Jodoh Dari Anakku

Jodoh Dari Anakku

By:  HIZA MJ  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
94Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Maryam terpaksa harus berjuang menghidupi dirinya dan dua anak balitanya dengan ilmu seadanya yang tak sempat ia selesaikan di bangku universitas. Karena suaminya yang meninggalkannya tanpa kabar yang jelas lalu perlahan ia mengetahui fakta bahwa laki-laki itu sudah menikah lagi dengan perempuan yang tinggal di daerah pelosok. Dia dikhianati setelah cinta yang dulu ia perjuangkan bahkan dengan membantah orang tuanya. Dua anaknya menjadi penguatnya. Lalu kedua anaknya pula yang mempertemukan ia dengan laki-laki baik hati yang mengubah seluruh kehidupan malangnya. Bagaimana pertemuan mereka?

View More
Jodoh Dari Anakku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
94 Chapters
Bab 1 Tawaran Salma
“Mama.. Mama mau nggak sama-sama sama Mister Rama? Mister Rama baik sama Salma dan Dek Fatih.” Celotehan Salma pagi-pagi itu membuat Maryam gelagapan. Ia tak ada persiapan sama sekali menghadapi celotehan random anak sulung perempuannya itu. Tangan Maryam yang sedang membereskan bekal itu terhenti. Ia mengerjap. “Ya?” “Mama nikah, ya, sama Mister Rama..” Pinta Salma. Gadis kecil enam tahun itu meminta mamanya menikah seperti meminta sebuah mainan baru. “Maksud Salma bagaimana? Mama nggak ngerti.” Tepatnya Maryam pura-pura tak mengerti. Juga, mencari keseriusan di wajah Salma. Biasanya, anak-anak itu hanya mengatakan apa yang ada di benak mereka tanpa berpikir panjang. “Mama nikah sama Mister Rama. Biar Mama nggak sedih lagi. Salma sedih kalau Mama sedih. Salma juga mau punya papa lagi.” Jawab Salma mantap. Matanya memandang lurus mata sang mama. “Tapi nggak bisa begitu, Nak.” Sergah Maryam mengalihkan pandangannya. Melanjutkan merapikan bekal makan. “Kenapa?” “Ya, pokoknya ngg
Read more
Bab 2 Kilas Balik
“Mister Rama mau nggak jadi Papa Salma?”Rama gelagapan. Persis seperti reaksi Maryam saat anaknya memberinya saran menikah dengan gurunya.Salma terkikik. “Tuh, kan. Sama kaya Mama. Kaget.”Mata Rama semakin melebar. “Hmm? Kenapa Salma ngomong gitu?” Tanyanya pelan dan rendah.“Memangnya kenapa? Mr. Rama sama kagetnya kaya Mama tadi di rumah.”Jangan sampai apa yang ia pikirkan benar. “Memangnya Salma ngomong apa sama Mama?”Tiba-tiba Rama penasaran, model dan jenis obrolan apa yang anak ini sering perbincangkan dengan mamanya.“Salma minta Mama dan Mr. Rama menikah.” Sahut Salma ringan. Gadis kecil itu terkekeh dan menular pada adiknya.“Ha? Oh, hmm? Kenapa Salma ngomong gitu ke Mama?” Tanya Rama yang masih syok dengan tawaran yang menurutnya sedikit janggal sebab datang dari anak kecil. Salma dan Fatih sama-sama tertawa karena ekspresi Rama.“Karena Salma mau punya papa lagi. Mr. Rama baik sama kami. Jadi kami mau Mr. Rama jadi Papa kami. Mau, ya?”“Papa..” Panggil Fatih riang.Kok
Read more
Bab 3 Teman Pulang
Malam itu, Rama menikmati suara Maryam yang sedang menemani Icha; keponakannya itu belajar. Sembari bermain dengan Salma da Fatih yang mulai mengantuk. “Sampai jam berapa Mama ngajarnya?” Bisik Rama pada Salma. “Malem.” “Malem banget?” Tanya Rama lagi. “Kalau Mama nemenin belajar Kak Icha terus Salma dan Dek Fatih ngapain?” “Main, sama Ibu Ines.” Sahut Salma singkat tanpa melihat lawan bicaranya. Mulut Rama membulat. Sebentar-sebentar melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 20.00. Tak lama setelahnya, ia mendengar Icha berderap masuk ke ruang keluarga. Lalu naik ke lantai dua. Menuju kamar tidurnya. Itu artinya, sesi belajar privat malam itu usai. Rama menggumam, “Apa nggak kemaleman pulang jam segini? Kasian anak-anak.” “Icha kecapekan banget, Bu.. Saya kasihan kalau mau memaksakan. Katanya hari ini olahraga spinning sama taekwondo ya?” Suara Maryam terdengar sampai ruang keluarga. “He’em.. Saya sebenarnya juga kasihan, tapi bagaimana lagi. Itu pilihannya
