“Haiiii…. Selamat pagi!” sambut Mamah Tari yang mecoba tenang saat menyambut kedatangan keluarga Fasha.
“Kalian on time sekali, kita masih harus menyelesaikan dekorasi hiasan untuk acara resepsinya,” lontar Mamah Tari mencari topic pembicaraan untuk mengalihkan perhatian mereka.
“Harusnya kamu persiapkan ini sejak kemarin!!” ketus Om Evan.
Om Evan sepertinya masih belum rela jika anaknya harus menjadi istri kedua Rangga, namun ia tidak bisa menolak permintaan putri tunggalnya ini. Om Evan sangat menyanyangi putrinya sehingga ia akan selalu berusaha untuk memenuhi keinginan Fasha.
“Ayo masuk!! Silahakan nikmati dulu hidangan yang sudah kita sajikan!!” Mamah Tari mempersilahkan seluruh rombongan keluarga Fasha untuk masuk dan menikmati hidangannya terlebih dahulu sebelum acara intinya dimulai.
Mata Fasha melihat setiap sudut rumah Rangga, namun ia tak mendapati keberadaan Rangga. Ia juga tak melihat Dinda berkeliaran di rumah t
Rangga menatap wajah istrinya begitu dalam. Mereka saling berpandangan dalam suasana hati yang kalut.“Fasha nanti akan tinggal di rumah kita. Apa kamu sudah benar-benar ikhlas dan kuat??” tanya Rangga ingin meyakinkan istrinya bahwa hari yang akan dia lewati setelah pernikahan ini akan terasa begitu sulit.“Aku sudah memikirkan itu dan semua resikoya,” imbuh Dinda.“Dan kamu siap?” tanya Rangga.Dinda mengangguk pelan.Rangga mendekatkan wajahnya dan sekali lagi bertanya pada Dinda.“Kamu yakin sayang?”Dinda kembali mengangguk.Dahi mereka menempel. Dinda merasakan nafas Rangga yang begitu berat. Entah apa yang akan Rangga lakukan pada Dinda. Tangannya memegang lembut leher yang semalam sudah ia nikmati.“Dinda, apa kamu rela membagi belaian tangan ini dan kecupan hangat ini untuk orang lain?” tanya Rangga seraya mengecup leher Dinda.“Emhh….” Dinda menggeliat.“Mas hentikan!!” suruh Dinda suaminya karena saat ini mereka sedang ada di dalam mobil.Dinda mendorong pelan tubuh suami
Sontak Mamah Tari langsung berdiri. “Evan tunggu dulu!!” cegah Mamah Tari pada keluarga Fasha yang ingin segera meninggalkan kediamannya. “Apa lagi yang harus kita tunggu? Anakmu sudah jelas tidak mau menikah dengan Fasha. Ini adalah kali kedua keluarga kalian memperalukan kami!!” geram Om Evan yang sedari tadi mendengar beribu alasan yang diucapakan oleh Mamah Tari. Ia lalu menyeret anaknya untuk pulang. “AYO PULANG!!” perintah Om Evan pada Fasha. Fasha kali ini tidak memberikan perlawanan dan pembelaan karena sedari tadi ia menunggu tak ada sedikitpun tanda-tanda Rangga akan menghadiri pernikahan ini. “Om dan Tante mau ke mana?” tanya seseorang. Semua orang menoleh pada sumber suara tersebut, ternyata itu Rangga. “Rangga,” senyum Mamah Tari merekah melihat putranya datang. Rangga sudah berpakaian rapi, memakai setelan jas dan langsung menggandeng tangan Fasha. “Aku yakin kamu pasti akan datang,” ucap Fasha yang terlihat begitu lega dan bahagia karena pria pujaanya kini suda
Fasha dan Rangga sekarang sudah resmi menjadi suami istri. Dinda berusaha untuk bersikap baik terhadap Fasha. Ia menyalami Fasha untuk mengucapkan selamat, namun sepertinya Fasha tidak suka melihat Dinda.“Sepertinya sebelum Rangga menikahiku dia terlebih dulu menyenangkan istrinya di ranjang!!” ledek Fasha pada Dinda yang baru saja menyalaminya.“Maksud kamu apa??” tanya Dinda tak mengerti dengan ucapan Fasha.“Heuhhh.... gak usah belaga bego Dinda aku tau kamu sebenarnya kamu gak rela atas pernikahan ini, makanya kamu mau so pamer sama tanda merah di leher kamu itu!!” ucap Fasha sambil menunjuk leher Dinda.Dinda lantas langsung memegang lehernya ia lupa jika ada beberapa tanda merah bekas gigitan Rangga saat mereka tak bisa mengendalikan diri mereka di mobil pagi ini. Dinda ternyata tidak mau kalah saat mendengar ucapan dari Fasha, awalnya Dinda mencoba merendahakan hatinya untuk membuka diri pada Fasha dan menjalin pertemanan dengannya, tapi respon dari Fasha sungguh membuat Dinda
