KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA

KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA

Oleh:  NawankWulan  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 Peringkat
192Bab
223.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cinta Zilva diuji saat sang suami dipaksa ibunya untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Mungkinkah Zilva dan Amran tetap bersama setelah ada Lala dan Zain yang hadir di antara mereka?

Lihat lebih banyak
KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Tina Yantina
ceritanya bagus dan enak dibaca
2024-01-31 09:25:50
1
user avatar
Rieza Amalia
bagus sih tp bikin sesek bacanya klo pas partnya si zilva. Semoga happy ending utk Zilva n Amran
2023-07-26 18:36:50
0
user avatar
Melsa Farensi
mudah mudahan endingnya zilva bahagia
2023-02-28 12:12:00
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak mampir juga ke Novelku. judul "Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan. Jangan lupa mampir ya.
2023-02-24 21:10:42
3
user avatar
Emi Susanti
suka SM novel ini,berharap jgn putus di tengah 2 cerita
2023-02-11 00:52:13
0
192 Bab
Bab 1
"Aku nggak mandul, Mas. Kenapa kamu bersikeras menikah lagi?" tanyanya seminggu yang lalu saat aku izin untuk menikah dengan Lala. Aku memang sengaja izin padanya untuk menghindari segala resiko yang akan terjadi di kemudian hari. Padahal jika aku mau, tak ada kewajiban seorang suami untuk izin pada istri pertamanya jika ingin menikah lagi bukan? Yang penting siap berlaku adil soal waktu dan materi, tak terkecuali tentang cinta.Namun, aku memilih mengambil resiko terkecil dengan meminta izin Zilva, istri pertamaku. Aku tahu dia akan menuruti keinginanku untuk menikah lagi, sebab cintanya padaku terlampau besar. Apalagi saat ini dia tak memiliki siapa-siapa selain aku dan keluargaku tentunya. Ibu angkatnya telah tiada setahun lalu, menyusul bapak angkat yang dipanggil Allah lebih dulu. Sementara sanak saudara dia tak punya. "Aku tahu, Sayang. Kamu memang tak mandul. Kita sama-sama subur, tapi-- "Tapi apa, Mas?" tanyanya lagi dengan ekspresi begitu cemas. Telapak tangannya sangat di
Baca selengkapnya
Bab 2
"Rumah, cafe dan mobil itu harus atas namamu? Yang benar saja dong, Sayang. Masa isi perjanjiannya seperti ini?" Aku membulatkan mata saat membaca inti dari surat perjanjian yang disodorkan Zilva. Betapa tidak? Semua aset yang kupunya harus atas namanya, padahal selama ini justru dialah yang meminta untuk menuliskan namaku saja. Zilva terlalu penurut bahkan dia tak pernah menolak apapun yang kuperintahkan asalkan tak melanggar aturanNya. Oleh karena itulah aku sangat mencintainya dan tak rela ada lelaki lain yang dekat dengannya. Keputusanku untuk memintanya keluar dari pekerjaannya dulu kurasa adalah hal yang tepat. Mata lelaki di luar sana terlalu berbahaya untuk seorang Zilva yang cantik, pintar dan energik. Namun, sebagai anak lelaki satu-satunya aku tak bisa menolak permintaan mama begitu saja. Apalagi aku menyadari jika Zilva belum bisa menghadirkan buah hati seperti permintaan mama selama ini. Dua tahun memang waktu yang singkat bagiku, masih ada banyak waktu untuk mencoba
Baca selengkapnya
Bab 3
"Kamu yakin dengan keputusan ini, Mas? Yakin lebih memilih memberikan semua aset itu padaku daripada membatalkan pernikahan keduamu itu?" Pertanyaan Zilva kemarin kembali mengusik hatiku."Aku sudah mengingatkanmu berulang kali ya, Mas. Jangan sampai suatu hari nanti kamu menyesal atas keputusanmu sendiri."Kalimat terakhir yang diucapkan Zilva kemarin benar-benar membuatku tak tenang hingga detik ini. Namun, aku berusaha menepisnya. Yang penting sekarang urusan dengan Zilva sudah kelar dan pernikahanku dengan Lala hari ini pun akan digelar.Awalnya aku meminta Zilva untuk datang, setidaknya agar orang-orang tahu jika istri pertamaku itu menyetujui pernikahan ini. Kehadirannya juga akan meredam emosi para ibu yang biasanya akan menghujat istri kedua dengan sebutan pelakor.Solidaritas perempuan di negeri ini cukup kuat jika membahas soal madu dan dimadu. Biasanya mereka akan mendukung penuh istri pertama dan menghujat habis-habisan istri kedua. Sebagian perempuan tetap tak menyukai p
