Varsha berdecak lidah saat Alindra memaksanya untuk pergi. Gadis itu menarik lengannya sambil sesekali menyesap tangan Varsha seperti pada seorang kekasih.
Ah, sialan itu!Varsha benar-benar bingung dengan hubungan seperti apa yang tengah dijalin antara Fabian dan Alindra. Lelaki itu bahkan tidak mengatakan apa-apa terhadapnya!"Ayolah Fabian, kau sudah berjanji padaku..., jika pada akhirnya kita tidak bisa menikah, tolong! Biarkan aku menyerahkan kesucian ini," tutur Alindra sambil terus mencengkram lengan Varsha.Varsha risih. Sungguh! Belum pernah ia berdekatan dengan wanita manapun kecuali keluarganya sendiri. Alindra memang cantik, tapi bagi Varsha, gadis itu bukan seleranya."Alindra, aku tidak mau hal ini menjadi masalah untuk kita berdua. Nyonya Keiyona bisa membunuh kita berdua!" tutur Varsha berusaha mencari alasan.Alindra menggelengkan kepalanya."Aku tidak peduli! Aku tidak bisa menikah dengan orang yang sudah kuanggap adik sendiri!" tutur Alindra dengan kedua bola mata yang bersungguh-sungguh.Varsha berusaha mencari bantuan agar Alindra menjauhinya. Namun, siapa yang bisa membantu? Hanya ada mereka berdua di taman itu!Terdengar langkah kaki mendekat. Alindra bergegas menjauhkan tubuhnya dari Varsha. Mereka berdua menoleh, menatap pelayan yang tengah menghampiri mereka berdua sambil menganggukkan tubuhnya sembilan puluh derajat."Alindra, Nyonya Keiyona memanggil anda," ujar pelayan itu dengan penuh kesantunan.Selamat! Varsha bernapas lega. Akhirnya ia bisa terbebas dari wanita yang mungkin akan mempersulit hidupnya itu.Alindra yang tak rela itu bergegas pergi sambil terus menatap Varsha. Varsha menghela napas sambil mengelus wajahnya.Varsha tidak ingin lagi terlibat dengan keluarga kaya raya itu. Ia akan segera pulang dan membatalkan perjanjian pada Fabian. Sudah cukup baginya, keluarga konglomerat tidak cocok untuk Varsha yang terbiasa hidup dengan keras.Ditempelkan gawainya ke telinga. Menunggu jaringan itu terhubung dengan Fabian yang sekarang entah berada dimana."Kau ada dimana?" Varsha bertanya tanpa basa-basi saat telefon itu tersambung."Aku baru saja membereskan cecunguk yang sering mengganggumu, kenapa?" Fabian bertanya dengan nada sedikit bergetar."Ada sesuatu yang gawat. Lebih baik aku segera menemuimu."Varsha mematikan ponsel dan memasukan ponsel itu ke sakunya. Ia akan segera pulang bersama sopir ke arah hotel milik Triasono Group.Namun baru saja ia hendak berjalan keluar, sosok Ayah Fabian menghalangi. Beliau memegang pundak Varsha agar lelaki itu berhenti berjalan."Fabian, hadiri acara ini sampai selesai. Apa kau akan selalu membangkang?" tanya Ayah Fabian dengan kening berkerut-kerut.Varsha mengulum bibirnya kemudian menatap Ayah Fabian. Sepertinya, ia mulai terbiasa menjadi sosok Fabian!"Maaf, aku tidak enak badan. Aku akan pulang duluan." Varsha berkata sesopan mungkin sambil berakting memijat kepalanya.Ayah Fabian menepuk pundak Varsha. Entah mengapa sentuhan itu terasa hangat di pundak Varsha.Apa karena, ia tidak memiliki sosok seorang Ayah?"Jaga dirimu. Ayah harap, kau melupakan rasa cintamu terhadap Alindra."Deg!Cinta? Jadi, Fabian sebenarnya...?!"Aku tidak pernah mencintainya," Varsha berusaha menyanggah, semoga jawaban itu bisa melindungi posisi Fabian.Ayah Fabian tersenyum. Walau usianya telah menua, Varsha bisa melihat sisa-sisa ketampanan yang serupa dengan Fabian."Baiklah Fabian. Ayah hanya berharap lontaran kata-kata itu bukan pembelaan diri semata. Selamat malam."Ayah Fabian berbalik meninggalkan Varsha yang tengah berdiri mematung memandangi langkah pria lima puluh tahun yang kian menjauh.Kenapa, Ayah Fabian sangat familiar dimata Varsha?