“Hey, Anna! Kau melamun?” seru Elise memanggil Joanna yang sedari terlihat termenung.
“Maaf, Lis. Ada apa?” sahut Joanna yang masih sedikit linglung. Dia masih memiikirkan ujian yang baru
saja dilakukannya.“Kamu khawatir ujianmu tidak lolos lagi? Ayolah, jangan pesimis dulu.” Elise adalah teman yang selalu memberinya semangat
jika dia sedang sedih.Joanna hanya menggeleng sambil tersenyum lalu kembali ke pekerjaannya sebagai sekretaris umum. Salah satu hal yang
membuatnya mengikuti ujian sertifikasi adalah agar dia bisa ditugaskan menjadi sekretaris dengan jabatan yang lebih tinggi dan tentunya mendapatkan gaji yang lebih besar. Tidak seperti sekarang, wanitaitu masih berpindah-pindah bagian sesuai posisi yang kosong.Kemudian, Joanna teringat akan mobilnya yang entah bagaimana nasibnya. Saking terburu-burunya dia
lupa tidak meminta kartu nama pria itu. Meski dia yang sudah memberikan kartu nama dan nomorponselnya, tetapi Joanna harus menunggu pria itu mengirim pesan kepadanya lebih dulu.Joanna tidak bisa mengambil kredit lagi untuk membeli mobil. Mobil yang dimilikinya saat ini adalah mobil bekas yang dia beli
dari bengkel temannya dengan harga murah. Gajinya dari pekerjaan ini hanya cukup untuk kebutuhansehari-hari dan transportasinya ke kantor.“Aku tidak melihat mobilmu hari ini,” celetuk Elise tiba-tiba.
“Ya, pagi ini tiba-tiba mobil itu berhenti di jalan dan untungnya orang yang mau membantu dan mengantarku sampai kantor,” ceritanya
pada Elise. Joanna tidak ingin menyebutkan tentang Lionel kepada temannya itu.Namun, untuk kali ini, Joanna akan berterima kasih karena pria itu telah menolongnya. Berkatnya dia bisa tiba dan
menyelesaikan ujiannya tepat waktu.Lantas wanita itu beralih ke pekerjaannya agar tidak ada tumpukan
dokumen di atas mejanya.“Anna, nanti pulang bersamaku aja daripada kamu naik taksi. Ongkosnya bisa kamu simpan,” tawar Elise
seperti biasa jika mobil Joanna sedang bermasalah.Wanita itu terharu dengan tawaran temannya apalagi saat ini sudah mendekati jam pulang. Joanna tersenyum dan berterima kasih atas bantuan Elise. Segera dia mengemasi bawaannya, agar bisa tepat waktu pulang mengingat Joanna sudah menjanjikan pulang lebih awal
kepada keluarganya di rumah.Keesokan harinya, Joanna terpaksa pergi ke kantor naik taksi. Dia masih belum mendengar kabar
apapun dari Lionel sehingga dia tidak tahu bagaimana kondisi mobilnya saat ini. Wanita itu cemas menatap ponselnya. Hingga waktu makan siang tiba tetap tidak ada notifikasi pesan dari pria itu."Hhhhh," desahnya lelah. "Ya, sudahlah, pasrah saja."
Saat kembali dari makan siang di luar kantor, Joanna tidak sengaja melihat sosok dua pria sedang berjalan
keluar dari lobi gedung perusahaannya. Salah satunya adalah pria yang menolongnya kemarin.“Lionel!” teriak Joanna memanggil pria itu.
“Hai, Jo. Ada apa?” sapa Lionel yang tersenyum tanpa rasa bersalah. Wanita itu mendekat ke tempat pria
penolong itu berdiri.“Aku menunggu pesanmu seharian kemarin. Sekarang bagaimana mobilku?” ketus Joanna yang menatap
curiga karena Lionel ada di sekitar kantornya. Padahal jika menyangkut masalah mobil kan dia cukup mengirim pesan kepadanya.“Aku berada di sini untuk menemuimu. Mobilmu sekarang ada di Autodito Car,” jawab Lionel sambil
memperhatikan raut wajah Joanna. “Asistenku mengatakan mobilmu sudah masuk proses perbaikan, tetapi masih harus menunggu sekitar satu atau dua minggu.”Joanna mendelik mendengar nama bengkel itu. Bengkel itu merupakan bengkel terkenal di Springham dan
paling mahal.‘Cobaan apalagi ini, Tuhan? Dapat uang dari mana aku untuk membayar,’ keluh Joanna dalam hati.
