Ternyata itu Dinda.
Dia pergi dari kamarnya, mencari ruangan Fasha. Dengan alat infus yang terpasang di tangannya ia menyusuri lorong rumah sakit.
Akhirnya Dinda menemukan tempat Fasha di rawat.
“Kamu punya kesempatan untuk memiliki Rangga kembali!” ucap Dinda yang datang tiba-tiba.
Kedatangannya membuat Rangga dan Fasha terkejut, terutama Rangga yang mendengar pernyataan dari sang istri.
“DINDA!! Jaga ucapanmu!!” bentak Rangga pada istrinya yang sudah sembarangan bicara.
“Tapi apa kamu rela menjadi madunya Mas Rangga?” tanya Dinda dengan nada menantang. Ia sengaja menanyakan hal itu pada Fasha karena mana mungkin ada seorang perempuan yang rela hanya menjadi madu bagi prianya.
Fasha sepertinya kesulitan untuk menjawab. Ia hanya menatap tajam wanita yang berpenampilan lusuh di hadapannya saat ini.
Ia mulai menarik nafanya. Sepertinya sudah siap dengan jawaban yang akan ia berikan untuk Dinda.
“Tidak masalah bagiku. Selama itu dengan Rangga!” jawab Fasha.
Dinda dan Rangga tak percaya dengan jawaban yang di berikan oleh Fasha. Dinda pikir Fasha akan menolaknya dan enggan saat nanti dijodohkan dengan Rangga, namun semuanya di luar perkiraannya.
“Apa segitu cintanya dia pada Mas Rangga?” tanyanya dalam hati dengan ekspresi mengerutkan dahinya.
Fasha yang melihat ekspresi Dinda lalu berkata, “Aku berjuang sembuh di Singapur untuk Rangga dan aku sudah meprediksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama aku pergi, termasuk ini. Kenyataan saat Rangga sudah menikah,”
Dinda tak habis pikir ternyata ada perempuan yang punya pemikiran seperti Fasha.
“Aku tidak keberatan jika harus menjadi istri kedua Mas Rangga,” tambah Fasha dengan santai.
Keikhlasan hanya sebatas sebuah ucapan bagi Dinda saat ini, karena pada kenyataannya Dinda ternyata tidak sanggup menerima semua ini. Ia pikir gertakannya pada Fasha akan membuatnya mundur dan menyerah untuk mencintai Rangga, tapi hal itu malah sebaliknya.
“Fasha, aku rasa kamu harus memikirkan hal ini kembali dengan matang karena ini berhubungan dengan masa depan kamu!” saran Rangga yang berusaha meluluhkan hati Fasha agar mau mengurungkan keinginannya.
“Masa depan aku adalah kamu Rangga!” ucap Fasha tanpa banyak kompromi.
“Tapi aku sudah punya istri dan perasaanku saat ini……..” tiba-tiba Rangga menghentikan ucapannya, ia seolah bingung dengan hatinya.
“Perasaanku saat ini hanya untuk Dinda, waktu sudah merubah segalanya Sha!” sambung Rangga yang berusah memberi penjelasan pada Fasha.
Ada perasaan tidak nyaman pada diri Dinda saat suaminya seolah ragu dengan perasaanya saat ini. Sepertiya hati Rangga memang sudah goyah saat tau keadaan Fasha yang sebenarnya ketika ia tinggal di Singapur.
“Aku tau itu. Dan aku akan menunggu dengan sabar hingga perasaanmu itu bisa kembali padaku seperti semula!” ucap Fasha yang begitu percaya diri dengan keyakinannya.
“Kadang cinta dan nafsu itu tidak bisa kita bedakan dalam keadaan seperti ini. Ketulusan seseorang itu dapat kita lihat saat kita mampu melepaskannya untuk bahagia bersama dengan orang yang jelas dia cintai. Kamu harusnya sadar bahwa kamu hanya sebuah masa lalu bagi Mas Rangga!” jelas Dinda yang mencoba membuat Fasha sadar akan posisinya saat ini.