**Varsha masuk ke dalam kamar hotel dan memandangi Fabian yang tengah memakan snack dalam keadaan bersila. Varsha menghela napas, mendekatkan langkahnya ke arah Fabian."Kenapa kau memandangiku seperti itu?" Fabian mengunyah snack sambil memandangi Varsha tak mengerti.Varsha melepas jasnya dan berdecak lidah. Ia menghempaskan tubuh, bernapas lega telah lepas dari perannya sebagai Fabian."Kau tidak memberitahu apapun tentang hubunganmu dengan Alindra!" nada Varsha meninggi.Fabian tertegun, kemudian ia tertawa kecil."Memang, aku punya hubungan apa dengan Alindra?"Varsha duduk di hadapan Fabian dengan kening berkerut-kerut."Alindra hendak dinikahkan dengan Keyhan. Lalu, ia menagih janji pernikahan yang pernah kau ajukan."Fabian hanya tertawa geli sambil meneguk sebotol minuman bersoda dengan nafsu."Anak bodoh itu. Baru berciuman tiga kali denganku sudah banyak berharap." Fabian menggeleng-gelengkan kepalanya.Varsha mengangkat alisnya. Sebenarnya, Fabian ini pria macam apa?! Bagaimana mungkin ia semudah itu berciuman dengan wanita tanpa perasaan?"Alindra menyukaiku sejak kecil. Keyhan juga pasti menolak jika dijodohkan dengan gadis manja itu. Alindra sama sekali bukan tipenya! Karena itu, Nyonya Keiyona terlihat sangat membenciku. Ah, tentu saja wanita itu ingin anaknya memegang kendali Suryakancana Group...," Fabian meraih batang rokok dan menyalakannya.Varsha mendesah pelan kemudian mengusap wajahnya. Astaga, apakah dunia orang kaya itu rumit?"Lama-lama... aku bisa gila hanya karena memikirkan hal diluar duniaku! Kurasa, aku tidak akan melanjutkan tukar peran ini Fabian. Aku tidak sanggup jadi orang kaya-"Fabian mengulurkan tangannya tiba-tiba, memutus omongan Varsha. Ia menunjukan layar ponsel dan memberi titah agar Varsha menatap tayangan video di ponselnya itu tanpa bicara apapun.Varsha meraih ponsel dan menatap tayangan di ponsel Fabian seksama. Ia membelalakan mata melihat Pak Agung yang tengah bersujud di hadapan Varsha."Itu, atasan yang sudah membuatmu masuk penjara bukan?" tanya Fabian sambil tersenyum kecil.Varsha menatap lekat-lekat Fabian yang tengah menyeringai. Apa yang sudah Fabian lakukan pada pria gila itu hingga rela bersujud?!"Kupikir, ia benar-benar punya kuasa. Ternyata ia hanya onggokan sampah yang punya sedikit jabatan! Kupastikan perusahaan parfum itu menjadi milikmu, jika kau mau mengikuti keinginanku." Fabian menyesap rokoknya dengan santai.Varsha benar-benar tak habis pikir. Kekuatan macam apa yang dimiliki Fabian sehingga cecunguk sombong seperti Pak Agung rela tunduk terhadapnya?"Hari ini pulanglah, tapi mulai lusa. Kau diam di rumahku, dan aku di rumahmu. Bawalah sejumlah uang ini untuk biaya keluargamu. Kau bisa dapatkan lebih jika terus membantu."Fabian menyerahkan beberapa gepok uang merah yang berjumlah puluhan juta! Varsha menerima uang itu dengan perasaan membuncah. Uang adalah barang penting bagi pria seperti Varsha yang miskin!"Pergilah! Kuharap, kau menerima semua tawaranku. Karena, membungkam cecunguk besar itu adalah salah satu bentuk kebaikanku terhadapmu. Kuharap kau ingat itu!"Varsha akhirnya pergi sambil memasukan uang itu ke dalam kantung plastik hitam dan menyimpannya di dalam tas. Mengantisipasi agar uang-uang tersebut tidak hilang.Sepanjang perjalanan pulang di dalam taksi, Varsha memutar otaknya kuat-kuat tentang keanehan-keanehan itu.Apa Fabian sebenarnya sudah mengintainya sejak lama? Ataukah semua ini hanya kebetulan semata? Namun jika dilihat dari sorot mata Fabian, Varsha tahu betul bahwa ia lelaki yang cukup pintar dan licik. Tidak mungkin pria sepertinya melakukan ini semua bukan tanpa alasan.Yang membuat Varsha lebih aneh lagi, Nyonya Keiyona sempat menemui Varsha sebelum berangkat kerja.Apa mereka semua sebenarnya tahu, bahwa di pesta itu Varsha bukan Fabian?!**