“Hah. Dua minggu?” Joanna menarik napas dalam-dalam dan mengerjapkan mata indahnya menghilangkan
rasa panik yang mulai menyerangnya. “Lalu, dengan apa aku harus pergi ke kantor?” gumamnya pada dirinya sendiri.Gumaman itu terdengar
oleh telinga Lionel dan pria di sampingnya.“Maaf, Nona. Alasannya karena sparepart mobil yang Nona miliki itu sulit sekali diperoleh, sehingga pihak bengkel harus memesan dari luar kota,” terang pria bernama Jeff itu, asisten Lionel yang mengurusi mobil Joanna.
Joanna hanya menatap kosong setelah mendengar penjelasan Jeff. Ia begitu cemas. Pikirannya sibuk memikirkan cara untuk membayar biaya reparasi mobilnya. Ia harus memastikan semuanya, dan mencari cara untuk melunasinya.
“Kalo begitu, boleh aku lihat nota mobilnya?” tanya Joanna pelan. Dia sudah tidak bersemangat karena
pastinya ini akan menambah pengeluarannya.“Untuk biayanya tidak perlu kamu pikirkan karena semuanya telah dibayar oleh Jeff, agar segera
diprioritaskan perbaikannya,” sahut Lionel menjawab lebih dulu sebelum asistennya. Sedari tadi priaitu memperhatikan perubahan ekspresi Joanna.“Tidak, jangan begitu. Aku akan mengganti uangmu,” tegas Joanna, tidak ingin berutang budi kepada siapapun. Wanita itu melirik arlojinya. “Tolong kirimkan aku notanya
karena aku sudah terlambat untuk masuk kerja.” Lalu wanita berparas cantik iu bergegas kembali ke kantor.Lionel menatap kepergian Joanna, dia tersenyum kecil.
Diajaknya Jeff untuk meninggalkan gedungperkantoran itu, dan kembali ke kamar hotelnya. Ternyata, wanita itu masih seperti yang dulu, bersikap mandiri tanpa menunggu bantuan orang lain.Sore harinya, sudah melebihi jam kantor, Joanna baru bisa pulang, karena ada sedikit laporan yang harus diselesaikan
hari itu juga. Saat tiba di bawah, dia terkejut melihat seorang pria jangkung berdiri di sebelah sebuah mobil. Wanita itumeyakinkan diri jika pria tersebut adalah Lionel, dan dalam hati Joanna mulai berpikir yang tidak-tidak terhadap pria itu.Seketika Lionel tertawa melihat ekspresi panik yang tergambar di wajah Joanna. Wanita itu
membelalakkan mata ketika pria itu berjalan menuju tempatnya.“Kamu sedang apa di sini?” tanya Joanna yang menghampiri Lionel lebih dulu dan menarik pria itu untuk
menjauh dari gedung kantornya.“Aku datang untuk menjemputmu, karena kamu tadi bilang bahwa kamu bingung akan pulang dan berangkat kerja dengan apa.
Sekarang aku di sini bisa membantumu,” papar Lionel sambil tersenyum saat melihat respon yang diberikan wanita itu.“Oke," jawab Joanna setelah berpikir beberapa saat.
"Tapi kumohon ini hanya untuk kali ini saja,” pinta Joanna dengan sungguh-sungguh. Lionel mengangguk dan bergegas membawa mobilnya untuk mengantar wanita itu pulang.Joanna berpikir untuk turun di tempat yang masih berjarak agar Lionel tidak mengetahui posisi pasti
rumahnya. Jujur, dia tidak sanggup jika rahasia yang selama tujuh tahun ini disimpannya akan diketahui oleh Lionel.Tak lama,
wanita cantik itu turun di salah satu sudut perempatan jalan, dan berjalan menuju tempat tinggalnya.Dalam hati Joanna bertekad untuk segera membatasi interaksinya dengan Lionel, agar pria itu tidak lagi menyakiti hatinya.
Joanna tidak ingin mengulang kembali apa yang terjadi kepadanya yang disebabkan oleh kesalahan merekaberdua. Memang dia juga harus berterima kasih karena ia telah mendapatkan keluarganya yang lain.Di hari berikutnya suasana di kantornya sudah ramai ketika Joanna tiba di lantai tempat dia bekerja. Seorang manajer
memberi perintah kepada semua orang untuk berkumpul di aula lantai satu karena akan ada pengumuman.“Selamat pagi, semuanya," sapa manajer itu.
"Maafkan, saya terpaksa meminta kalian untuk berkumpul di sini. Sebelumnya, sayaingin menyampaikan kabar buruk bahwa pimpinan kita Bapak Franklin Tanner saat ini sedang dalam kondisi kesehatan yang tidak baik, dan berada di rumah sakit."Terdengar kasak-kusuk dari para karyawan yang berkumpul.
"Saya ingin mengajak kalian untuk berdoa sebentar untuk kesembuhan beliau," imbuh sang manajer.
