Hari ini Ana tidak ke kampus, urusan tempat magang dihandle Irgi dan Bima. Dia ada janji dengan Aldi, bertemu di salah satu mall dan disinilah ia berada, berkeliling sambil menikmati es boba menuju lokasi janji temunya dengan Aldi
Di tempat yang berbeda, Akbar sedang menandatangi berkas dan Ayu membacakan jadwalnya hari ini.
"Pertemuan dengan Mr. James di mana?"
"Jam makan siang di resto jepang Grand Indonesia pak."
"Hm," menyerahkan berkas yang sudah ditanda tangan pada Ayu. "Panggilkan Maya!" titah Akbar pada Ayu sebelum sekretarisnya itu keluar.
"Baik Pak."
Akbar membuka file klausa perjanjian dengan perusahaan James, menyentuh dagu serta mengernyitkan dahi saat membaca file tersebut.
Terdengar ketukan pintu dan masuklah Maya, saat Maya hendak menuju Akbar dengan niat merayu, "Duduklah!" titah Akbar. Maya menelan saliva dan duduk di depan meja Akbar.
10 detik20 detik...1 menit2 menit3 menit"Pak," sapa Maya.
"Sebentar," jawab Akbar lalu menutup file tersebut. Menatap wanita dihadapannya. "Jadi, kamu setuju dengan apa yang saya tawarkan?"
"Bagaimana kalau ternyata diantara kita tumbuh cinta?" Akbar tertawa, "Tidak akan dari saya, entahlah dari kamu. Yang jelas jangan menggunakan perasaan karena nanti kamu sendiri yang rugi."
Akbar butuh kepastian karena dia butuh pelampiasan, tidak mau mengambil resiko dengan random pada banyak wanita dan Akbar tau wanita seperti apa yang ada dihadapannya. Rela memberikan tubuhnya hanya dengan agar tujuannya tercapai, tapi Akbar bukan pria bodoh. Dia tidak akan terjebak oleh Maya, tertarik hanya karena tubuh Maya. Bokong yang membuat orang ingin meremas ketika berjalan dibelakangnya juga dada penuh yang membusung.
Cantik? Akbar tidak yakin jika tanpa make up apakah Maya terlihat cantik. Apakah Akbar brengsek? Tidak juga karena yang dilakukannya karena disetujui kedua belah pihak. Bukan paksaan dan tidak karena uang. Belum ingin menikah kembali karena kekecewaannya pada wanita akibat kelakuan Inggrid dahulu. Namun ketika menemukan wanita yang tepat, Akbar memutuskan akan membangun kembali runah tangganya.
"Oke, saya siap."
"Malam ini, lokasinya akan ku kirim lewat pesan. Pergilah!"
Maya keluar dengan rasa kecewa, padahal dia sudah bersedia tapi Akbar tetap tidak merubah sikap arrogantnya.
Berjalan dengan tatapan lurus ke depan dan memasang wajah angkuh tidak mengurangi kadar ketampanan dan pesona dari Akbar. Wanita yang berpapasan dengannya selalu melirik, bahkan beberapa seperti menatap dengan rasa haus belaian.
Gadis-gadis yang mungkin tidak gadis lagi, masih menggunakan seragam SMA padahal masih jam sekolah tampak menggoda Akbar seakan membentangkan spanduk lebar-lebar "MELAYANI SUGAR DADDY". Akbar bergidik, realita saat ini.
Akbar menghadiri pertemuan bersama Bowo asistennya. Pelayan restaurant menunjukan ruangan tempat bertemu dengan Mr. James. Pintu dibuka, Akbar dan Bowo berjalan menghampiri Mr. James yang sudah tiba dan duduk bersisian dengan seorang wanita mungkin sekretarisnya. Karena posisi duduk membelakangi pintu, Akbar menyapa terlebih dahulu. "Selamat siang Mr. James."
Orang yang disapa berdiri dan menerima uluran tangan Akbar, basa-basi saling menanyakan kabar. Sedikit terkejut ketika mengetahui wanita di samping Mr James sedang mengulurkan tangannya dan menyapa "Apa kabar Tuan Akbar Putra Mahesa?"
Akbar menghela nafas, menyalami uluran tangan itu. Wanita yang 5 tahun ini dia hindari. Wanita yang 5 tahun lalu ia lepaskan. Wanita yang membuat pendapatnya tentang rumah tangga berubah. Wanita yang sudah merusak perasaannya. Ya, Inggrid. Inggrid sang mantan.Pertemuan itu berjalan normal, tidak ada pembahasan yang merubah kesepakatan atau bahkan membatalkan. Akbar pun sebenarnya ingin segera menyelesaikan pertemuan tersebut. Ia malas harus berada dekat Inggrid bukan karena masih memiliki perasaan, lebih kepada muak.
Sangat mengenal se brengsek apa pria didepannya, sekretaris yang menemaninya saat bekerja juga melayaninya urusan kepuasan dan Inggrid pastinya melakukan itu. Sungguh Akbar ingin memaki wanita ini, teringat ketika merayu Zudith agar mengijinkan dirinya rujuk dengan Akbar. Berjanji akan merubah kehidupannya, ternyata saat ini tidak lebih baik.
"Oke, Pak Akbar saya rasa sudah clear tinggal tinggal kita tunggu tim teknis saling bekerja."