“Hahaha……” Fasha malah tertawa lepas mendengar ucapan dari Dinda.
“Lalu apa bedanya aku dan kamu Dinda! Bukankah saat ini kamu juga sedang menjadi orang yang egois. Aku hanya sedang memperjuangkan perasaanku. Apa aku salah?” tanya Fasha dengan nada yang begitu menekan.
“Lagi pula, kan kamu sendiri yang tadi bilang bahwa aku punya kesempatan untuk memiliki Rangga kembali. Apa izinmu itu hanya sebatas gertakan saja buatku?” tanya Fasha kembali.
Dinda terdiam ia merasa tersindir dengan ucapan-ucapan Fasha. Saat ini Dinda malah menjadi orang yang egois padahal sebelum-sebelumnya Dinda lah yang selalu mengatakan bahwa dia akan ikhlas, namun inilah hidup segalanya tidak semudah yang kita ucapkan.
“Lebih baik kamu tanya saja suamimu sendiri! Apa dia sudah membuang semua perasaanya padaku? Jika memang sudah kenapa ia tidak pernah mengganti ponselnya dengan ponsel keluaran terbaru. Kamu tau? Ponsel itu adalah hadiah yang aku berikan sebelum aku pergi ke Singapur!” pungkas Fasha yang melihat Rangga masih setia menggunakan ponsel yang ia berikan dulu.
Rangga yang terkejut dengan ucapan dari Fasha mencoba mengalihkan pembicaraan mereka dan mengajak Dinda untuk pergi ke ruang rawatnya kembali.
“Kalian berdua lebih baik istirhat saja!” saran Rangga pada dua wanita yang sedang berselisih paham ini.
Pernyataan Fasha tentu sangat mengejutkan untuk Dinda, karena selama ini Rangga tidak pernah menceritakan sejarah dari ponsel tersebut. Ia menoleh pada suaminya dengan wajah muram dan kesal.
“Ternyata sejak awal sudah jelas siapa pemenangnya!”
Tak ada jawaban yang bisa diucapakan oleh Dinda. Ia seolah mendapat skakmat dari Fasha atas posisinya saat ini.Dinda mundur dari hadapan Fasha kembali menuju ruangannya.“Aku antar yah!” Rangga menawarkan diri untuk mengantar Dinda, namun Dinda menolaknya dengan tegas.“Gak usah Mas. Jaga saja wanitamu di sini!” ucap Dinda dengan tatapan muak pada suaminya.“Aku bisa jelaskan tentang ponsel ini sayang!” Rangga yang berusah membela diri.“Gak usah!! Permisi!!!” Dinda meninggalkan ruangan Fasha dengan langkah gontai.Rangga tidak mengikutinya karena ia tau istrinya sedang dalam keadaan marah. Apapun yang ia jelaskan saat ini pasti hanya akan dianggap sebuah kebohongan oleh Dinda.Sementara di ruang rawat Fasha, Rangga pun terlihat begitu kebingungan apa yang harus ia lakukan saat ini, sehingga Rangga permisi untuk keluar dari ruangan tersebut.“Aku mau cari angina dulu keluar!” Rangga pamit pada Fasha.“Kejar saja istrimu! Beri dia penjelasan kalau aku sama sekali tidak akan mundur!” u
Mendengar berita kemandulan Dinda membuat hati Fasha bahagia, ia merasa kesempatannya untuk masuk kembali ke kehidupan Rangga menjadi lebih mudah. “Tapi kenapa Rangga masih mempertahankan Dinda?” tanya Fasha paca Mamah Tari.“Tante juga gak tau kenapa Rangga masih saja mempertahankan wanita mandul itu, pasti dia pakai guna-guna buat memikat hati Rangga,” jawab Mamah Tari yang sedang menerka-nerka alasan putranya yang masih saja mempertahankan Dinda.“Husss... zaman sekarang ko masih percaya gituan,” sela Tante Maya yang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.“Ya bisa aja donk!!” ucap Mamah Tari yang masih keukeuh.“Sudahlah gak usah bahas gituan!!” larang Tante Maya yang sepertinya mulai risih dengan pembicaraan Mamah Tari.“Fasha, Mamah tidak yakin Papahmu akan setuju dengan pernikahan ini, mengingat kamu akan menjadi istri kedua Rangga!!” khawatir Tante Maya akan keputusan yang nantinya akan dibuat oleh Fasha.“Tenang saja Mah, aku akan urus semua itu!!” Fasha terlihat begitu ya
