Share

4. Syarat

Buka pintunya!” teriak Joanna kali ini lebih keras.

Wanita itu semakin panik, sementara Lionel terkejut melihat seorang bocah laki-laki memanggil Joanna dengan sebutan ibu dan membuat wanita

itu gelisah. Akhirnya ia membuka pintu sesuai permintaan Joanna. Lionel melihat sekretarisnya menghampiri bocah

kecil itu dan cepat mengajaknya masuk ke dalam. Saking paniknya Joanna, pria itu jadi tidak fokus melihat wajah si bocah.

Karena pintu rumah sekretarisnya tidak terbuka lagi, Lionel memutuskan untuk pergi dari sana. Entah

bagaimana caranya dia sampai di hotelnya dengan selamat, saking terkejutnya dia dengan kenyataan bahwa

Joanna sudah memiliki anak.

Sementara itu, Joanna meminta kedua putranya untuk berkumpul di ruang tamu. Dia khawatir apabila

Lionel sempat melihat putranya. Kedua putranya yang berusia 6 tahun itu menurut dan menunggu di ruang tamu sementara ibunya selesai mandi.

Dengar, kalian berdua, lain kali jika sudah malam jangan keluar rumah sembarangan seperti tadi,” tegur

Joanna tegas. “Tidak ada menyambut ibu dengan keluar rumah seperti itu. Bahaya!

Tapi-”

Tidak ada tapi-tapi, Galen. Cukup kamu turuti kata ibu.” Joanna sedikit menaikkan nada suaranya yang

membuat kedua putranya ketakutan. “Sekarang, cuci kaki dan tidur di kamar kalian.”

Kedua putranya pergi meninggalkan Joanna sendirian di ruang tamu karena takut jika sang ibu lebih marah lagi. Lalu wanita itu menunduk dengan kedua tangannya menyangga kepala. Dia takut besok hal ini akan

dibahas oleh pimpinannya.

***

Pagi yang diharapkan Lionel ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Pria itu hanya berharap dia tidak

canggung setelah kejadian kemarin. Jeff mengetuk pintu kamarnya untuk menjemput atasannya dan

berangkat bersama.

Joanna sudah berada di ruangan barunya ketika Lionel tiba. Wanita itu pun menyusul ke

ruangan kerjanya, dan Lionel mempersilakannya masuk.

Jeff, kenalkan ini Joanna yang diangkat sebagai sekretaris di kantor ini untuk membantumu,” ucap Lionel

memperkenalkan mereka. “Nona Joanna, pekerjaan anda nanti akan diberikan oleh Jeff. Untuk sementara, tunggu

saja di ruangan anda.”

Permisi, Tuan semua.” Joanna keluar dari sana dan sedikit heran karena pria itu berubah dingin.

Tak lama, Jeff menghampiri Joanna untuk meminta bahan yang akan dibuat rapat pagi ini karena asisten

Lionel itu diberitahu jika biasanya dirinya yang bertugas akan hal tersebut. Wanita cantik itu pun memeriksa

rapat yang dimaksud dan mencetak bahan rapat tersebut, lalu, memberikan pada Jeff dan Lionel di

ruangannya.

Akhirnya, rapat pun dimulai dan tim riset dan pengembangan sedang memberikan presentasi untuk

menambah cabang minimart di beberapa kota kecil yang memiliki potensi. Mereka membicarakan hal tersebut

dengan diskusi terbuka sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.

Tuan,” panggil Jeff saat suasana hening sebentar setelah diskusi selesai.

Melihat tatapan kecemasan yang tergambar dari wajah asistennya, Lionel berpamitan dari ruang rapat dan

mengajak Jeff keluar.

Ada apa?” tanya Lionel setelah mereka berada di luar menuju ruangan CEO.

Barusan pengacara ayah anda menghubungi saya karena kondisi Tuan Franklin semakin buruk,” ucap Jeff

lirih karena tidak ingin didengar siapapun.

Lionel bergegas keluar disusul oleh Jeff di belakangnya karena sang asisten khawatir atasannya mengemudi dalam

keadaan panik.

Joanna yang berada di ruangan rapat tidak mengetahui jika Lionel sudah pergi dari kantor, karena dia harus

membuat notulen dari rapat pertama yang dipimpin oleh Lionel. Wanita itu kembali ke ruangannya setelah

menyelesaikan dan bermaksud untuk meminta pekerjaan lain karena sudah tidak ada lagi yang dia kerjakan.