Read more
Bab 4 Butuh Pernyataan Status
“Rumah Salma di sini?” Tanya Rama ketika melihat Maryam turun dari motornya. Salma mengangguk.Motor Maryam berbelok di sebuah halaman dengan deretan rumah-rumah petak. Ada 5 rumah petak dengan dinding menempel satu sama lain. Terasnya diberi dinding penyekat antar rumah untuk menjaga privasi.Bentuk depan semua rumah-rumah itu sama. Semua catnya pun sama, berwarna biru muda dan kusen-kusen berwarna putih. Rama menebak rumah itu pasti seperti rumah petakan yang disewakan. Bukan semacam hunian permanen.Ukurannya kecil tapi cukup untuk tinggal Maryam bersama kedua anaknya, halaman itu muat dua mobil, cukup besar sebagai arena bermain Salma dan Fatih.Rama menghentikan mobilnya di luar gerbang halaman, tidak berani masuk dan membuat orang lain berpikiran macam-macam. Terlebih, ia takut Maryam tak nyaman.“Jadi setiap hari harus lewat kebun tadi?”Lagi-lagi Salma mengangguk.Maryam mendekati mobilnya untuk menjemput Fatih yang masih tertidur di mobil.Rama membukakan pintu bagian belaka
Read more
Bab 5 Mantan
Sekian bulan dia menyandang status janda, nyatanya tak berpengaruh apapun pada Maryam.Kehidupannya dengan atau tanpa suami nyatanya sama saja. Dulu, dia memiliki suami tapi seperti tak bersuami.Enggar namanya. Jarang sekali pulang ke rumah dengan alasan sedang menangani proyek di luar kota. Dinas yang awalnya hanya butuh 2 sampai 3 minggu di luar kota, menjadi bertahun-tahun saat Fatih; anak kedua mereka akan segera lahir.Alhasil, Fatih si anak bungsu tak pernah tau bagaimana rupa papanya. Padahal sosoknya ada. Hanya berbeda tempat entah di mana.Maryam sedang menikmati kebebasannya menjadi 'janda'. Dan dalam waktu bersamaan sedang berjuang keras menghidupi anak-anaknya.Ponselnya berdering. Seperti biasa, suaranya menyentak mengagetkan. Segera ia menyambar ponsel itu. Lagi-lagi nomor tanpa nama.Seperti yang lalu-lalu, Maryam selalu mengabaikan panggilan tanpa nama itu. Lalu nomor itu terus mengirim pesan padanya.Maryam meringis. Terakhir kalinya Enggar menghubunginya, ada suara p
Read more
Bab 6 Penasaran dan Benci
"Mr. Rama anterin, lho Ma. Itu di belakang." Salma melambaikan tangan ke arah mobil di belakangnya."Mr. Rama baik banget, Ma. Tadi Mr. Rama bilang harus tanya Mama dulu kalau mau jadi Papa Salma. Boleh, ya, Ma? Boleh, ya?" Rengek Salma setengah berteriak di keheningan kebun bambu itu."Salma jangan teriak-teriak. Kita ngomong di rumah nanti, ya." Kata Maryam.Salma menoleh lagi ke belakang saat sorot lampu di belakang semakin jauh. Mereka sudah berhasil melewati kebun bambu itu. Dan Rama merasa cukup mengikuti Maryam dan anak-anaknya sampai melewati kebun bambu saja.Cemoohan orang terkadang lebih menyakitkan dari segala kesulitan yang telah dilalui seseorang.Rama memundurkan laju kendaraannya dan memutar balik ketika menemui tanah yang lapang.Ia cukup puas bahwa Salma mengenali mobilnya. Rasanya berbeda. Hanya sebuah lambaian anak kecil yang tak lain muridnya sendiri, tapi Rama merasa seluruh hidupnya ada pada Salma saat itu.Motor Maryam sudah berbelok ke halaman rumahnya. Cukup
Read more
Bab 7 Berhenti Berharap