Keesokan harinya Dinda dan Fasha sama-sama diizinkan untuk pulang dari rumah sakit karena keadaan mereka sudah membaik.Rangga berniat mengantar istrinya lebih dulu, tapi saat ia mengecek kamarnya ternyata Dinda sudah tidak ada di sana.“Sus yang tinggal di kamar ini kemana yah?” tanya Rangga pada suster jaga.“Tadi sudah pulang Pak!!” jawab Suster tersebut.“Sama siapa yah??” tanya lagi Rangga yang begitu penasaran.“Tadi sama laki-laki Pak, mungkin suaminya,” jawab lagi Suster tersebut.“Jadi dia bersama dengan seorang pria?” ucap Rangga tidak percaya dan bertanya-tanya siapa pria yang sudah menjemput istrinya di rumah sakit.Saat Rangga akan menghubungi Dinda, ponselnya sudah berdering lebih dulu. Fasha yang sudah tidak sabar terus saja menghubungi Rangga.Rangga yang melihatnya tanpa kompromi langsung pergi menuju kamar Fasha dengan wajah masih kesal karena Dinda yang tidak meminta izin padanya pulang duluan, apa lagi sampai di antar oleh seorang pria.“Kamu kenapa sih?” tanya Ma
Dinda tertegun tidak pecaya saat mendengar perkataan dari suaminya barusan.“Jadi kamu benar-benar akan kembali pada Fasha?” tanya Dinda seolah tak percaya.“Kamu yang memaksaku untuk melakukan hal itu,” jawab Rangga. Ia lalu berjalan ke luar dari kamarnya meninggalkan Dinda sedirian yang duduk di tempat tidurnya.Mamah Tari yang melihat Rangga keluar dari kamarnya dengan wajah yang kesal dan penuh amarah, segera mengejar putranya itu.“Rangga…, RANGGAAAA,” teriak Mamah Tari memanggil putrnya, namuan Rangga tidak menggubris panggilan dari Mamahnya dan berlalu begitu saja menacap gas mobilnya sekuat mungkin untuk pergi dari rumahnya.Mamah Tari yang penasaran lalu menuju ruang atas untuk menemui Dinda dan menanyakan tentang Rangga yang terlihat marah.“Dinda… Dindaaaaa….ADINDAAAA,” teriak Mamah Tari dari luar sambil mengetuk-ngetuk pintu memanggil Dinda yang tak kunjung keluar.Tak lama Dinda membuka pintu kamarnya, ia bahakan tak sempat membuka mukena yang masih ia kenankan karena b
Ketika Andi menghubungi Rangga ternyata ia ada di rumah Fasha.“Puas kamu??” tanya Andi yang menoleh pada Fasha.“Makasih yah!!” ucap Fasha.Ternyata Andi memang di suruh oleh Fasha untuk mengatarkan Dinda karena ia tidak ingin diganggu oleh kehadiran Dinda dan jadwal kepulangannya yang sama pasti malah akan membuatnya menunggu karena Rangga pasti akan mengantarkan istrinya dulu.“Mau kamu tuh apa sih?? Rangga udah nikah Sha!” Andi mencoba memberi penjelasan tentang posisi mereka saat ini yang sudah berbeda.“Yah gak papa! Aku akan jadi istri keduanya!!” tegas Fasha pada sahabatanya ini.Andi melengak mendengar apa yang Fasha katakana padanya.“SHA….!!” bentak Andi pada sahabatnya ini yang begitu terheran-heran.“Aku serius kok!!” ucap Fasha mantap.“Kamu benar-benar udah kehilangan akal sehatmu Sha!!” komentar Andi saat mendengar pernyataan dari Fasha.“Sha… aku mohon pikirkan baik-baik lagi keputusan in!! Masih ada aku Sha,” Andi yang masih saja membujuk Fasha.“Kalau kamu ke sini
