Acara syuting telah selesai, seperti biasa Aisyah bersiap-siap untuk pulang. Sebelum itu ia merapikan rambut lurusnya dengan sisir lalu mengikatnya agak tinggi. Kemudian ia memoleskan lipstik yang berwarna senada dengan bibirnya agar kelihatan lebih segar.“Cantik,” puji pria yang kebetulan lewat di depan Aisyah. Dia adalah lawan main Ariel.Zidan tidak bosan-bosannya mengamati wajah Aisyah.“Kok gak di jawab, kamu tidak suka aku puji?” tanya Zidan.Aisyah melirik ke arah Zidan kemudian ia menunduk lagi mengambil tasnya yang tergeletak di kursi.“Maaf, permisi saya mau lewat,” kata Aisyah. Karena jalan pintu keluar terhadang oleh Zidan.“Oh, maaf. Bagaimana kalau ku antar pulang?” tawar Zidan.Aisyah menggeleng, ia menunjuk ke arah sebuah mobil yang sudah menunggunya di tepi jalan.“Baiklah, lain kali saja kalau begitu,” kata Devan kemudian.Ia merasa sial, Ariel se
Untuk mengobati rasa penasarannya, Ariel memberanikan diri melumat bibir Aisyah ketika masih tertidur. Sialnya, ia ketagihan. Gadis itu malah membuka mulutnya sehingga Ariel bertambah liar mencium Aisyah. Mendengar suara desahan Aisyah, Ariel buru-buru melepaskan ciumannya. Ia berusaha untuk mengontrol dirinya dengan naik ke atas ranjangnya sendiri. Tanpa sadar ia mengusap bibirnya, baru kali ini Ariel mencuri ciuman seorang gadis di kala tidur. Sungguh sangat memalukan sekali baginya. ** "Mau sampai kapan kau tidur?" Suara itu berhasil membangunkan Aisyah dari tidurnya. Matanya mengerjap berulang kali melihat sosok tinggi tegap berdiri di depannya. Aisyah langsung buru-baru bangun sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. Perlahan otaknya berputar seperti kaset. Ia baru sadar jika hari ini Ariel ada syuting pagi. Langsung saja ia berdiri dan melangkah menuju ke kamar mandi dengan muka bantalnya. Ariel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Aisyah yang lucu. Ia mel
"Dimana lokasi syutingmu, apa aku bisa kesana sekarang?" tanya Marini. Sudah lama ia tidak bertemu Ariel. Kesibukan Ariel dan pekerjaan mereka yang berbeda tempat membuat mereka berpisah. "Tidak usah, nanti kalau syutingnya sudah selesai aku yang akan menemuimu," jawab Ariel. "Kapan itu?" tanya Marini "Mungkin seminggu lagi." "Seminggu lagi? Aku tidak tahan kalau selama itu," jawab Marini. "Di sini lokasinya sulit, lebih baik kau menungguku di Jakarta," kata Ariel. "Kau tidak sedang mengusirku, kan?" selidik Marini. "Mengapa kau berpikiran begitu?" tanya Ariel. "Ya, aneh saja karena kau bisa betah selama itu tidak bertemu denganku," keluh Marini. "Sudahlah, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku akan kembali syuting," tutup Ariel. Marini tidak percaya dengan perkataan Ariel. Selepas kerja ia akan mencari informasi dimana kekasihnya itu syuting. Dulu jika Marini menyusul ke tempat kerjanya ia sangat senang sekali. Karena setelah lelah bekerja mereka bisa saling memuaskan ha
Ariel berhenti di depan kamar hotelnya, ia terperanjat kaget manakala melihat Marini tengah berjalan menuju hotelnya. Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?Entah mengapa ia seperti ketahuan selingkuh padahal Aisyah hanyalah karyawannya. Marini yang mengenakan pakaian super seksi melangkah menuju ke arahnya. Ariel berusaha menyembunyikan wajahnya lalu menarik tangan Aisyah agar segera masuk ke dalam kamar. Ia lalu langsung mengunci rapat. Bak seperti melihat setan, wajah Ariel berubah pucat."Ada apa bos?""Kenapa wajah Anda pucat?""Apa Anda sakit?"Pertanyaan secara beruntun di ungkapkan Aisyah. Ia melihat wajah Ariel seperti ketakutan karena melihat sesuatu."Tidak apa-apa," kata Ariel. Ia berjalan mondar-mandir seperti tidak tenang. Di tambah lagi ponselnya berdering, membuat jantungnya seakan mau melompat keluar. Ia yakin pasti itu Marini yang sedang meneleponnya.Kecurigaannya salah, ternyata y
