"Helo, Robin? Kok jadi Lo yang sewot, sih?" tanya Vini tak menyangka dengan reaksi pria itu saat dirinya bercerita tentang Kasih.Menyadari sikapnya yang berlebihan dan mungkin saja akan menimbulkan kecurigaan Vini. Robin pun mulai tertawa,"Ha-ha-ha. Sikapku tidak berlebihan kok, Vin. Hanya terbawa suasana saja. Karena Kasih selama ini memendam rasa cintanya sendiri kepada Tuan Faith. Tapi syukurlah jika mereka telah baik-baik saja sekarang.Lalu Robin kembali menyusun strategi busuknya."Aku harus tahu secara detail bagaimana persiapan pernikahan antara Kasih dan pria itu," gumamnya dalam hati."Vin, ngomong-ngomong pernikahan Kasih dan Faith akan dilaksanakan di mana, ya? Pasti banyak dong, tamu undangan yang akan datang?" tanya Robin sesantai mungkin agar Vini tidak curiga.Karena keasyikan cerita, Vini menceritakan semuanya kepada Robin tanpa sensor sedikit pun. Pria itu mencoba mengingat setiap detail kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Vini kepadanya. Hatinya sangat sena
Kasih dan Faith akhirnya sampai juga di ruang rawatan Oma Meri. Keduanya langsung disambut hangat oleh sang oma yang sedang disuapin oleh Gilang. Sementara Lovlyta sibuk memijit kaki sang oma."Idih ... pasangan bucin akhirnya nongol juga," goda Lovlyta kepada Kasih dan Faith."Cih! Biasa aja lagi!" sindir Gilang tak suka melihat keduanya."Begitulah orang iri hati!" Faith balas menyindir Gilang."Hei ... Anda! Faith Hoewar! Dari dulu gue sudah naksir sama Kasih. Seantero dunia pasti tahu itu! Lah ... Elo? Sejak zaman kapan Lo naksir Kasih? Yang gue tahu sejak dulu Lo malah gak pernah berdekatan dengan Kasih! Bahkan berbicara pun tidak pernah! Gue yang selalu ada buat Kasih! Bukan Lo!" tegas Gilang dari kesungguhan hatinya.Sementara Kasih menjadi terkaget-kaget dengan ungkapan perasaan Gilang yang terlihat sangat blak-blakkan. Bahkan di depan Oma Meri, dengan begitu lancarnya pemuda itu mengutarakan semua isi hatinya. Ternyata telah sekian lama Gilang memendam rasa sukanya kepada K
Secara perlahan dokter Robin mulai mendekati ranjang Oma Meri untuk lebih cepat melakukan misi jahatnya. Makanya disaat sang dokter telah mendekati ranjang itu, dia segera merogoh sakunya untuk mengambil satu batang suntik, yang sebelumnya telah dirinya isi dengan obat penenang dosis tinggi.Oma Meri telah tidur dengan sangat nyenyak. Sehingga Beliau tidak menyadari jika ada orang lain di dalam kamar itu. Hal itu membuat dokter Robin lebih leluasa untuk melakukan aksinya.Dengan penuh kehati-hatian dokter Robin mulai menusukkan jarum suntik melalui selang infus yang terhubung di pembuluh darah yang berada di pergelangan tangan Oma Meri.Sementara di kafetaria, Entah kenapa perasaan Gilang tiba-tiba menjadi gelisah. Dia yang tadinya ingin makan dengan santainya di dalam kafetaria. Seketika berubah pikiran. Gilang pun menyuruh salah satu pelayan, agar membungkus saja pesanan makan malam untuknya.Setelah itu dengan cepat Gilang melangkah menuju ruangan VVIP. Dia segera membuka pintu k
Gilang berdiri mematung di koridor rumah sakit. Dia sedang menunggu Max, Asisten Faith untuk bergantian berjaga dengannya.Gilang ingin pulang ke apartemennya untuk mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang baru. Sepertinya dia sudah kegerahan dari tadi.Kedatangan Mark yang tiba-tiba malah mengagetkan dirinya."Woi, Bro! Melamun saja, Lo!" sapa Max sambil menepuk pundak Gilang."Sialan Lo, Max! Gue pikir Lo siapa!" kaget Gilang sambil memegang dadanya.Entah kenapa setelah ke luar dari ruang kontrol CCTV tadi, Gilang merasa gelisah dan dia tidak tahu penyebabnya apa."Wei ... Bro! Lo kenapa? Kok seperti takut begitu? Apakah Lo telah berubah menjadi seorang penakut, sekarang?" tanya Max heran kepada Gilang."Nggak lah! Enak saja!""Terus Lo kenapa?" Max terus saja mendesak Gilang."Ikuti gue," ucap Gilang dingin.Lalu keduanya pun berjalan menuju ke taman rumah sakit itu. Max semakin curiga jika ada sesuatu yang tidak beres yang baru saja terjadi. Makanya Gilang mengajaknya berbicara
