Share

SAMUDERA

“Maaf..” Agni kembali mengucapkan kata itu sembari sedikit membungkuk. 

Karena tidak mendapatkan respon dari Pria itu, Agni langsung memutar troli miliknya, bermaksud untuk melanjutkan kegiatan belanja. 

Namun, troli itu di pegang dengan erat oleh sebuah tangan kekar. Agni mengehentikan langkahnya, lalu melihat kearah tangan itu. Sebuah jam bermerek dengan harga fantastis melingkar di pergelangan tangan Pria itu.

Mata Agni melihat ke lengan kekar itu, terlihat jas yang di jahit khusus tengah membungkus tubuh atletis milik Pria itu. Saat Agni semakin mengangkat wajahnya, matanya bertemu pandang dengan tatapan dingin yang sangat familiar baginya. 

"Lili putih," gumam pria itu. Terdengar sedikit tidak jelas, karena itu Agni mengangkat sebelah alisnya.

"Maaf?" Tapi tidak ada jawaban, pria itu masih berdiri seperti arca hidup didepan Agni. 

“Maafkan Aku, Tuan. Aku tidak sengaja tadi," ucap Agni lagi. Namun, seperti tadi, tidak ada respon apapun dari pria itu. Merasa sedikit canggung, Agni berdehem membersihkan tenggorokannya, kemudian melanjutkan.

"Mmm, karena ini adalah pertemuan pertama kita, aku harap Tuan bermurah hati untuk memaafkanku,” Ucap Agni. 

“Tiga kali,” Ucap Pria itu, untuk pertama kalinya. Hal yang membuat Agni mengerutkan keningnya.

“Maksud, Anda?” 

“Ini adalah pertemuan kita yang ke-tiga kalinya,” pria itu menjelaskan dengan dingin. 

Mendengar ucapan Pria itu, Agni semakin mengerutkan keningnya, kemudian berucap, “Saya tidak mengerti maksud Anda, Tuan. Saya merasa belum pernah bertemu dengan Anda.” 

“Enam tahun lalu, Grand Hotel. Dua tahun lalu, tempat parkir Golden Hotel. Hari ini, Swalayan.” 

Ucapan Pria itu membuat Agni kembali terpaku. Agni kembali mengangkat sebelah alisnya.

“Maaf, saya tidak mengingatnya,” Ucap Agni. 

“Saya tidak minta kamu untuk mengingat. Saya hanya mengoreksi ucapan kamu,” Ucap Pria itu lagi. Nada yang Pria itu gunakan selalu sama, dingin. 

Agni menganggukkan kepalanya, “Baik, terima kasih karena sudah diingatkan. Kalau begitu, saya permisi,” Ucap Agni. 

Agni lalu mencoba mendorong troli miliknya lagi. Namun, tangan Pria itu masih menahan troli. Agni sempat berpikir, apa Pria ini menginginkan troli miliknya? Tapi, dia langsung menggelengkan kepala. 'Tidak mungkin.'

Agni yang masih berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan Absurd, dikejutkan dengan tangan Pria itu yang di arahkan padanya. 

Agni kembali mengangkat sebelah alisnya, bertanya apa maksud Pria itu.

“Berkenalan.” 

Agni yang memang ingin segera pergi, langsung menyambut uluran tangan Pria itu. 

“Agni.” 

“Samudera.” 

Deg

Bukan hanya mata Pria itu saja yang Familiar, namanya pun demikian. Agni seperti pernah melihat mata itu, dan mendengar nama itu, entah di mana. 

Alam bawah sadarnya seperti sangat akrab, bahkan dia merasa ada seseorang yang pernah membisikkan nama itu, secara intim di telinganya. 

Menyadari pikirannya yang mulai melayang entah kemana, Agni segera menggelengkan kepalanya lagi. 

“Senang berkenalan dengan Anda, Pak Sam. Kalau begitu, saya permisi.” 

“Tunggu sebentar.” 

Agni kembali menghentikan langkahnya, kemudian berbalik kearah Pria itu, “Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?” Tanya Agni. 

“Kita telah bertemu secara tidak sengaja sebanyak tiga kali.” 

“Ya, Lalu?” Ucap Agni dengan heran.

“Ada orang yang pernah berkata bahwa, jika kamu secara tidak sengaja bertemu dengan orang yang sama sebanyak tiga kali, maka orang itu adalah, jodohmu.” 

Mendengar ucapan Pria yang baru Agni tahu bernama Samudera itu, membuat pupil mata Agni melebar. ‘Apa-apaan Pria ini!?' Batin Agni. 

“Ja-jadi maksud Anda, kita berjodoh?” Agni bertanya, sambil menunjuk dirinya dan Samudra. Samudra menjawabnya dengan anggukan. 

Melihat anggukan kepala dari Pria itu,  Agni menepuk jidatnya. Agni kemudian menarik nafasnya kemudian berkata, “itu hanya mitos, Pak.” 

