"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
Jam 9 malam.Udara yang lembab dan panas di luar, berubah menjadi sangat dingin serta menakutkan di ruangan berukuran sempit tersebut. Dua orang pria duduk berhadapan dengan kaku, suara mesin di dalam aquarium menjadi latar sepanjang keduanya larut dalam pemikiran masing-masing."CUIH!"Lelaki berdarah Jawa yang duduk di kursi kulit itu meludah, tepat di samping tubuhnya yang terbalut kemeja berwarna hijau telur asin. Wajahnya sama sekali tak ramah, seolah-olah menyidang seseorang yang melakukan kesalahan besar tak termaafkan.Ia menatap Varsha, sales yang menjadi bawahannya dan tengah tertunduk lesu. Lelaki berusia 21 tahun itu hanya mengangkat sebelah alisnya, tangannya memegang sebatang rokok kretek yang sudah hampir habis separuhnya.Varsha tak berani mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menunduk, ingin mengetahui apa yang hendak pria itu sampaikan kepadanya kesekian kalinya."Menganggap diri lu becus kerja, hah?" tanya lelaki bernama Agung itu sambil menyesap rokoknya. "Gila, bi
"Terima kasih, gua akan selalu kenang kebaikan lo karena telah nyelamatin gue."Kalimat itu masih jelas di telinga Varsha. Bahkan rasanya bagaikan mimpi, Varsha masih mengingat jelas wajah Fabian yang sangat mirip dengannya. Bagaikan bertemu dengan dirinya yang lain, Varsha benar-benar penasaran siapa Fabian?Apakah mereka nanti bisa bertemu kembali?Varsha membuka kedua kelopak matanya perlahan. Ternyata waktu bergulir begitu cepat dan sudah tiba pagi hari kembali. Waktu begitu cepat berlalu dan keadaannya masih saja sama, Varsha masih miskin serta harus memikirkan tiga perut di rumah itu untuk bertahan hidup.Lalu, kali ini bagaimana? Varsha telah melakukan tindakan kriminal, dan ia sudah pasti akan sulit untuk bekerja kembali. Varsha mendadak putus asa, padahal itu masih terlalu pagi untuk memikirkan kepedihan hidup."VARSHA!"Belum sempat Varsha menyelesaikan pemikirannya, suara teriakan yang berasal dari Ibunya langsung memangkas perasaan Varsha. Entah apa yang membuat beliau haru
Varsha tertegun menatap sosok yang tengah membebaskannya itu. Bukankah sosok itu adalah...?"Kau?" Varsha tertegun.Sosok yang mirip dirinya itu tersenyum, menatap Varsha sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.Ia adalah Fabian! Lelaki yang diselamatkannya tempo hari."Sudah kubilang, hubungi aku jika terjadi sesuatu." Fabian menyunggingkan senyum sambil menatap sinis ke arah para Polisi.Varsha mencoba mengingat. Ia mungkin telah melupakan apa yang dikatakan Fabian padanya malam itu.Sebuah kartu nama memang masih disimpan Varsha. Fabian meminta Varsha menghubunginya setelah peristiwa itu, namun Varsha belum sempat melakukannya karena telanjur mengalami peristiwa ini.Siapa sangka, kini lelaki itu telah membebaskannya dari penjara! Tentu ia punya kuasa sehingga semudah itu baginya membebaskan Varsha.Siapa sebenarnya Fabian?"Ikuti aku," titah Fabian.Para Polisi membu
Varsha membelalakan matanya. Keningnya berkerut-kerut. Mempertanyakan tukar nasib yang tengah Fabian tawarkan. Rokoknya hampir saja terlepas dari kedua jari Varsha yang tengah mencapitnya."Kau terkejut?" tanya Fabian, melihat gelagat Varsha yang aneh.Varsha mendesah pelan sambil menyesap rokoknya yang hampir habis."Ini terlalu beresiko dan gegabah, kau seorang pemilik Hotel. Tidak mungkin aku menyamai kepintaran dan keahlianmu! Orang-orang pasti akan curiga...," tutur Varsha resah.Fabian tersenyum sambil meneguk gelas kopi perlahan."Aku tidak pernah melakukan apa-apa. Bawahanku yang bekerja. Seperti itulah orang kaya raya, uang yang harus bekerja untuk kita. Bukan kita yang harus bekerja," Fabian menyeringai."Apa?"Varsha hanya menelan saliva dengan kebingungan. Walau ini terdengar menggiurkan, Varsha tidak boleh gegabah! Jabatan pemilik Hotel itu bukan kedudukan yang rendah. Ada ribuan karyawan berada di ba
Varsha hanya terperangah mendengar cerita detail keluarga Fabian yang cukup rumit di dengar. Varsha mengamati satu persatu foto keluarga yang Fabian tunjukan."Jadi, saat ini Ayahmu menikahi Kakak iparnya?" tanya Varsha mencerna cerita.Fabian mengangguk."Menarik sekali bukan kisah keluargaku? Ayah bahkan tidak berminat untuk mengelola perusahaan milik Kakek dan memilih menjadi Presdir di Suryakancana Group. Karena itu, sebagai cucu satu-satunya aku menjadi korban harapan!" keluh Fabian.Varsha baru menyadari bahwa Fabian adalah orang yang memiliki kepribadian menarik. Kepribadiannya lugas, cara bicaranya menyenangkan, dan juga sangat ramah. Jauh berbeda dengan Varsha yang dingin dan juga sulit membuka diri.Bertukar peran ini akan sangat menyulitkannya!Suara ringtone lagu Dionysus terdengar dari ponsel Fabian. Fabian meraih ponsel dan menempelkannya di telinga."Halo cantik, ada apa menelefon?" sapa Fabian deng