KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 36Bu Delima berteriak seperti orang kesetanan karena kepergian Arman. Ia membanting apa saja yang dekat dalam jangkauannya."Kurang ajar anak itu, dia mulai tak sopan pada ibu kandungnya sendiri!" teriak Bu Delima.Bunga menarik napasnya dalam-dalam, kini kehancuran keluarganya sudah di depan mata. Dua anak sudah keluar dari dalam rumah ini, yang lainnya mendekam di dalam penjara."Keluarga kita hancur Bunga, ini semua karena Devina. Kalau saja dia tidak masuk ke dalam keluarga kita, pasti saat ini semuanya masih baik-baik saja!" tukas Bu Delima, matanya nyalang menatap lurus ke depan.Segala umpatan serta caci makian ia keluarkan semua untuk Devina. Ia juga terus-terusan memukul robot milik Shaka yang tertinggal di rumahnya, ia beranggapan kalau itu Devina dan anaknya.Robot itu menjadi sasaran kemarahan Bu Delima, dipatahkannya kedua tangan robot itu, lalu bergantian mematahkan kedua kaki robot."Andai saja aku bisa melakukan ini k
KUTAMPAR KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU pqrt 37Bu Delima mengalami stroke ringan saat jatuh dari kamar mandi, sebelah kaki kanan serta tangan kanannya tak dapat digerakkan.Mulutnya pun sedikit mencong membuat ia agak kesulitan untuk berbicara serta makan. Hal ini membuat Bunga makin tertekan.Kini Bu Delima hanya mampu terbaring di atas kasur, segala sesuatu harus diambilkan atau dibantu oleh Bunga."Kenapa hidupku jadi seperti ini," lirih Bunga.Hatinya pun was-was dengan hasil lab penyakitnya. Ia berharap bahwa hasilnya akan negatif.Bu Delima mencoba untuk berbicara sesuatu, namun Bunga tak dapat mengerti denga apa yang diucapkan oleh ibunya."Aku nggak ngerti Ibu ngomong apa," bentak Bunga frustasi.Rasa nyeri di bagian perut nya kini mulai terasa lagi. Nyeri seperti orang yang tengah sembelit, darah pun kembali keluar dari kewanitaannya. Semakin hari tubuhnya semakin melemah."Bu, apa ini ganjaran buat kita karena sudah terlalu dzalim sama Mas Raka dan Mbak Devina?" lirih
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 1"Ibu bilang kalian nggak usah datang ke sini! Bikin malu aja. Lihat, semua orang memandang kalian dengan hina!" tukasnya pada Mas Raka."Tapi kami cuma menuruti permintaan Mbak Rani, Bu. Kenapa sih Ibu sama yang lainnya nggak suka sama aku dan Devina? Aku anakmu, Bu. Devina dan Shaka menantu juga cucumu," ujar Mas Raka dengan raut wajah sedih.Saat Ibu memarahi kami karena datang ke acara ulang tahun anaknya Mbak Rani. Dari kejauhan Mbak Rani berjalan pelan ke arah kami sambil tersenyum manis. Di keluarga suamiku, hanya Mbak Rani lah yang baik padaku, Shaka dan Mas Raka."Alhamdulillah akhirnya kalian datang juga, ayo masuk. Hampir semua keluarga kita dan tamu lainnya sudah berkumpul," ajak Mbak Rani ramah.Aku tahu jika akhirnya akan seperti ini, setiap berkumpul keluarga kami selalu dipermalukan. Padahal jelas-jelas Mas Raka adalah keluarganya sendiri. Tak punya hati, hanya karena Mas Raka dipecat dari kantornya karena adanya peng
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 2"Makasih, Mbak. Alhamdulillah ada rejekiku lewat menulis," ucapku."Halah, palingan juga itu ngutang beli kadonya. Nggak usah ngaku-ngaku itu uangmu yang dipinjam Bunga!" bentak Ibu menatapku tajam"Itu memang uangnya Devina, Bu. Selama aku kerja jadi ojek online. Devina ikut membantu keuangan di rumah. Ibu sama yang lainnya cuma bisa merendahkan kami aja. Padahal dulu aku selalu ngasih uang ke Ibu dan Bunga!" tegas Mas Raka.Aku rasa, inilah habisnya batas kesabaran Mas Raka. Belum pernah aku melihat Mas Raka semarah ini, aku beruntung memiliki suami sepertinya. Saat keluarganya menghina dan merendahkanku, justru Mas Raka mati-matian membelaku. Ia tak pernah terhasut oleh omongan buruk keluarganya untukku."Harusnya Ibu bersyukur punya menantu kaya Devina. Setiap hari Devina yang membantu Ibu mengurus pekerjaan rumah. Dari mulai beres-beres sampai masak makanan pagi dan makan malam. Hargai kami, Bu, jangan baik sama kami pas kami p