“Rangga!!” Mamah Tari meneriaki putranya sendiri karena menyeret Fasha.“Apa-apaan kamu? Kenapa kamu begitu kasar pada Fasha?” tanya Mamah Tari.Fasha namun tidak berontak dan bersikap pasrah dihadapan Rangga.“Ini sudah keterlaluan Mah. Kamar ini bukan kamar Fasha!” tegas Rangga.“Mamah yang menyuruh Fasha untuk menempati kamar utama,” ujar Mamah Tari.“Mah…. Tolong hargai aku dan Dinda. Jika bukan atas izin Dinda aku mana mau menikah dengan Fasha,” terang Rangga.Mendengar hal itu Fasha sepertinya terkejut. Dia pikir Rangga menikahinya karena benar-benar ingin kembali padanya.“Rangga pasti hanya bercanda, karena ada wanita jalang itu melihat!” ucap Fasha dalam hati yang melirik sinis melihat Dinda yang berdiri di ujung tangga menyaksikan pertengkaran ini.“Mamah gak peduli, biarakn Fasha tinggal di kamar utama!” kekeh Mamah Tari.“MAHHHHH!” habis sudah kesabaran Rangga, ia hampir saja menampar ibunya sendiri, namun segera di dihalangi oleh Fasha sehingga tamparannya malah mengen
Setelah tenang Rangga yang merasa bersalah pun datang menghampiri Fasha dan Mamahnya. “Mas Rangga,” panggil Dinda yang masih berdiri tertegun di depan kamarnya . Rangga berjalan menuju kamar tersebut, ia melewati Dinda yang berdir di sana dan langsung memeluk Fasha juga meminta maaf pada mereka berdua. “Aku benar-benar tidak sengaja Fasha,” bela Rangga pada dirinya sendiri. “Mah… Rangga juga minta maaf karena Rangga udah kelewat batas!!” pinta Rangga pada Mamah Tari. Dinda yang melihat sadiwara Fasha terlihat kesal. Ia lalu pergi meninggalkan mereka semua. **** Di luar ternyata masih ada Andi. “Kamu ko belum pulang?” tanya Dinda yang baru saja melihat Andi mondar mandir seperti sedang mencari sesuatu. Andi kaget melihat Dinda yang seketika sudah ada dihadapannya. “Bikin kaget aja,” ucap Andi sambil memegang dadanya yang bidang. “Ini aku lagi cari kuci mobil,” jawab Andi. “Ko bisa hilang sih?” tanya Dinda lagi. “Aku lupa malah simpan di saku biasanya aku simpan di tas,” jaw
Ternyata saat Rangga di atas bersama dengan Fasha dan Mamah Tari.Mamah Tari meminta Rangga untuk menyerahkan kamar utama pada Fasha."Mamah akan maafkan kamu asal kamar ini kamu serahkan pada Fasha!!" desak Mamah Tari."Mah apa harus sampai seperti ini?" tanya Rangga."Kamu juga sampai jadi anak durhaka pada Mamah, Mamah yakin kalau Papah tau kamu sampai tampar Mamah gara-gara wanita itu, Papah kamu gak akan terima," cecar Mamah Tari supaya Rangga bisa terbujuk untuk menyerahkan kamar tersebut.Tersirat rasa ragu dalam diri Rangga karena dia sangat menghargai istrinya, tapi ada rasa bersalah dan penyeslaan juga atas sikapnya terhadap Mamahnya. "Aku harus bicarakan ini dulu dengan Dinda Mah karean bagaimanapun juga dia istri pertamaku!!" kata Rangga yang sebenarnya tidak ingin menyerahkan kamar tersebut pada Fasha."Halahhhh ya udah jelas pasti dia gak mau kasih kamar ini!" gerutu Mamah Tari."Mah sudahlah, gak papa Fasha tinggal di kamar sebelah saj
Lamunannya terpecahkan oleh suara dering ponsel."IBU.." ucap Dinda melihat nama yang tertera di ponselnya. "Assalamualikum bu," salam Dinda pada ibunya yang berada di ujung telepon."Waalaikumsalam Nak!!! Sehat kamu??" Pertanyaan itu yang pertama kali selalu ditanyakan oleh sang ibu."Alhamdulillah sehat bu, ibu gimana sama Ayah?" tanya balik Dinda."Alhamdulillah kita juga sehat!" jawab sang ibu."Nak minggu ini rencananya Ayah dan Ibu mau ke Jakarta berkunjung ke rumahmu," ucap Ibu Harti memberi kabar pada putrinya.Dinda terkejut."Ibu mau ke rumah?" tanyanya yang kebingunga ."Iyah... Ibu sama Ayah kangen sama kamu," gumam Ibu Harti."Dinda juga kangen Bu, tapi nanti Dinda lihat jadwal dulu yah Bu," alasan Dinda untuk mengurungkan niat ibunya untuk datang ke Jakarta."Memangnya kamu ada jadwal apa Din?" tanya Bu Harti karena tak biasanya Dinda seperti ini. Biasanya saat mendengar Ayah dan Ibunya akan datang Dinda pasti senang sekali."Kenapa Nak?? apa kamu tidak senang??" tanya s
Menjelang malam Dinda merapikan kamarnya dan bersiap untuk tidur."Ahh aku lupa jika malam ini Mas Rangga tidak tidur bersamaku!!" keluh Dinda.Ia lalu menutup pintu kamarnya, tapi Rangga menahannya."Izinkan aku masuk!" izin Rangga."Masss...." Dinda memaksa untuk menutupnya, namun tangan Rangga tetap menahannya."Jangan seperti ini Mas!!!" larang Dinda pada suaminya.Dinda yang tidak mampu menahan tenaga Rangga akhirnya terdorong masuk."MASSS," bentak Dinda."Aku gak bisa tidur dengan wanita lain Din!" rengek Rangga sambil memeluk Dinda."Mas dia istrimu bukan wanita lain, kamu sudah mengucap janji suci di hadpaan Allah dan orangtuanya," jelas Dinda, lalu ia melepas pakasa pelukan suaminya."Aku tidur di sini saja!!" paksa Rangga yang malah merebahkan diri do tempat tidur."Masss.... aku mohon jangan buat Mamah mu marah lagi!!" bujuk Dinda pada suaminya.Mata Rangga menatap langit-langit kamar Dinda."Aku hanya ingin bahagia, it