"Untuksementara posisi Bapak Franklin Tanner akan digantikan oleh sang putra.”Orang-orang semakin riuh, sementara Joanna mulai cemas. Ia mendapatkan firasat yang kurang baik.
“Mari kita sambut pimpinan baru kita,” teriak pria di atas panggung itu. Mata Joanna melotot ketika satu nama disebutkan, “Tuan Lionel James Tanner!”
“Hah. Tanner?” desis Joanna yang tidak yakin akan pendengarannya. “Lionel James Tanner adalah putra Franklin Tanner?”Namun, semua keraguan dan rasa penasaran itu hilang begitu melihat sosok laki-laki yang sedari kemarin telah menolongnya sedang berdiri di atas panggung. Wajah Joanna menjadi pias dan tanpa sadar ia telah menahan napas.‘Jadi, selama ini hidupku masih saja berhubungan dengan Tanner? Argh,’ erang Joanna hanya dalam hati.Saat Elise menepuk bahu Joanna, dia menghembuskan napas yang sedari ditahannya.“Kamu kenapa, Anna? Capek berdiri? Mau pergi dari sini?” Elise merasa temannya terlihat tidak baik-baik saja. Bibirnya yang kehilangan warna darah membuatnya khawatir.“Ah, aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget dengan pimpinan kita yang baru. Itu saja- ya itu saja,” balas Joanna lebih kepada meyakinkan dirinya sendiri. Ia tersenyum canggung.Elise pun memilih untuk tetap di samping temannya itu, dan mulai memperhatikan sambutan yang disampaikan oleh pimpinan baru mereka. Sement
“Buka pintunya!” teriak Joanna kali ini lebih keras.Wanita itu semakin panik, sementara Lionel terkejut melihat seorang bocah laki-laki memanggil Joanna dengan sebutan ibu dan membuat wanita itu gelisah. Akhirnya ia membuka pintu sesuai permintaan Joanna. Lionel melihat sekretarisnya menghampiri bocah kecil itu dan cepat mengajaknya masuk ke dalam. Saking paniknya Joanna, pria itu jadi tidak fokus melihat wajah si bocah.Karena pintu rumah sekretarisnya tidak terbuka lagi, Lionel memutuskan untuk pergi dari sana. Entah bagaimana caranya dia sampai di hotelnya dengan selamat, saking terkejutnya dia dengan kenyataan bahwa Joanna sudah memiliki anak.Sementara itu, Joanna meminta kedua putranya untuk berkumpul di ruang tamu. Dia khawatir apabila Lionel sempat melihat putranya. Kedua putranya yang berusia 6 tahun itu menurut dan menunggu di ruang tamu sementara ibunya selesai mandi.“Dengar, kalian berdua, lain kali jika sudah malam jangan keluar rumah sembarangan seperti tadi,” tegur Jo
“Apa??” Lionel terkejut dengan permintaan ayahnya.“Iya, Tuan. Menikah dengan wanita yang fotonya ada di dalam amplop ini, atau sisa warisan ayah anda akan disumbangkan kepada yayasan yang sudah dipilih. Waktu yang diberikan ayah anda adalah satu tahun sejak anda menerima foto tersebut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi,” pamit pengacara itu setelah menyerahkan amplop tersebut.Lionel masih termenung dan tidak bergerak dari posisinya. Saat Jeff menghampirinya, baru dia berdiri dan menyimpan amplop itu di laci kedua ruang kerja ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dijadikan syarat oleh ayahnya.“Maaf, Tuan, mengganggu istirahat anda, tetapi ini laporan yang harus anda periksa dan tanda tangani untuk kerja sama dengan Soft Game Inc karena sudah tertahan selama tiga hari kemarin.” Jeff meletakkan dokumen tersebut di meja kerja. Dia meninggalkan tuannya sendirian karena dia masih berkabung."Baiklah, terima kasih, Jeff. Untuk sementara, kamu gantikan aku berada
“Gak mungkin! Ini gak mungkin.” Lionel tidak terima dengan isi surat itu. Lionel yakin jika dirinya tidak mungkin memiliki anak karena dia selalu bermain aman. Namun, foto-foto itu mengaburkan keyakinannya. Dia mengirim pesan kepada Jeff untuk menjemputnya besok di rumah ayahnya. Ya, pria itu sekarang sudah menempati rumah ayahnya karena diminta oleh pengacara ayahnya.**Di kediaman lain, kedua putra Joanna sedang mengerjakan tugas sekolah malam itu. Mereka tampak serius karena seharian ini mereka bermain di taman bermain dekat rumah mereka. Joanna menatap sendu kedua putranya dari kursi makan tempatnya duduk. Dia merasa bersalah kepada keduanya karena telah membuat mereka tidak memiliki figur ayah. Namun, wanita itu juga tidak ingin kedua putranya mengalami penolakan sepertinya jika ayah mereka tahu. Dulu pernah, saat mereka di usia 4 tahun, Galaxy bertanya mengapa tidak pernah terlihat sosok ayah. Ketika ditanya alasan, bocah kecil itu menjawab dengan polosnya bahwa dia ingin di
