Share

Kembalinya Sang Pewaris Terkaya
Kembalinya Sang Pewaris Terkaya
Penulis: Emak pipit

Hari Pemakaman

Radit baru saja turun dari mobil, buru-buru ia membukakan pintu mobil untuk ayah dan ibu mertuanya.

Lalu dengan hati-hati, ia mengangkat tubuh seorang perempuan cantik untuk diletakkan di kursi roda lalu mendorongnya masuk ke halaman sebuah rumah megah. 

Di sana terlihat banyak sekali tamu pelayat yang datang. Radit terus mendorong kursi roda milik Lucy—istri yang baru saja sebulan lalu ia nikahi.

Namun, belum sempat mereka memasuki gerbang, muncul beberapa orang yang menghalangi jalan mereka.

“Lihat! Berani-beraninya mantan narapidana ini menampakkan wajahnya di sini!”

Suara sumbang menyambut kedatangan keluarga Rudy. Terlebih pada Radit, sosok yang dianggap bertanggung jawab atas meninggalnya Yohanes, kepala keluarga Nasution.

"Kenapa kalian menghalangi kami? Ada apa?" tanya Tuan Rudy, ayah mertua dari Radit.

Seorang wanita melangkah maju lalu menaikkan salah satu alisnya, ia menatap sinis ke arah Radit dan juga Lucy. 

"Apa kakak lupa?! Menantu sampah kakak lah yang menyebabkan kematian ayah!”

Dia adalah Nyonya Shopia, putri kedua dari Keluarga Nasution. Dia merupakan adik dari Tuan Rudy.

“Aku tidak mau perwakilan keluarga Cakranomoto melihat penjahat ini ada di sini. Berita itu sudah tersebar dan kedatangan pria sampah ini bisa merusak citra keluarga Nasution di mata mereka!”

“Keluarga Cakranomoto ada di sini?!” Tuan Rudy membelalakkan matanya.

Raut wajah pria paruh baya itu begitu terkejut. Bagaimana tidak, ayahnya ternyata memiliki hubungan dengan keluarga terkaya di negara ini.

Sementara itu, Radit hanya bisa mengepalkan tangannya. Bagaimanapun ia akan menjelaskan pada mereka, keluarga ini hanya menginginkan kambing hitam!

"Sophia, ini hari pemakaman ayah! Kami berhak memberinya penghormatan terakhir!" tandas Tuan Rudy.

Wanita paruh baya tersebut mendelik, matanya masih menatap Radit dan Lucy dengan bergantian seraya tersenyum licik.

“Kakak bilang penghormatan?! Penghormatan macam apa membawa penjahat ke pemakaman ayah?!”

"Kalian berdua ...!" Tuan Rudy naik pitam. 

Ayah Lucy itu benar-benar berang. Namun, melihat banyak para pelayat yang memperhatikan keributan ini, ia memilih menahan amarahnya.

"Tolong biarkan setidaknya ayah dan ibu mertua beserta Lucy masuk. Mereka adalah Keluarga Nasution juga. Mereka berhak untuk berduka di dalam sana," pinta Radit.

Pria yang dianggap menantu tak berguna ini maju beberapa langkah dan menghadap Sophia.

Radit merasa tidak adil, hanya karena dirinya keluarga istrinya tidak bisa memberikan penghormatan terakhir pada kakek Yohanes.

"Wow, pandai sekali rupanya menantu baru kalian berucap! Dia sangat tidak tahu malu. Sampai sekarang aku heran, apa yang ada dipikiran ayah menikahkan Lucy dengan pria sampah yang menabrak cucunya sendiri," sindir Bella, anggota keluarga Nasution lainnya.

“Jangan lupa, hutang biaya rumah sakit ayah kami yang menumpuk itu adalah akibat dari perbuatanmu! Memangnya menantu sampah sepertimu bisa melunasi semuanya?!” ucap Sophia tak kalah kesal.

Wajah Tuan Rudy dan istrinya, Winey, seketika memerah. Perasaan malu dan marah memenuhi kepala mereka setelah mendengar sindiran-sindiran menyakitkan itu.

"Baiklah. Biarkan aku masuk sekarang!" 

Tuan Rudy langsung menerobos masuk dengan wajah dinginnya. 

Baik nyonya Shopia dan nyonya Bella tak ada yang berkomentar. Mereka hanya tersenyum meledek ke arah keluarga Rudy sebelum akhirnya mengikuti kakak tertua mereka.

Akibat keributan itu, beberapa tamu undangan memandang mereka bertiga dengan tatapan kasihan. Beberapa bahkan menatap Radit dengan jijik.

"Kudengar, dia mantan narapidana."

"Ya, dia yang menabrak Nyonya Lucy hingga cacat."

"Sungguh tidak tahu diri. Sehabis mencelakai anggota keluarga Nasution, dia justru berani sekali menikahi korbannya sendiri."

"Kudengar itu semua karena batalnya pernikahan si Lucy. Tuan Yohanes tidak ada pilihan selain menikahkannya dengan pelaku yang menabrak cucunya sendiri."