“Saya percaya dengan mitos itu.” Tandas Samudera. 

Agni yang sudah tidak sabar, lalu menghembuskan nafas berat, kemudian berkata dengan penuh penekanan. “Baik, saya tidak ingat dengan pertemuan pertama dan kedua kita, Pak. Untuk itu saya merasa ini tidak valid. Sebentar, jangan memotong ucapan Saya." Agni mengangkat telapak tangannya saat Samudera ingin menyela.

"Karena saya tidak mengingat pertemuan pertama dan kedua kita, saya akan menganggap ini pertemuan kedua kita saja. Ini karena anda yang sangat yakin kita pernah bertemu. Dan, kalau nanti kita bertemu secara tidak sengaja sekali lagi, saya baru akan percaya kalau Anda dan Saya memang berjodoh. Bagaimana, pak?” 

Mendengar ucapan Agni, Samudera menelan kembali sanggahan yang telah sampai pada ujung lidahnya itu. Kemudian menganggukkan kepalanya, “Baik! Jika kita bertemu sekali lagi, berarti kamu adalah jodoh saya. Dan saat itu juga, kamu telah resmi menjadi kekasih saya. Bagaimana, Deal?” Samudra berucap sembari mengulurkan tangannya lagi. 

Agni yang memiliki keyakinan bahwa mereka tidak akan bertemu lagi, segera menyambut uluran tangan Samudera, “Deal!” 

“Good Girl,” ucap Samudra dengan seringai tipis. 

“Kalau begitu saya permisi, Pak,” Ucap Agni. Kemudian mendorong trolinya setelah mendapat anggukan dari Samudera. 

Saat berjalan sedikit jauh dari Pria itu, Agni mengembuskan napas lega. 

‘Semoga kita tidak bertemu lagi,' batinnya. 

***

Setelah membayar semua belanjaannya, Agni langsung memacu mobil menuju Kafe miliknya. 

Sejak perpisahannya dengan Andi dua tahun silam, Agni mencoba peruntungan  dengan membuka usaha kecil-kecilan.

Agni yang memang piawai mengolah adonan tepung menjadi kue, membuka sebuah kafe sederhana untuk menyambung hidupnya dan Aska. Awalnya, Agni hanya menjajakan kue kuenya pada warung warung kecil. Karena cita rasa kue Agni yang cocok dengan lidah orang sekitar, jumlah pelanggannya pun semakin bertambah banyak.

Hingga, ia memutuskan membuka sebuh kafe dengan modal yang berasal dari tabungannya waktu masih gadis, dan harta Gono gini dari perceraiannya dengan Andi dulu.

Kafe milik Agni memiliki interior klasik yang sedikit mengadaptasi dari gaya Korea, hal yang memang sesuai dengan selera anak muda jaman sekarang. Agni sendiri yang mendesign Kafenya itu. Karena ini adalah usaha pertama dari hasil jerih payahnya sendiri, Agni merasa harus ikut terlibat dalam setiap proses perkembangan usahanya.

Kurang lebih satu tahun terakhir, Kafenya sudah menunjukkan progres yang menakjubkan. Perhitungan balik modal sudah ia raih sejak lama, hingga Agni dapat mempekerjakan dua orang tetangganya yang juga seorang single parent untuk membantunya di dapur. Agni pun mempekerjakan dua orang mahasiswa yang ingin bekerja part time untuk membiayai sekolah mereka.

Untuk menunjang bisnisnya agar sesuai dengan selera pasar, Agni juga berkolaborasi dengan seorang Barista muda. Aleandro namanya. Pria blasteran Italia Indonesia berusia awal dua puluhan yang memulai bisnisya sendiri. Akan tetapi, karena masalah financial ia harus rela menutup usahanya itu. Agni yang merasa simpati dengan keadaan Alen, menawarkan kerja sama dengannya. Selain untuk menambah variasi tatanan menu dalam kafe milikya, kehadiran Alen juga menjadi daya tarik tersendiri bagi kafe miliknya itu. Alen yang berparas tampan tak ayal menarik banyak pelanggan, khususnya remaja wanita. 

Setelah memikirkan mobilnya, Agni bergegas masuk kedalam Kafe.

“Selamat pagi, semuanya.” Agni yang baru saja tiba, langsung menyapa karyawannya yang tengah bersiap-siap membuka Kafe. 

“Selamat pagi, mbak Agni.” Mereka semua membalas sapaan Agni dengan senyuman mengembang. 

“Selamat bekerja, semuanya,” Ucap Agni lagi. 

“Selamat bekerja juga, Mbak.” Lagi, Koor dari karyawan Agni kembali terdengar, kemudian mereka membubarkan diri dan kembali pada aktivitas masing-masing. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ada langit ada samudera laut ada ndak? Danau sungai gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status