"Mir, kenapa pulang telat, kamu? Sengaja biar nggak beres-beres rumah?" Kedatanganku disambut oleh ibu mertua dengan muka ketus dan omelan yang tentunya pasti panas di telinga ini.Iya, hari ini aku pulang lebih telat karena ada lembur dadakan. Tidak mungkin aku sebagai pengawas harus absen. Sementara kinerja para pegawai yang ada dalam naunganku butuh untuk diawasi."Tadi ada lembur, Bu," jawabku singkat.""Alah, kamu pasti alasan. Biasanya juga pulang lebih awal. Pasti ini kamu sengaja kan?""Bu, ada apa sih? Kok kayak orang ribut saja." Mas Hadi muncul dari dalam."Itu istri kamu. Sudah tahu iparnya mau pulang malah dia sengaja pulang telat biar nggak beres-beres dan nyiapin makanan untuk kita makan nanti.""Mira memang lembur, Bu. Tadi siang Mira juga sudah kasih kabar ke Hadi.""Alah, kamu ini. Ngapain juga kamu bela-belain istri yang nggak becus. Pasti dia cuma alasan saja.""Sudahlah, Bu. Urusan beres-beres kan Wahyu dan istrinya bisa kerjain sendiri. Itu bukan kewajibannya si
Mas, aku ingin kita bisa segera pindah dari sini. Aku tidak masalah sama ibu meskipun itu tidak pernah suka dengan kehadiranku menjadi pendamping kamu. Tapi aku tidak bisa terus menahan sakit hati karena istri dari adik kamu itu." Aku memberanikan diri untuk mengungkapkan keluh kesahku pada suami.Saat ini kami sedang ada di dalam kamar yang kami tempati. Mas Hadi segera berbalik ke arahku karena sebelumnya ia disibukkan dengan pekerjaannya yang ia bawa pulang."Tapi kita mau tinggal di mana? Rumah orang tua kamu juga masih ada yang ngontrak.""Iya, itu kita cari bersama nanti. Pokoknya aku ingin kita bisa hidup mandiri, Mas. Toh kalau kita pergi dari rumah ini masih ada adik kamu yang akan menemani ibu."Suamiku nampak terdiam sejenak."Aku juga mau menghubungi orang yang sekarang masih menempati rumah ibu. Apakah mereka masih mau nambah waktu atau diselesaikan satu tahun ini. Kurang tiga bulan lagi masa kontrak mereka dengan kita.""Kamu pikir-pikir saja dulu. Tidak baik mengambil
Loh, Mas kemana tv nya dipindah ke luar? Siapa yang sudah lancang pindahin barang orang? Kenapa tidak izin dulu sama aku?" Baru pulang kerja aku sudah dibuat naik pitam. Bagaimana tidak? Tv yang aku beli dari hasil ku bekerja. Yang aku letakkan di kamar kami tiba-tiba sudah berpindah tempat. Mas Hadi nampak salah tingkah."Ibu yang minta Hadi pindah keluar. Lagian tv yang kecil itu diminta sama Manda," sahut ibu mertua yang baru saja keluar dari kamarnya."Lagian kamu ini kenapa sih, tv saja pakai disimpan dalam kamar. Kalau ditaruh di sana mana ada orang yang tahu." Alasan yang sangat tidak masuk akal. Tukang pamer tapi yang dipamerkan barang milik orang lain. Agak lain memang ibu dari suamiku ini."Ibu mau pamer? Lagian itu kan tv punya Mira. Niat Mira beli juga bukan untuk pamer. Ibu juga jangan mentang-mentang di rumah ibu jadi barang yang aku beli ibu anggap sebagai punya ibu. Mira juga punya niat ingin cepat keluar dari rumah ini. Sudah cukup Mira menderita karena tinggal di rum
Usai makan malam di tempat langganan ku. Kami berdua segera menuju masjid yang tidak jauh untuk melaksanakan kewajiban tiga rakaat."Mir, kita mau cari kue dulu apa buah dulu?" tanya mas Hadi meminta pertimbangan sama aku."Terserah mas saja. Aku dibelakang, jadi ngikut supirnya saja." Kali ini kami keluar dengan mengendarai motor milikku. Karena mas Hadi malu jika keluar membawa istrinya harus mengendarai motor tua miliknya. Aku mengatakan motor tua karena motor tersebut memang untuk saat ini sudah tidak diproduksi lagi dan juga semakin jarang penggunanya. Orang-orang lebih suka mengganti dan menukar motor mereka dengan motor keluaran terbaru."Kita cari kue saja dulu kalau gitu." Pertanyaan yang ia tanyakan dan ia jawab sendiri. Aku mengangkat kedua pundakku sebagai tanda jawaban terserah apa maunya.Basu saja motor melaju di keramaian, mas Hadi tiba-tiba membelokkan motornya ke arah keramaian di mana ada sebuah gerobak yang sedang dikerubungi oleh antrian pembelinya."Ayo, Mir!" aj