Rama memang benar ada urusan pagi itu. Tapi siang menuju sore ia pasti bertandang ke rumah kakaknya. Lagipula sore nanti adalah jadwal privatnya Icha. Yang mana ia bisa bertemu dengan dua malaikat kecil kesayangannya.Terlalu berlebihan sepertinya. Tapi memang begitulah perasaan Rama terhadap Salma dan Fatih."Kalau sudah selesai semuanya, hubungi saya. Kerjakan cepat." Kata Rama. Ia memberikan satu bendel kertas yang dimasukkan dalam map.Entah berisi apa."Baik, Pak." Jawab orang itu. Lalu pamit permisi meninggalkan ruangan Rama. Seorang Bapak tua berpapasan dengannya di depan pintu.Bapak tua itu acuh tak acuh. Siapa lagi yang sedang Rama selidiki kali ini?Orang suruhan Rama itu mengangguk sekilas lalu berlalu pergi."Ram! Bapak mau bicara." Kata Pak Lukman; Bapak Rama."Iya, Pak. Ada apa? Serius, ya? Kalau soal harus urusin perusahaan, Rama nggak bisa, Pak. Rama udah sering bilang. Mending kasih ke Mbak Ines aja." Rama masih bergeming di tempatnya.Yayasan kecil yang berkecimpung
Read more
Bab 8 Maryam dan Enggar
Maryam dinikahi Enggar ketika ia masih duduk di bangku kuliah. Kira-kira semester 4. Berarti umurnya masih 20an saat itu. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Enggar yang saat itu tengah menjabat sebagai ketua BEM di kampus mereka.Maryam tak pernah menyangka bahwa cinta sepihak yang dipendamnya ternyata bersambut. Enggar tiba-tiba menghubunginya dan mengajaknya menikah. Tentu saja Maryam sangat bahagia. Saking bahagianya ia tak berpikir panjang bahwa ia harus menyelesaikan dulu tanggung jawab studinya.Saking bahagianya, ia tak mengindahkan nasihat sang ayah bahwa kuliah itu adalah jalan Maryam menggapai cita-cita yang diimpikannya sejak lama. Saking bahagianya, ia tak mencari tahu bagaimana sosok Enggar sebenarnya.Jujur saja, ia mengenal Enggar hanya dari apa yang dilihatnya di depan podium ketika Enggar berbicara dengan mahasiswa atau ketika sedang mengutarakan aspirasi mahasiswa. Ia dibuat kagum karena kepandaian berkata-kata itu.Maryam berhasil meyakinkan sang ayah bahwa
Read more
Bab 9 Maryam dan Enggar (2)
"Mas cuma kasih 500 ribu buat satu bulan. Untuk makan aja nggak cukup, Mas. Mas tiap hari protes pengen makan enak-enak tapi uang yang Mas kasih cuma segitu. Boro-boro jajan. Mau beli telur aja aku mikir-mikir. Makanya jangan protes kalau tiap hari cuma ada tahu sama tempe!" Maryam berteriak di akhir kalimatnya.Maryam tak tahan untuk tidak terpancing. Pagi itu mood-nya sedang tidak baik. Harapannya lagi-lagi pupus soal hamil dan ia akan menjalani dua bulan yang sangat menyesakkan. Sendirian tanpa kegiatan apapun dan tak diijinkan keluar oleh suami.Maryam sedang kesal dengan keadaan."Beraninya kamu!!"PRANGGGMaryam tersentak tapi tak mampu bergerak. Pecahan piring itu mengarah padanya. Beberapa pecahan halus kaca memercik di kakinya. Berdarah. Ia berdarah di beberapa tempat. Tapi Maryam tak mampu bergerak.Piring yang dipecahkan bukan hanya satu. Enggar menyapu seluruh isi meja itu dengan satu tarikan tangan. Semua piring itu pecah berikut dengan isinya yang telah susah payah Marya
Read more
Bab 10 Maryam dan Enggar (3)
Tahun-tahun berikutnya tak ada yang spesial di hidup Maryam kecuali malaikat kecil yang kini menjadikan hari-harinya lebih seperti manusia pada umumnya.Enggar sudah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan konstruksi. Kariernya dengan cepat melejit beberapa tahun kemudian. Tapi, Maryam masih mendapat perlakuan yang sama. Uang belanja yang sama dengan beberapa tahun yang lalu. Padahal sekarang ada Salma.Lalu, tahun berikutnya ketika ia positif hamil Fatih. Enggar ditugaskan keluar kota menangani proyek baru. Enggar tak mengatakan detail tempatnya. Ia hanya mengatakan keluar kota untuk beberapa minggu. Entah dimana kota yang dimaksud Maryam tak pernah tau.Beberapa minggu itu kemudian dengan cepat berubah menjadi ulangan bulan. Enggar hilang kabar. Ponselnya entah kenapa sulit sekali dihubungi. Sampai Maryam mencoba menghubungi melalui e-mail. Namun tetap nihil.Selama itu pula Maryam tak mendapatkan uang bulanan. Ia kelimpungan kesana kemari mencari pinjaman, sampai pada akhirnya ia j
Read more
DMCA.com Protection Status