Kakinya seolah sudah tak menapak lagi di atas bumi. Bukan terbang karena bahagia, tapi dunianya hancur seketika. “Heiii… sini bantu Mamah!!” panggil Mamah Tari yang melambaikan tangannya pada Dinda. Senyum Mamah Tari yang terlihat begitu puas melihat ekspresi hancur pada Dinda. Panggilannya untuk membantu bukan sebuah panggilan tulus pada menantunya, tapi hanya guyonan untuk kesedihan Dinda di pagi ini. “Mahhhh… apa-apaan ini?” tanya Rangga yang tepat berdiri di belakang Dinda. “Ini!!” sambil menunjuk pada dekorasi yang sedang Mamah Tari persiapkan. “Hari ini kamu akan melangsungkan pernikahanmu dengan Fasha,” jawab Mamah Tari dengan sumringah. “Arghhhh… Mamah benar-benar antusias sekali, tadinya Mamah ingin membuat pesta yang meriah dan besar untuk kalian!!” tambah Mamah Tari. “Kenapa harus di rumah ini Mah?” bentak Rangga bertanya pada Mamah Tari. “Mamah yang usulkan!! Memangnya kenapa?” ucap M
“Haiiii…. Selamat pagi!” sambut Mamah Tari yang mecoba tenang saat menyambut kedatangan keluarga Fasha. “Kalian on time sekali, kita masih harus menyelesaikan dekorasi hiasan untuk acara resepsinya,” lontar Mamah Tari mencari topic pembicaraan untuk mengalihkan perhatian mereka. “Harusnya kamu persiapkan ini sejak kemarin!!” ketus Om Evan. Om Evan sepertinya masih belum rela jika anaknya harus menjadi istri kedua Rangga, namun ia tidak bisa menolak permintaan putri tunggalnya ini. Om Evan sangat menyanyangi putrinya sehingga ia akan selalu berusaha untuk memenuhi keinginan Fasha. “Ayo masuk!! Silahakan nikmati dulu hidangan yang sudah kita sajikan!!” Mamah Tari mempersilahkan seluruh rombongan keluarga Fasha untuk masuk dan menikmati hidangannya terlebih dahulu sebelum acara intinya dimulai. Mata Fasha melihat setiap sudut rumah Rangga, namun ia tak mendapati keberadaan Rangga. Ia juga tak melihat Dinda berkeliaran di rumah t
Rangga menatap wajah istrinya begitu dalam. Mereka saling berpandangan dalam suasana hati yang kalut.“Fasha nanti akan tinggal di rumah kita. Apa kamu sudah benar-benar ikhlas dan kuat??” tanya Rangga ingin meyakinkan istrinya bahwa hari yang akan dia lewati setelah pernikahan ini akan terasa begitu sulit.“Aku sudah memikirkan itu dan semua resikoya,” imbuh Dinda.“Dan kamu siap?” tanya Rangga.Dinda mengangguk pelan.Rangga mendekatkan wajahnya dan sekali lagi bertanya pada Dinda.“Kamu yakin sayang?”Dinda kembali mengangguk.Dahi mereka menempel. Dinda merasakan nafas Rangga yang begitu berat. Entah apa yang akan Rangga lakukan pada Dinda. Tangannya memegang lembut leher yang semalam sudah ia nikmati.“Dinda, apa kamu rela membagi belaian tangan ini dan kecupan hangat ini untuk orang lain?” tanya Rangga seraya mengecup leher Dinda.“Emhh….” Dinda menggeliat.“Mas hentikan!!” suruh Dinda suaminya karena saat ini mereka sedang ada di dalam mobil.Dinda mendorong pelan tubuh suami