Varsha tiba di gang menuju ke arah rumahnya yang sudah nampak sepi dari aktifitas. Ia menyesap rokok dan membuang sisa rokok tersebut ke sembarang arah.Jalanan rumahnya terasa becek karena hujan mengguyur kota Jakarta sejak sore hari. Varsha berjalan semangat agar tiba di kediamannya lebih cepat. Ia sudah bisa membayangkan wajah sumringah adik dan Ibunya saat Varsha membawa uang sebanyak itu.Dengan uang sebanyak itu, apa yang akan ia beli untuk pertama kali? Varsha merasa hatinya amat sangat membuncah, harapannya begitu tinggi memikirkan hal tersebut. Ia akan membeli berkarung-karung beras, bahan pokok, dan juga kalung emas untuk Ibunya.Ibu dan adiknya, pasti bahagia sekali! Varsha tersenyum senang.Varsha akhirnya tiba di kediamannya itu. Sedikit aneh! Ia mendapati pagar rumahnya terbuka tanpa ada yang menutup kembali. Apakah Alvia lupa mengunci?Perlahan Varsha masuk ke halaman rumah itu dan menutup pagarnya. Baru saja Varsha me
"Jangan bunuh diri!" ujar gadis itu sambil memelototi Varsha.Varsha tertegun menatap seorang gadis cantik berbalut kemeja dengan tangan terkepal."Siapa kau?!" tanya Varsha dengan mata terbelalak.Gadis itu melayangkan jitakan di kepala Varsha secara spontan. Varsha benar-benar kaget atas perlakuan gadis pemberani itu."Selelah apapun hidupmu, tidak sepatutnya kau bunuh diri! Berapa banyak orang yang memohon untuk hidup dibawah sini, sedangkan kau malah ingin mengakhiri hidup!" bentak gadis itu lagi.Varsha menarik napas dan berdecak lidah."Apa urusannya denganmu? Memang kau tahu aku siapa?!" bentak Varsha tak kalah sengit.Gadis itu terdiam. Ia menarik napas. Varsha berharap gadis itu pergi dan meninggalkannya agar ia bisa mati."Aku tidak peduli kau siapa, tapi jika kau butuh teman bicara... kau... kau bisa bicara padaku! Aku akan mendengarkanmu!" Gadis itu berapi-api.
Varsha menatap salah seorang ajudan Fabian yang menyerahkan sebuah dokumen diatas meja. Disamping dokumen tersebut, terdapat sebuah bolpoin mahal dengan ukiran nama Fabian."Ini surat perjanjian kontrak, bahwa kau bersedia untuk menjadi Fabian Suryakancana dengan kontrak selama satu tahun. Jika misi yang ditentukan itu gagal, maka dengan sukarela anda harus menyerahkan nyawa." Ujar ajudan Fabian.Varsha menelan saliva.Bukankah hal ini sangat berat? Apakah ia harus benar-benar menjadi alat Fabian? Sebenarnya hati Varsha bertolak belakang, namun jika ia mendekam di penjara pun hidupnya akan semakin sengsara. Ia tidak punya banyak pilihan untuk hidup."Baik."Varsha meraih bolpoin itu, menandatangan perjanjian diatas materai dan juga meninggalkan sidik jarinya diatas sana. Fabian tersenyum licik sambil meneguk whiski dengan sekali tegak."Menjadi diriku, kau akan belajar juga seperti apa sifatku, sikapku, dan kebiasaan
"Varsha!"Varsha menyadari panggilan itu untuknya. Namun ia melengos, berpura-pura tidak mendengarnya."Varsha, masa kau lupa aku?!" Syahna menghampiri Varsha sambil menunjuk mukanya sendiri.Varsha menatap Syahna seksama hingga akhirnya Frans menghampiri."Nona Syahna, senang bertemu dengan anda." Frans membungkukan tubuhnya.Syahna menatap Frans seksama kemudian ia ikut membungkukkan badan."Maaf sepertinya saya salah orang, ia mirip dengan temanku." Syahna mengusapi lengannya dengan perasaan bersalah.Teman? Sejak kapan Varsha berteman dengan Syahna?"Namaku Fabian, mungkin... kita belum pernah bertemu?" Varsha berakting seramah mungkin dan mengulurkan tangannya.Syahna tertegun. Terasa ada yang aneh. Ia sudah pernah bertemu dengan Fabian. Tapi, ada yang berbeda dengan Fabian."Ah, mungkin kau melupakanku. Kita pernah bertemu, saat peresmian Rumah Sakit cabang ke tiga di Jaka