Karena tak menemukan kedua orang itu, dia memilih untuk menunggu hingga jam pulang kantor tiba.

Hari berikutnya sewaktu Joanna tiba di kantor, ia melihat semua orang di kantor tidak bekerja, mereka malah berkumpul untuk

membicarakan sesuatu.

Hey, Lis, ada apa? Kok ramai sekali?” tanya Joanna yang bingung.

Anna, ada kabar jika Tuan Franklin kemarin meninggal dan akan dimakamkan hari ini. Jadi, semua orang

akan berangkat untuk melayat. Kamu ikut?” tutur Elise.

Tentu saja, itu busnya sudah datang.” Joanna dan rombongan karyawan naik ke bus yang disediakan untuk

melayat pimpinan lama.

Siang itu, proses pemakaman berlangsung tenang dan semua karyawan merasa kehilangan dengan meninggalnya pemimpin lama mereka. Meskipun Franklin tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin yang baik, tetapi ia juga tidak buruk dalam

memperlakukan karyawannya. Mereka mendoakan pria tua itu agar tenang, lalu mulai membicarakan tentang nasib mereka setelah pergantian pemimpin.

Joanna mendekati Lionel saat terlihat pria itu sendirian dan menyesap minumannya. Wanita itu hanya ingin berbagi semangat karena dia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang tua.

Lionel, aku turut berduka ya. Semoga kamu kuat, dan bisa melewati ini,” kata Joanna menguatkan pria itu. Lionel hanya

menatap dan tersenyum sekilas, tidak sengaja ia melihat kilauan sebuah benda yang melingkar di jari manis wanita

itu saat tangan ia menyentuh tangannya.

Tak lama, Joanna berpamitan kepada Lionel karena harus kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan. Setibanya di kantor, Joanna baru teringat jika saat ini ia tidak ada pekerjaan, sehingga dia hanya memeriksa email dan

jadwal atasannya.

Baru saja ia ingin bersantai, masuklah sebuah pesan ke email kantornya. Ternyata dari Jeff, yang

menyuruhnya

untuk mempersiapkan beberapa bahan materi agar dirangkum dan dibuat seperti laporan yang ringkas, sebab Lionel masih belum terlalu paham tentang operasional perusahaan.

Yah, gagal bersantai deh,” sungut Joanna pelan, tapi tetap melakukan kewajibannya.

Sisa sore itu, Joanna sibuk menyelesaikan laporan karena ternyata materi yang diberikan oleh Jeff tidak

sedikit. Dia memastikan untuk menyelesaikan paling tidak tiga laporan agar besok bisa melanjutkan

materi

yang lain.

Sementara di kediaman ayahnya, Lionel pulang ke sana setelah ayahnya dimakamkan. Dia masih belum

percaya jika ayahnya telah meninggal. Begitu sakit rasanya ditinggalkan, sesak yang dirasakan dalam hatinya

belum juga hilang. Pria itu sudah menghabiskan setengah botol whiski karena dipikirnya bisa melegakan

hatinya.

Lionel teringat dengan nasihat Joanna yang berbagi bagaimana caranya dia bangkit saat kehilangan ayahnya.

Tak lama, pria itu tertidur karena efek minuman yang memabukkan.

Keesokan harinya pengacara ayahnya menemuinya. “Tuan Lionel, saya ingin berbicara empat mata dengan anda, tentang

wasiat Tuan Franklin.”

"Baiklah!" Lionel mengajaknya ke ruang kerja ayahnya yang berada di lantai satu. Mereka duduk berhadapan, lalu pengacara itu mengeluarkan beberapa surat dan amplop berwarna coklat.

Baik, jadi begini, Tuan Lionel. Seperti yang anda tahu, anda adalah satu-satunya ahli waris sehingga semua

kekayaan akan jatuh ke tangan anda, mulai dari mansion ini, perusahaan serta cabang-cabang lain. Namun,

ada syarat yang harus anda lakukan untuk menerima wasiat tersebut. Selama anda belum melakukan hal

tersebut, maka anda hanya mendapatkan 10% dari warisan di luar gaji jabatan pemimpin.” Pengacara itu

merangkum singkat penjelasannya.

Lalu, apa syaratnya?” tanya Lionel yang masih penasaran.

Sang pengacara berdeham, lalu mengucapkan satu kata sakral, “Menikah.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status