"Aku merindukanmu sayang," rangkul Marini. Tanpa basa-basi wanita itu langsung saja nyosor. "Eeh, jangan di sini. Bagaimana kalau pihak film tiba-tiba ke sini?" kata Ariel beralasan. "Ya, sudah ayo ke kamarku saja." Marini langsung mengunci pintu kamarnya. Ia sudah tidak sabar melakukan itu dengan Ariel. "Aku merindukanmu, sayang." Tanpa ragu Marini langsung mencium Ariel. Lelaki itu mau mendorong tubuh Marini tapi sepertinya wanita itu terlalu kuat memeluknya. "Tunggu, jangan begini. Apa kau tidak lelah dari perjalanan jauh?" tanya Ariel berusaha mengalihkan perhatian Marini. "Lelah, tapi kamu tahu sendiri kan jika aku sudah lelah justru hasratku semakin naik." Marini tanpa basa-basi menyusupkan jari lentiknya di balik celana Ariel. Sontak saja milik Ariel yang berminggu-minggu tak tersentuh langsung bertambah ukurannya. "Hahaha, aku tahu kau tidak bisa menghindari ini kan," kata Marini. Ia tanpa ragu membuka resleting celana Ariel lalu jongkok dan melumat benda panjang i
"Hei, bukankah itu artis yang sering kita lihat di layar kaca?" bisik salah seorang wanita pada temannya yang kebetulan lewat di depan Ariel dan Aisyah."Iya, tidak salah lagi."Ariel yang baru sadar ada dua orang wanita mendekatinya. Ia tidak bisa mengelak lagi."Bolehkah kami minta foto?" tanya kedua wanita itu sambil cengar-cengir. Mau tidak mau Ariel melayaninya. Jika ia lari menghindari mereka citranya bisa buruk di masyarakat."Nona, tolong fotokan kami," ucap salah seorang di antara mereka. Aisyah berdiri dari duduknya, ia meraih ponsel yang di sodorkan padanya.Ariel berdiri di tengah dan di apit dua orang wanita. Mereka bergaya narsis sedangkan Ariel bersikap biasa saja. Karena dalam berbagai posisi apapun selalu terlihat fotogenik."Wow, keren. Terima kasih, kita suka dengan aktingmu di film "My Love", sungguh mengesankan," puji mereka.Ariel hanya senyum-senyum mendengar tanggapan para penggemarnya. "Maaf, sepertinya kami m
"Tergantung," jawab Aisyah. "Saya hanya membela orang yang benar," lanjut Aisyah. Dengan gemas Ariel menendang gundukan pasir di depannya sampai sepatunya terisi penuh pasir. Aisyah tiba-tiba berjongkok, ia membersihkan sepatu Ariel dari pasir. "Sepatu Tuan ini kan mahal, sayang kalau kemasukan pasir. Takutnya cepat rusak," ujar Aisyah. 'Dasar gadis bodoh, ia lebih mengkhawatirkan sepatuku ketimbang diriku,' gerutu Ariel dalam hati. Langkah kaki mereka terhenti pada sebuah gazebo yang terletak di pinggir pantai. Sudah terlalu jauh kaki Ariel melangkah, ia ingin duduk sebentar menghilangkan penatnya. Aisyah duduk di sebelah Ariel dengan jarak setengah meter. Angin pantai menyapu rambut gadis itu yang hitam tergerai. Dari samping Ariel memandangi wajah ayu Aisyah yang cantik alami tanpa polesan tebal. "Ternyata pemandangan di sini cukup indah. Di kampung aku jarang jalan-jalan keluar," kata Aisyah membuka pembicaraan. "Kau memang terlalu kampungan. Paling kerjaanmu di rumah te
Di mobil Aisyah terlihat senyum-senyum sendiri setelah menerima telepon dari Gilang. Kabarnya lelaki itu akan datang ke Jakarta, Aisyah merasa senang karena sudah lama tidak bertemu dengan lelaki itu. Katanya dia ada urusan seminar di Jakarta dan sekalian ingin bertemu dengannya.Hati Aisyah berbunga-bunga, manakala orang yang selama ini di kaguminya akan mendatanginya."Kau sudah gila ya, senyum-senyum sendiri," celetuk Ariel di samping Aisyah.Aisyah langsung cemberut, bibirnya mengerucut kesal dengan perkataan Ariel."Eh, salah lagi. Habis apa dong kalau tidak gila tapi tertawa sendiri tanpa sebab," lanjut Ariel tanpa merasa bersalah."Aduh!" rintih Ariel karena tiba-tiba Aisyah mencubit lengannya."Berani mencubitku lagi gajimu aku potong," ancam Ariel yang masih meringis kesakitan sambil meniup-niup kulit lengannya."Siapa suruh, bos selalu mengataiku seenaknya. Aku kan juga punya hati dan perasaan. Aisyah bukanlah bo