Baca selengkapnya
Bab 4
"Mas Amran sudah siap?" Penghulu kembali bertanya untuk kedua kalinya padaku. Mungkin dia menyadari ada sesuatu yang tak beres dariku hingga membuatnya mengulang pertanyaan yang sama. "InsyaAllah siap, Pak," balasku dengan sedikit gugup. Penghulu kembali mengangguk pelan lalu mengedarkan pandangan. Entah siapa yang dia cari, sepertinya sedang mengamati beberapa tamu yang datang. "Mas Amran bilang, istri pertama sudah setuju dengan pernikahan ini kan?" tanyanya lagi. Aku mendongak, lalu kembali mengangguk. Penghulu kembali tersenyum lalu menepuk lenganku pelan. "Saya boleh tahu yang mana perempuan hebat itu? Perempuan yang rela dimadu demi menyenangkan hati suaminya." Lagi, penghulu tersenyum lalu menoleh ke area tamu yang hadir. Apa dia bilang? Menyenangkan suaminya? Mungkin bagi lelaki lain, memiliki istri lebih dari satu adalah hal yang menyenangkan. Apalagi jika istri pertama merestui pernikahan kedua suaminya dengan istri barunya yang tak kalah rupawan. Sayangnya, aku nggak
Baca selengkapnya
Bab 5
Zilva. Istri tercintaku itu akhirnya datang dengan gamis terbarunya. Pakaian syar'i yang membuatnya semakin terlihat cantik dan mempesona. Sungguh, dia memang istri terbaik dan nyaris sempurna andai bisa segera memberikan keturunan untukku. Namun, takdir berkata lain dan aku tak berhak menyalahkannya. Bukankah tiap manusia memang digariskan memiliki dua sisi hingga tak ada satupun yang utuh dan sempurna? "Silakan dilanjutkan, Mas. Aku akan di sini dan ikut menyaksikan pernikahan keduamu." Zilva tersenyum tipis lalu duduk di deretan paling ujung bersama tamu yang lain. Mama melotot tajam ke arahnya, tapi Zilva masih tetap tenang seolah tak ada kesedihan yang dia rasakan. Mungkinkah dia sudah berdamai dengan keputusanku ini? Entah mengapa, ketenangan Zilva justru membuatku semakin tak tenang. Aku tahu bagaimana dia yang terlalu mencintaiku. Bagaimana bisa saat aku ingin berbagi hati dengan perempuan lain, dia bisa setenang ini? Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya hingga bi
Baca selengkapnya
Bab 6
"Sayang, mau ke mana?" Aku mencegah Zilva yang akan pergi begitu saja setelah mama mengusirnya dari gedung yang kusewa untuk acara pernikahan ini. Mama memang keterlaluan dan seolah tak memiliki perasaan.Seharusnya mama menyambut Zilva dengan tangan terbuka karena dia sudah merelakanku untuk menikah lagi. Itu artinya dia rela dimadu demi mengabulkan impian mama yang berharap segera mendapatkan cucu pada pernikahan keduaku ini. Zilva menghentikan langkah lalu membalikkan badan. Sesaat dia bergeming, menatapku cukup lekat lalu tersenyum tipis sembari menunjuk ke belakangku dengan dagunya. Aku tahu di belakang sana ada pesta penuh tawa dan bahagia setelah para saksi dan penghulu mengatakan pernikahan ini sah di mata agama. Aku mengerti jika masih banyak tamu yang begitu euforia dengan pernikahan keduaku ini. Mungkin mereka mengira aku juga sebahagia itu. Menikah dengan perempuan cantik dan seksi yang disetujui bahkan disaksikan oleh istri pertamanya sendiri tentu menjadi hal yang ber
Baca selengkapnya
Bab 7