"Puas kamu bikin orang tua malu!" Seketika aku dikagetkan oleh cacian ibu mertuaku. Iya, aku baru saja selesai mengolah makanan dan tentu saja makanan itu hanya aku oleh cukup untuk dua orang saja. Ibu mertuaku sudah tidak sudi menyentuh makanan yang aku olah semenjak menantu kesayangannya itu datang di rumah ini.Aku berpura-pura tidak mendengarkan ucapannya itu dari pada nanti berujung pertengkaran di pagi hari ini. Biarkan saja orang tua ini berbuat sesuka hatinya. Mungkin saja setelah ini malaikat Izrail datang bertamu untuk menemuinya. Astaghfirullah, kenapa aku berdoa yang tidak baik. Harus aku doakan saja semoga ibu mertuaku ini diberi kesempatan untuk bertaubat.Bugg!"Kamu budeg atau bagaimana? Ada orang tua bicara itu mulut kenapa diam!" bentaknya.Hampir saja tangan ku ini melayang. Untung saja aku masih ingat kalau perempuan ia adalah orang tua suamiku. Aku seketika dibuat meradang karena makanan yang sudah aku bungkus untuk bekal makan siang ku tiba-tiba saja dilemparkan
Tumben jam segini Mira belum juga pulang. Biasanya jika ada lembur atau pulang telat, Mira tidak pernah lupa untuk mengabari suaminya ini. Beberapa kali aku menghubungi nomernya juga tidak aktif. Pesanku sedari tadi juga tidak berubah, masih tetap centang satu. Apakah ini masih ada hubungannya dengan kejadian pagi tadi. Ada hubungannya dengan ucapan ibuku tadi pagi. Aku kira ucapan ibuku itu wajar karena emosi sesaat, mungkin Mira terlalu menganggapnya serius.Hingga malam menjelang dan langit pun kian pekat tak jua ku jumpai istriku ini pulang ke rumah."Istri kamu belum pulang, Hadi?" Ibu menghampiriku di teras rumah. Padahal langit mendung dan petir pun menampakkan kilatannya."Belum, Bu. Ini juga tidak biasanya Mira tidak mengabari Hadi.""Makanya, ini sudah bilang, kalau cari istri itu yang sepadan. Kamu suka ngeyel. Lagian apa sih yang kamu banggakan dari si Mira itu. Sudah pendidikannya rendah, buruh pabrik pula, bikin malu keluarga saja kamu itu.""Ibu kenapa sih selalu berpik
Meski sendiri, Aku merasa lebih tenang baik hati juga pikiranku. Hanya saja masih terbesit sedikit beban yakni berhubungan dengan suamiku. Hati kecilku meragu juga ada rasa takut akan dosa. Dosa karena telah keluar dari rumah juga dosa karena tanpa ada izin terlebih dahulu dari suamiku. Semua aku kembalikan lagi. Jika aku bertahan di rumah itu jiwa dan mentalku sendiri yang akan rusak karena mereka juga tidak adanya pembelaan dan perlindungan yang aku dapatkan dari suamiku.Sore ini sepulang dari bekerja aku memutuskan untuk pergi ke counter hp untuk mencari kabel ces karena tidak mungkin juga aku kembali ke rumah yang bagiku itu adalah sebuah neraka yang harus aku datangi lagi."Mira!" Terdengar oleh telingaku ini ada suara yang memanggil namaku. Suara yang tidak asing."Mas Hadi." Aku menoleh ke sumber suara setelah mencari-cari sosok tersebut. Iya, ternyata benar mas Hadi orang yang memanggil namaku. Pria yang telah menjadi kekasih halal ku itu sepertinya sengaja menungguku di depa
Satu Minggu setelah kepindahan kami ke tempat baru ini, Aku kira tidak ada kendala dan halangan maupun gangguan. Salah. Ternyata aku salah besar. Minggu pagi ini aku dan mas Hadi berencana untuk menikmati waktu berdua atau bahasa gaulnya "me time" bareng suami. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Pagi ini sengaja hanya sarapan roti manis isi coklat pisang yang aku beli di swalayan kemarin sepulang kerja yang ditemani dengan secangkir kopi susu dan teh karena rencana kami pagi ini selain jalan-jalan sekaligus belanja kebutuhan dapur untuk beberapa hari ke depan nanti.Aku terkejut karena mendengar pintu kamar kontrakan ku ini ada yang mengetuk sementara mas Hadi masih ke kamar kecil karena merasa perutnya sedikit mules.Usai merapikan hijab yang aku kenakan. Aku segera menuju ke arah pintu untuk mencari tahu siapa gerangan yang ada di depan sana.Betapa terkejutnya aku ketika mata ini mata ini menangkap sosok yang ada di depan sana.Perasaan tidak enak sudah mulai menghinggapi karen