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 3Kucengkram pipi Bunga, ia meringis kesakitan. Ibu mendekat ingin membela anak kesayangannya. Namun tidak jadi ketika mendengar suara ketawaku bak kuntilanak.Ibu meraba tengkuk lehernya dan beringsut mundur. Entah, ide gila dari mana aku tertawa seperti kunti."Nggak usah nakut-nakutin kamu, Dev," ujar Ibu ketakutan.Sengaja aku tertawa lagi seperti kuntilanak. Kali ini lebih kukeraskan lagi tertawaku."Bu ...," lirih Bunga memanggil ibunya."Jangan macam-macam dengan anak ini, saya jin penjaganya." Ideku semakin menggila mengerjai Ibu dan Adik Mas Raka."Buu!" Saat Bunga berteriak memanggil ibunya. Ada genangan air di lantai. Walah, Bunga malah ngompol.Sebisa mungkin kutahan tawaku karena berhasil mengerjai mereka. Untungnya Mas Raka tidak ada di rumah, jika Mas Raka ada di rumah aku juga tidak mungkin mengerjai mereka seperti ini. Hihi."Devina kesurupan, lari Bunga!"Ibu lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, sementara Bunga masih
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 5Kuusap dan kutiup luka memar di tangan Shaka, mengelus kepalanya lembut agar Shaka berhenti menangis.Setan, memang kelakuan mereka. Azan Magrib malah bikin ulah seperti ini bukannya pada salat. Malah merampas makananku dan melukai anakku.Kuoleskan obat salep pada luka Shaka. Kini tangisnya sudah berhenti setelah aku menenangkannya."Jangan nangis lagi ya, Sayang. Bunda mau salat dulu."Kubaringkan tubuh Shaka di kasur, setelah itu aku menunaikan salat Magrib terlebih dulu sebelum aku melabrak mereka.Selesai salat kutengok Shaka yang sudah tertidur pulas sambil memeluk mainannya.Rasa sakit itu kembali lagi ketika melihat luka di tangan Shaka. Buru-buru aku merapihkan mukena dan sajadah.Berjalan ke arah ruang tamu, di sana tidak ada siapa-siapa. Dari arah kamar Ibu terdengar suara tertawa mereka. Mungkin mereka bahagia dan puas membuat anakku kesakitan.Aku mengatur emosiku agar tak meluap sebelum mengetuk kamar mereka."Bu! Bi!
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 5Kuusap dan kutiup luka memar di tangan Shaka, mengelus kepalanya lembut agar Shaka berhenti menangis.Setan, memang kelakuan mereka. Azan Magrib malah bikin ulah seperti ini bukannya pada salat. Malah merampas makananku dan melukai anakku.Kuoleskan obat salep pada luka Shaka. Kini tangisnya sudah berhenti setelah aku menenangkannya."Jangan nangis lagi ya, Sayang. Bunda mau salat dulu."Kubaringkan tubuh Shaka di kasur, setelah itu aku menunaikan salat Magrib terlebih dulu sebelum aku melabrak mereka.Selesai salat kutengok Shaka yang sudah tertidur pulas sambil memeluk mainannya.Rasa sakit itu kembali lagi ketika melihat luka di tangan Shaka. Buru-buru aku merapihkan mukena dan sajadah.Berjalan ke arah ruang tamu, di sana tidak ada siapa-siapa. Dari arah kamar Ibu terdengar suara tertawa mereka. Mungkin mereka bahagia dan puas membuat anakku kesakitan.Aku mengatur emosiku agar tak meluap sebelum mengetuk kamar mereka."Bu! Bi!
KUTAMP*R KESOMBONGAN KELUARGAMU DENGAN UANGKU part 6Mereka terus saja memakiku dari luar kamar dan menyuruhku untuk membereskan rumah, juga memasak makan malam. Jelas tadi mereka sudah memakan makananku, masih saja menyuruhku memasak. Dasar keluarga licik. Mas Raka yang anak kandungnya sendiri saja ia rendahkan, apalagi aku statusnya hanya menantu. Mereka memang harus diberi pelajaran agar tak semena-mena padaku.Mereka hanya tahu aku ini anak seorang mantan buruh biasa di pabrik. Biarkan saja tetap begitu.[Mas, makanan yang kubeli diambil oleh Bunga dan Mbak Desi. Di rumah udah nggak ada makanan.] Aku mengirim pesan pada Mas Raka.Dert! Dert!"Hallo, Sayang. Diambil gimana makanannya?" tanya Mas Raka meneleponku.Aku menceritakan semuanya pada Mas Raka, termasuk Shaka yang dibuat memar dan luka oleh mereka. Dapat kutangkap dari nada bicaranya Mas Rak sangat marah pada mereka, apalagi mengetahui kalau Shaka dibuat celaka.Mas Raka bilang akan segera pulang ke rumah. Hatiku cemas, p