“Berikan datanya padaku, Jeff!” seru Lionel menutup panggilan itu.Lalu dia memeriksa tempat-tempat yang sudah dikirim oleh Jeff. Lokasi tersebut berada di lokasi yang berbeda dengan jarak yang berbeda pula. Lionel memilih tempat yang paling dekat dulu dan yang paling jauh dia minta asistennya untuk memeriksa di sana.Tanpa kata, pria itu melangkah dengan kakinya yang panjang untuk menuju tempat itu karena matahari belum berada di atas kepalanya.**Galaxy keluar dari halaman sekolahnya setelah bel berbunyi menandakan istirahat. Dia selalu bermain bersama dengan teman-temannya. Untuk Galen, dia tipe anak yang lebih pendiam dan belajar di perpustakaan. Jadi, anak kedua Joanna memilih untuk bermain dengan yang lain daripada saudaranya sendiri.Saking kencangnya Galaxy berlari, dia terjatuh karena tersandung saat keluar gerbang sekolah bersama teman-temannya.“Kamu baik-baik aja, Nak?” tanya seorang pria yang membantunya
“Whiterloom? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.” Lionel menggumam selama mengendarai untuk menuju ke kantor. Dua hari sudah pria itu absen dari kantor hanya untuk memenuhi permintaan ayahnya yang sebenarnya tidak masuk akal. Jika memang Lionel memiliki anak maka dia bisa memberikan biaya hidup untuk putranya asalkan tidak perlu menikah. Tiba di kantor, dia langsung menuju ke ruangannya dan memanggil Jeff untuk bertanya mengenai sesuatu. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama saat ini. “Ya, Tuan?” “Jeff, bantu aku meningat nama Whiterloom? Sepertinya aku familiar, tetapi aku tidak bisa berpikir saat ini.” Jeff mengerutkan dahinya dan mencoba mengingat lalu dia tersenyum. “Tuan, itu adalah nama milik Joanna Whiterloom.” Lionel tercengang mendengar hal itu. ** Suasana hati Joanna sangat gelisah. Ada yang mengganjal di dalam hatinya dan dia tidak mengerti akan ada kejadian apa. Namun, dia berusaha tetap berkonsentrasi terh
“Gak mungkin. Mommy bilang kalo daddy sudah meninggal,” gumam Galen lirih. Saat Joanna selesai menghidangkan makan malam untuk mereka bertiga, kedua putranya diam dan tidak ada obrolan di antara mereka. Padahal biasanya mereka selalu bercanda dan itu aneh bagi ibunya. Namun, Joanna pikir akan bertanya setelah mereka makan malam agar bisa berdebat dalam keadaan tenang. Berbagai macam pertanyaan mampir di otaknya membuat dia tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua putranya. Apalagi kemarin Galaxy sudah menyinggung masalah ayah mereka. Pastinya putra bungsunya sudah bercerita ke saudaranya karena mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain. “Mommy, ada yang ingin kita tanyain,” ucap Galen mencegah Joanna pergi dari meja makan usai mereka makan. Joanna menjadi gugup karena jika Galen yang sudah seperti itu dia tidak akan bisa menghindar. Jangan-jangan Galaxy sudah bercerita tentang obrolan mereka semalam. Di
“Memang kenapa?” tanya Lionel penasaran. Apakah sang putra tidak tahu bahwa mereka memiliki ayah? Galaxy menggelengkan kepalanya. “Aku melihat om mirip sekali dengan kakakku, sangat mirip. Kalo aku, lebih mirip ibu,” ucap bocah itu polos. Lionel bertanya kepada Galaxy siapa nama saudaranya hanya untuk tetap bercakap-cakap dengan putranya. “Galen. Om ingin ketemu dengannya juga?” Lionel hanya mengangguk. Tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si kembar. Jantungnya seakan diremas karena selama 7 tahun tidak pernah tahu keberadaan mereka. Entah, mendadak dia ingin mengambil peran sebagai ayah saat tahu dua orang putranya tidak memiliki sosok ayah saat bertumbuh. Apakah dia akan diterima dengan mudah oleh kedua putranya. Pikiran itu sering sekali memenuhi otaknya akhir-akhir ini. Informasi yang dia terima sungguh sangat mengejutkan dan mengacaukan beberapa aspek hidupnya. Namun, ketika melihat putranya, dia merasa siap untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan. “La