"Hm. Meninggalnya Tuan Yohanes karena sakit jantung. Usahanya gagal, uangnya habis untuk pengobatan cucunya yang cacat itu. Menantu tidak berguna itu tidak bisa bertanggung jawab ternyata!"

"Aaaa ... Kasihan. Semoga arwahnya tenang. Dia pasti menyesal di akhirat sana karena sudah salah menikahkan cucunya ke orang seperti sampah itu."

Terdengar nada-nada sumbang di antara pelayat yang hadir. Ada tatapan-tatapan tak bersahabat yang menatap ke arah Radit, Lucy dan Nyonya Winey. Tak sedikit yang mencibir dan berbisik-bisik menggoreng berita kematian Tuan Yohanes.

Mendengar ocehan-ocehan itu, Radit hanya bisa mengepalkan tangannya hingga kuku-kukunya membekas di permukaan telapak tangannya.

Ingin sekali ia menjelaskan kepada semuanya tentang kejadian sebenarnya. Namun, ia sadar, dijelaskan bagaimanapun tetap akan mengubah pandangan mereka.

Karena perkataan-perkataan itu, nyonya Winey semakin meradang. Belum lagi perasaan terhina setelah tidak diperbolehkan masuk oleh iparnya benar-benar membuatnya marah.

Wajahnya begitu merah menahan malu dan mendorong Radit dan anaknya menjauh dari kerumunan itu.

"Kau lihat itu? Karenamu kami sekarang dikucilkan oleh keluarga besar. Oh, gusti! Aku merasa menjadi manusia tersial saat tahu almarhum ayah mertua menjadikan penjahat sepertimu menjadi menantuku!" cebiknya kesal.

Radit yang menjadi sasaran hanya diam tak berani mengeluarkan suara. Ia menggenggam erat pegangan kursi roda milik Lucy untuk menahan kesabarannya. Ia hanya tak ingin membuat keributan di upacara pemakaman mendiang Tuan Yohanes. 

"Sudah kukatakan kau tidak perlu ikut. Mengapa kau bebal sekali," decak Lucy pelan. 

Kini giliran sang istri yang memprotes kehadiran Radit, meski tak terdengar mencemooh seperti orang lain.

"Maaf," ucap Radit pelan.

Radit menelan salivanya. Ia memang seharusnya tidak perlu ikut. Dia tahu kehadirannya hanya menambah masalah. Akan tetapi, ini adalah penghormatan terakhirnya untuk Tuan Yohanes. 

Biar bagaimanapun Radit menghormati kakek dari istrinya itu. Dari semua anggota keluarga Nasution, Tuan Yohanes lah yang menerima kehadirannya di keluarga itu.

"Aku benar-benar membencimu, Radit! Segera enyah dari sini, lunasi semua hutang rumah sakit Tuan Yohanes atau jangan pernah memunculkan batang hidungmu di hadapanku!" kecam Nyonya Winey berbisik ke telinga Radit.

Lucy menarik tangan ibunya lalu menggeleng pelan. "Bu, sudahlah. Mana mungkin Radit memiliki uang sebanyak itu."

"Jangan membelanya. Kamu lupa, kamu begini karena siapa? Kamu cacat, Lucy! Kamu pun harus dipecat karena itu. Kamu masih mau mempertahankan pria memalukan ini?" Mata Nyonya melotot ke arah Lucy.

"Ibu mertua, tolong jangan marahi Lucy di depan umum seperti ini. Jika mau marah, marahi saja aku," pinta Radit.

"Ya. Memang kamu biang keroknya! Sekarang cepat pergi dari sini. Pilihannya ada di tanganmu. Lunasi tunggakan itu atau bercerailah dengan putriku!" 

Nyonya Winey langsung mendorong secara kasar tubuh Radit. Ia mengambil alih mendorong kursi roda milik Lucy. 

Wanita tua itu membawa putrinya menjauhi Radit. Lucy hanya menoleh sekali dan menatap iba ke arah sang suami. Radit tahu, Lucy tak berdaya saat ini. 

Pikiran Radit menjadi kacau. Kemana dirinya harus mencari uang puluhan juta untuk membayar sisa tunggakan rumah sakit Tuan Yohanes?

Radit juga tidak bisa membayangkan bercerai dengan Lucy. Bercerai dengan istrinya berarti mengkhianati kepercayaan kakek Yohanes padanya!

Radit menghela napas. Ia mengacak-acak rambutnya dengan kesal dan menatap ke arah kerumunan para pelayat dengan perasaan tak menentu.

"Ck. Sial sekali nasibmu, Radit!" gerutunya.

Radit dengan linglung keluar dari gerbang rumah megah itu. Ia berjalan di trotoar tanpa tujuan yang jelas. 

Hingga tanpa disadarinya, sebuah mobil mewah berhenti di sampingnya dan sang pengemudi langsung keluar menghampiri Radit yang seketika kebingungan.

"Tuan muda! Akhirnya saya menemukan Anda," serunya dengan senyum merekah.

Tu… tuan muda?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status