Fabian menyambut kedatangan Alindra dengan seringai penuh arti. Ia menatap Alindra dari atas sampai bawah dengan tatapan layaknya serigala yang siap menerkam."Fabian!" seru Alindra.Gadis itu berhambur ke pelukan Fabian, bibirnya tertaut di bibir Fabian dengan lengan melingkar di leher. Bahkan Fabian memagutnya tanpa peduli para pelayan berada disana memperhatikan.Varsha gemetar. Tidak mungkin ia harus meniru perilaku berengsek semacam itu!!!"Aku merindukanmu, sejak pesta kemarin, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu Fabian... aku tidak bisa menikah dengan seorang lelaki yang sudah kuanggap adik sendiri!" Alindra terlihat dramatis.Fabian mengacungkan telunjuknya, menempelkannya di bibir Alindra yang terulas lipstick berwarna nude."It's okay baby, ceritakan padaku disini... aku selalu ada... menyediakan waktu untukmu." Fabian mengulurkan tangannya, mengusapi wajah Alindra.Varsha tak karuan memandangi pe
Varsha merasakan tangannya gemetar. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya, apa yang sudah tubuhnya kerjakan.Ia kotor.Varsha telah menjaga prinsip itu seumur hidup. Namun pada akhirnya ia melanggar semua prinsip itu dengan tindakan yang sangat buruk. Ia tidak dapat memilih ingin hidup seperti apa, ia hanya bisa menjalani waktu ke waktu dengan naluri."Brak!"Lima gepok uang jatuh di pangkuan Varsha. Kepulan asap rokok mengenai wajah Varsha, berasal dari mulut yang tengah menyeringai padanya."Wanita adalah barang terbaik untuk meredakan stress. Keluarkan semuanya jika kau merasa penat. Wanita tidak akan menolakmu." Fabian terkekeh.Varsha mengepalkan tangan kuat-kuat. Entah kenapa, baru kali ini ia tidak selera dengan jumlah uang yang Fabian berikan. Ia melakukan hal kotor pertama yang luar biasa menyiksa batinnya."Ayolah, kau seperti anak gadis yang baru saja diperawani." Fabian terkekeh, "Kau aka
Varsha dibangunkan pada pukul enam pagi. Ia yang lemas dan habis mabuk itu sontak mengerjapkan mata. Tubuhnya menggeliat dengan sedikit kesulitan. Seluruh tubuhnya kaku dan linu."Selamat pagi Tuan, hari ini jadwal anda ke kantor Triasono Group." Frans menganggukkan badannya sembilan puluh derajat.Varsha mengangguk. Ia berusaha bangkit dari posisinya dan duduk sambil menggosok mata.Astaga, tidak terasa setelah banyak pelatihan bisnis ia masuk ke kantor untuk pertama kali. Varsha sedikit gugup. Apakah ia bisa menjalani semua itu?Varsha bergegas mandi menggunakan sabun yang benilai cukup fantastis. Penampilan Varsha yang sangat sederhana itu berubah menjadi sosok pria yang lebih dari sekedar tampan! Uang telah mengubahnya menjadi seseorang yang memiliki sebuah kharisma mewah.Tubuh tegap dan tinggi itu dibalut dengan pakaian dari merk ternama. Rambutnya segera ditata oleh asisten kamar, wajahnya turut diolesi skincare mahal yang mem
Beberapa waktu ke belakang.Nyonya Keiyona menghentikan mobilnya di sebuah daerah yang terletak di sudut kota Jakarta. Kemudian, ia menurunkan kaca mobil yang dinaikinya itu perlahan."Apa, ini daerah tempat Varsha tinggal?" tanya Nyonya Keiyona.Ajudan Nyonya Keiyona mengangguk."Iya Nyonya, Varsha bekerja di sebuah Mall sebagai sales dan menghidupi keluarga yang sudah mengurusnya...." tutur ajudan tersebut.Nyonya Keiyona memperhatikan langkah seorang anak laki-laki yang tengah memakai tas selempang dan seragam kerja.Luar biasa! Sosok anak lelaki itu sungguh tampan dan mempesona sehingga setiap orang yang dilewatinya terperangah."Apakah, itu Varsha?!" tanya Nyonya Keiyona terkejut.Ajudan itu mengangguk."Iya, itu Tuan Varsha... usianya 21 tahun sekarang..." jawab Ajudan.Nyonya Keiyona tak percaya bahwasanya 20 tahun sudah berlalu sejak kejadia