa."Kuharap kau berdandan cantik nanti malam. Karena ada suatu hal penting yang perlu disampaikan pada semua orang. Mengerti?" Alindra mengangguk patuh. Nyonya Keiyona beranjak dan pergi dari hadapan mereka berdua. Keyhan menatap Alindra sambil mengkerutkan kening."Muka Mami gak kayak biasanya, Lin. Mau ada apa ya?" Keyhan bertanya-tanya.Alindra mengendikan bahu. Ia meraih gawai dan menekan tombol angka."Aku akan menghubungi Fabian. Pastikan ia datang malam ini!" tutur Alindra dengan muka bersera-seri."Baiklah telefon ia, kita akan berpesta!" sahut Keyhan.
Mereka berdua tidak pernah tahu, bahwa malam itu akan ada suatu hal yang akan sangat menggemparkan.**
Varsha hanya terperangah mendengar cerita detail keluarga Fabian yang cukup rumit di dengar. Varsha mengamati satu persatu foto keluarga yang Fabian tunjukan."Jadi, saat ini Ayahmu menikahi Kakak iparnya?" tanya Varsha mencerna cerita.Fabian mengangguk."Menarik sekali bukan kisah keluargaku? Ayah bahkan tidak berminat untuk mengelola perusahaan milik Kakek dan memilih menjadi Presdir di Suryakancana Group. Karena itu, sebagai cucu satu-satunya aku menjadi korban harapan!" keluh Fabian.Varsha baru menyadari bahwa Fabian adalah orang yang memiliki kepribadian menarik. Kepribadiannya lugas, cara bicaranya menyenangkan, dan juga sangat ramah. Jauh berbeda dengan Varsha yang dingin dan juga sulit membuka diri.Bertukar peran ini akan sangat menyulitkannya!Suara ringtone lagu Dionysus terdengar dari ponsel Fabian. Fabian meraih ponsel dan menempelkannya di telinga."Halo cantik, ada apa menelefon?" sapa Fabian deng
Varsha benar-benar penasaran dengan perjodohan itu. Kira-kira siapa orang yang Nyonya Keiyona maksud?"Mendiang Tuan Giri telah menuliskan wasiat tersebut sejak lama. Jadi, tidak ada bantahan sama sekali untuk perjodohan ini." Nyonya Keiyona mengangkat gelas wine.Seluruh orang mengangkat gelas. Varsha sedikit kikuk. Ia sama sekali tidak suka minuman keras! Haruskah ia minum juga?Tegukan demi tegukan terlihat membasahi kerongkongan para anggota keluarga konglomerat itu. Varsha berakting meminumnya.Varsha sedikit tertekan. Astaga, sampai pukul berapa ia harus menegak minuman-minuman keras ini?"Kurasa, Fabian lah yang akan segera dijodohkan! Bukankah, ia adalah penerus kerajaan bisnis yang paling kompeten?" Keyhan tersenyum sambil melirik ke arah Varsha penuh arti.Varsha belum tahu bila Fabian termasuk orang yang paling suka bercanda saat bersama Keyhan. Karena itu, ia menyikapi semua berdasarkan intuisinya sendiri.
Fabian duduk di halaman salah satu mini market sambil memegang satu cup mie instan. Diseruputnya mie instan itu dengan mata terpejam-pejam."Astaga, enak sekali makan mie instan!" tutur Fabian dengan senyum mengembang.Ia memesan beberapa sosis, ayam krispi, snack kentang dan minuman-minuman dingin.Baginya duduk di minimarket tanpa pengawalan adalah anugerah. Fabian selalu pergi kemanapun bersama para pengawal, dan itu cukup mengganggu."Ah, aku ingin hidup bebas. Menyenangkan bisa makan dan minum kemasan seperti ini." Fabian bermonolog.Orang-orang memperhatikan Fabian dengan tawa mencibir. Ia dianggap orang aneh! Tapi ada juga beberapa wanita yang kagum akan ketampanan Fabian yang sangat menyita hati sebagian perempuan itu.Nampak dari kejauhan, mobil CRV terparkir di halaman mini market. Seorang pria keturunan Jawa yang berkulit gelap itu turun bersama seorang wanita muda.Fabian menggelengkan kepalanya.
Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang y
Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me
"Jangan bunuh diri!" ujar gadis itu sambil memelototi Varsha.Varsha tertegun menatap seorang gadis cantik berbalut kemeja dengan tangan terkepal."Siapa kau?!" tanya Varsha dengan mata terbelalak.Gadis itu melayangkan jitakan di kepala Varsha secara spontan. Varsha benar-benar kaget atas perlakuan gadis pemberani itu."Selelah apapun hidupmu, tidak sepatutnya kau bunuh diri! Berapa banyak orang yang memohon untuk hidup dibawah sini, sedangkan kau malah ingin mengakhiri hidup!" bentak gadis itu lagi.Varsha menarik napas dan berdecak lidah."Apa urusannya denganmu? Memang kau tahu aku siapa?!" bentak Varsha tak kalah sengit.Gadis itu terdiam. Ia menarik napas. Varsha berharap gadis itu pergi dan meninggalkannya agar ia bisa mati."Aku tidak peduli kau siapa, tapi jika kau butuh teman bicara... kau... kau bisa bicara padaku! Aku akan mendengarkanmu!" Gadis itu berapi-api.
Varsha menatap salah seorang ajudan Fabian yang menyerahkan sebuah dokumen diatas meja. Disamping dokumen tersebut, terdapat sebuah bolpoin mahal dengan ukiran nama Fabian."Ini surat perjanjian kontrak, bahwa kau bersedia untuk menjadi Fabian Suryakancana dengan kontrak selama satu tahun. Jika misi yang ditentukan itu gagal, maka dengan sukarela anda harus menyerahkan nyawa." Ujar ajudan Fabian.Varsha menelan saliva.Bukankah hal ini sangat berat? Apakah ia harus benar-benar menjadi alat Fabian? Sebenarnya hati Varsha bertolak belakang, namun jika ia mendekam di penjara pun hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak punya banyak pilihan untuk hidup."Baik."Varsha meraih bolpoin itu, menandatangan perjanjian diatas materai dan juga meninggalkan sidik jarinya diatas sana. Fabian tersenyum licik sambil meneguk whiski dengan sekali tegak."Menjadi diriku, kau akan belajar juga seperti apa sifatku, sikapku, dan kebiasaan
"Varsha!"Varsha menyadari panggilan itu untuknya. Namun ia melengos, berpura-pura tidak mendengarnya."Varsha, masa kau lupa aku?!" Syahna menghampiri Varsha sambil menunjuk mukanya sendiri.Varsha menatap Syahna seksama hingga akhirnya Frans menghampiri."Nona Syahna, senang bertemu dengan anda." Frans membungkukan tubuhnya.Syahna menatap Frans seksama kemudian ia ikut membungkukkan badan."Maaf sepertinya saya salah orang, ia mirip dengan temanku." Syahna mengusapi lengannya dengan perasaan bersalah.Teman? Sejak kapan Varsha berteman dengan Syahna?"Namaku Fabian, mungkin... kita belum pernah bertemu?" Varsha berakting seramah mungkin dan mengulurkan tangannya.Syahna tertegun. Terasa ada yang aneh. Ia sudah pernah bertemu dengan Fabian. Tapi, ada yang berbeda dengan Fabian."Ah, mungkin kau melupakanku. Kita pernah bertemu, saat peresmian Rumah Sakit cabang ke tiga di Jaka