"Amran! Kamu itu suami, kepala ruang tangga, harusnya kamu tegas sama istri mandulmu itu. Jangan menjadi budak cinta. Apapun yang Zilva inginkan selalu kamu turuti. Wajar kalau dia jadi ngelunjak dan manja!" Mama mulai mengomel lagi dan lagi. Seperti biasa, tiap kali aku menuruti permintaan Zilva, selalu aku yang menjadi sasaran amukannya. Padahal, bukankah hal wajar jika seorang suami menuruti permintaan istrinya? Apalagi dia tengah berduka dan sudah berkorban banyak hal untuk pernikahan keduaku ini. Wajar jika aku ingin memberikan sedikit hadiah untuknya bukan? "Siapa yang mandul, Ma? Zilva nggak mandul. Dia hanya ingin liburan, Ma. Sedikit refreshing supaya tak terus memikirkan masalah ini. Lagipula, sebelum jatah waktuku bersama Lala habis, dia juga sudah pulang. Zilva tahu tanggungjawabnya sebagai istri kok. Mama tak perlu risau. Berempatilah sedikit padanya, karena dia sudah rela dimadu demi menyenangkan hati mama. Tolong, kali ini jangan terus menyudutkan apalagi menyakiti ha
Baca selengkapnya
Bab 8
Rutinitas pengantin baru usai. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Bahagiakah aku? Kurasa nggak begitu. Justru perasaan sedih lebih dominan dibandingkan bahagia yang hanya sesaat saja. Tiap kali melihat Lala, tiap itu juga rasa bersalah pada Zilva semakin kuat. Mengingat senyumnya yang penuh luka itu justru semakin membuatku tersayat. Aku yang berjanji membuatnya bahagia, tapi aku juga yang justru menancapkan luka di hatinya. Sesakit apapun itu, aku juga tak mungkin mengecewakan Lala dan mengabaikannya begitu saja di hari-hari pernikahanku dengannya. Seperti apapun jalannya, kini dia sudah sah menjadi istriku dan dia juga berhak atas hidupku. Momen ini tentu menjadi salah satu momen yang mendebarkan dan mungkin dia idamkan pasca akad itu. Setelah shalat subuh berjamaah di masjid, aku kembali ke kamar. Mama sepertinya juga belum bangun. Entahlah, selama ini aku sudah berusaha menasehati mama untuk rutin melaksanakan kewajiban, tapi tetap saja subuh adalah salah satu waktu shal
Baca selengkapnya
Bab 9
"Lala mana, Ran? Kenapa belum keluar?" Mama yang baru muncul dari kamar tiba-tiba duduk di sampingku. "Dia masih di kamar ganti baju, Ma." Mama kembali melirik penampilanku yang sudah cukup rapi, khas mau pergi keluar rumah. "Mau jalan-jalan ke mana memangnya?" Mama mencomot kue lapis di atas meja lalu mengunyahnya perlahan. "Ke mall beli baju." Aku membalas singkat lalu menatap mama beberapa saat. Terlihat jelas ekspresi terkejut di wajahnya bahkan Mama sempat menghentikan kunyahannya saat mendengar jawabanku.Mungkin terdengar cukup aneh bagi mama, karena baju-baju Lala memang sangat banyak. Jangankan baju yang lama, baju baru yang belum pernah dia pakai pun masih ada beberapa stel, katanya. Bahkan mama kemarin membelikannya lagi dua item dress selutut dan tiga buah lingerie dengan warna yang mencolok. "Lala nggak bawa baju?" Mama mulai menyelidik sembari melirikku. "Bawa, Ma. Ada satu koper.""Terus? Kenapa beli baju lagi jika masih ada satu koper?" Mama mulai menatapku inten
Baca selengkapnya
Bab 10A
POV : ZILVADua tahun pernikahan, tak pernah sekalipun Mas Amran menghardik. Tak pernah pula menyakiti fisik dan batinku. Dia adalah lelaki yang nyaris sempurna di mataku. Aku bangga memilikinya dan aku pernah berjanji pada almarhum ibu untuk berbakti padanya sampai akhir hayat. Tak hanya padaku, Mas Amran juga begitu menyayangi ibu dan menganggapnya seperti ibu kandung sendiri. Cintanya yang tulus membuat ibu begitu mempercayainya, mengasihinya dan menjadi menantu kesayangannya. Tak hanya soal cinta yang terus tumbuh untukku, tapi Mas Amran juga bertanggungjawab lahir batin atas diriku. Tiada hari tanpa kata cinta darinya. Sejak aku membuka mata di pagi hari hingga terlelap di malam hari, Mas Amran seolah menjadikanku ratu dalam hati dan hidupnya. Dia bukan tipe suami yang hanya suka menyuruh ini dan itu, tapi dia ikut serta membantu banyak hal dalam urusan rumah tangga secapek apapun itu. Semua pekerjaan terasa ringan meski tak ada asisten di rumah ini karena ada dia yang selalu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status