Namun ditengah rasa lelahnya, tiba-tiba saja ada sebuah mobil mini bus yang berhenti tepat di belakang Gilang. Beberapa orang berbadan kekar mulai ke luar dari dalam mobil itu dan dengan segera melakukan penyerangan.Salah satu dari orang-orang itu mengatakan jika mereka adalah suruhan dari Asisten Max untuk membantu Gilang. "Anda tenang saja Tuan Gilang. Pihak berwajib sedang dalam perjalanan menuju ke tempat ini. Gilang mengangguk pasti, lalu kembali melakukan penyerangan. Tak berapa lama setelah itu, bunyi sirine polisi mulai berkumandang dari kejauhan. Orang-orang yang tadi menghadangnya seketika kabur dari tempat itu tanpa kecuali. Sayangnya tidak ada bukti yang dapat diambil dari mereka.Para komplotan itu bergerak sangat cepat meninggalkan tempat itu tanpa menyisakan satu bukti pun."Tuan Gilang, Anda telah aman sekarang. Silakan lanjutkan perjalanan Anda, beberapa dari anak buah saya akan mengawal Anda sampai di tujuan dengan cepat." seru Komandan Polisi yang bertugas mala
"Max itu orang kepercayaan Tuan Faith! Dia juga sangat jago bela diri dan ahli dalam menyusun strategi!" seru Robin kepada orang-orang itu.Namun sepertinya mereka sama sekali tidak mengenal Max."Dasar nggak becus!" seru Robin marah.Pagi pun tiba, Pukul enam pagi, Kasih terbangun dari tidurnya. Hari ini dia ada janji dengan Lovlyta, sang sahabat sekaligus calon adik iparnya, untuk pergi ke salon bersama.Akan tetapi sepertinya ada yang berbeda di dalam kamar Kasih saat ini. Sayup-sayup dia dapat mendengar bunyi dengkuran laki-laki di dalam kamarnya."Si ... siapa laki-laki yang berada dalam kamarku?" tanyanya gusar pada dirinya sendiri.Suara orang yang sedang mengorok itu berasal dari sofa yang letaknya sedikit jauh dari ranjang. Karena penasaran, Kasih pun segera melangkah ke sofa dan ingin melihat siapa orang yang berani-beraninya masuk ke dalam kamarnya dan numpang tidur di sofa.Kasih pun berjalan dan mulai mendekati sofa. Dia sangat kaget saat mengetahui jika Faith yang seda
Aku sedang tidak bercanda. Ini semua demi kebaikanmu!" seru Faith lantang."Kebaikan bagaimana sih, Mas?""Hei, Kasih Alayah! Kamu tahu kan jika Robin sedang ingin mengacaukan semuanya. Kamu masih bertanya kenapa?" Faith semakin marah.Sementara Kasih diam dan tidak dapat menjawab perkataan Faith. Karena semua yang dikatakan oleh pria itu adalah kebenaran. Lalu Faith terlihat fokus kepada ponselnya. Sang pria sedang menelepon salah satu salon ternama di Jakarta untuk mengirimkan beberapa karyawannya di Kediaman Hoewar. Alangkah senangnya hati Kasih mendengar jika pihak salon akan datang ke rumah. Dia pun baru menyadari begitu berkuasanya sang calon suami."Kamu dengar sendiri? Orang salon yang akan datang ke sini. Jadi kamu dan Lovlyta, tidak perlu ke luar rumah lagi." seru Faith kepada calon istrinya."I ... ya, Mas. Terima kasih, ya." ucap Kasih sambil tersenyum."Oh ya, jangan lupa pagi ini Oma Meri akan kembali dari rumah sakit. Jadi kamu jangan lupa untuk menyambut Oma.""Iya,
Di sebuah apartemen,Robin terlihat mengepalkan tangannya karena semua rencananya gagal total untuk melakukan sesuatu kepada Oma Meri karena Faith telah memindahkan sang nenek ke kediaman Hoewar."Sial banget! Kurang ajar Lo, Faith!" geramnya tak tertahankan.Robin pun segera menyuruh anak buahnya untuk memata-matai Kediaman Hoewar. Namun sayangnya hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang-orang suruhannya karena rumah keluarga Faith sangat di jaga dengan ketat."Sial! Sial! Sial!" Robin terlihat marah besar sekarang. Pria itu tak dapat berbuat apa-apa saat ini. Bahkan kariernya dia pertaruhkan demi membalaskan dendamnya kepada Faith karena telah merebut wanita yang dirinya sayangi.Kali ini Robin akan fokus dalam menggagalkan pernikahan Faith dan Kasih."Bagaimana pun caranya, pernikahan itu harus batal! Saya harus bisa menggagalkan semuanya!" tuturnya kepada dirinya sendiri.Robin pun segera menelepon seseorang dan ingin ngobrol langsung dengan orang itu untuk membicarakan re