"Betul Mr. James. Kebetulan..." Akbar menatap arloji di lengan kirinya. "Kami masih ada kegiatan lain, jadi kami undur diri." Cukup berbasa basi dan bersalaman, Akbar dan Bowo meninggalkan ruangan.
Tanpa diduga saat kedua pria itu sudah melangkah menjauh dari resto, "Akbar." Menoleh ke arah suara, Bowo berjalan menjauh melihat Inggrid yang memanggil Akbar.
"Bisa minta waktumu." Inggrid menyentuh lengan kiri Akbar yang berlapis jas. "Kita harus bicara, kapan kau sempat? Aku selalu siap." Bicara dengan raut wajah memohon dan sendu. Sungguh Akbar ingin tertawa, "Baiklah, kebetulan ada yang ingin aku sampaikan.""Bisa minta waktumu." Inggrid menyentuh lengan kiri Akbar yang berlapis jas. "Kita harus bicara, kapan kau sempat? Aku selalu siap." Inggrid dengan raut wajah memohon dan sendu. Sungguh Akbar ingin tertawa, "Baiklah, kebetulan ada yang ingin aku sampaikan."Wajah Inggrid berubah berseri mendengar ucapan Akbar."Jangan sok akrab denganku dan hentikan usahamu untuk kembali padaku. Singkirkan juga tanganmu," Akbar menghempaskan tangan Inggrid dan menepuk-nepuk lengan jas yang dipegang Inggrid seakan menghilangkan debu yang menempel.Akbar Berjalan meninggalkan Inggrid yang kesal karena perlakuannya."Kirain mau CLBK," ujar Bowo."Masih betah di Gigital Winner? Kalau udah bosen bilang, nanti saya mutasi kamu ke Timbuktu."Bowo berdecak, "Saya enggak seputus asa itu Pak."..Ana yang hampir sampai di H&M store melihat Aldi. Saat hendak memanggil, Ana melihat Aldi bersama seorang wanita. Bukan wanita yang seum
"Eh Pak, 'kan saya sudah minta maaf. Lagian wajar dong, orang enggak sengaja. Kenapa mulut Bapak pedes begitu, habis makan mercon ya?""Ana," panggil Aldi yang mendekat pada Ana dan merangkul bahu gadis itu, "Kenapa?""Ini, orang aku udah minta maaf, ampun deh galak bener."Akbar menoleh pada laki-laki disamping Ana, menaikan alisnya berfikir kapan pernah melihat bocah ini.'Ahaaa, I remember you,' batin Akbar. Bocah kampret yang pernah hadir diantara hubungannya dengan Inggrid dulu. Bocah lugu yang pinter cari uang lewat jalan pintas dengan menjalani hubungan dengan istri orang yang rela memberikan materi berlebih. Akbar tersenyum sinis, "Kalian pasangan? Cocok sekali. Apa kamu masih menjalani profesi dulu?" Akbar mengalihkan tatapannya dan bertanya pada Aldi .Aldi ingat orang didepannya adalah suami dari salah satu tante-tante yang pernah dekat dengannya. Tidak ingin jadi panjang dan Ana tau semuanya, ia pun mengajak A
Akbar menyentuh bagian inti Maya dengan tangannya, menggerakan dari atas ke bawah dan kadang bergerak berputar membuat milik Maya basah, "Ohhhhh, Pak. Please!" Akbar melepas bathrobenya, Maya melirik ke bawah tubuh Akbar. Membelakan matanya melihat junior Akbar dalam posisi tegang dengan ukuran yang woww. Akbar memasang pengaman lalu mendorong miliknya ke tubuh Maya.Melenguuh dan mendessah hanya itu yang dapat Maya lakukan, saat Akbar terus menggerakan pinggulnya. Sesaat otaknya mengingat sumpah yang keluar dari mulut manis Ana. Shiitt, Akbar semakin mendorong lebih cepat membuat Maya memekik dan mengejang karena telah sampai pada puncaknya.Akbar membalikkan tubuh Maya sedikit menungging, kembali menancapkan miliknya pada tubuh Maya. Terus mengayuh dengan memejamkan matanya dan tanpa disadari Akbar, bibirnya mengucapkan sebuah nama "Sussana," lalu ia mengerang karena telah mendapatkan kenikmatan dunia.Setelah dirasa cukup mengeluark
Senin, hari sibuk di awal minggu ini menjadi awal Sussana mengenal kegiatan baru. Yah, hari ini adalah hari pertama ia magang yang merupakan program kegiatan kampus yang harus ia ikuti. Lebih dari 25 orang mahasiswa magang dengan berbagai macam program studi telah berkumpul di ruangan untuk mengikuti pengarahan.Bagian HRD menyampaikan ada pengarahan langsung dari Presdir sehingga mereka diminta menunggu.Mengenakan seragam putih hitam khas peserta magang, Ana dengan rok hitam dan blouse putih lengan panjang dan flatshoes juga berwarna hitam, duduk diantara Irgi dan Bima.Terlihat sedikit pergerakan di depan, salah seorang membuka acara dan mengatakan Presdir segera hadir. Ana mengeluarkan ponsel dan mengaturnya menjadi silent berbarengan dengan masuknya Presdir perusahaan bersama beberapa orang dengan posisi penting perusahaan itu.Saat menolehkan pandangan ke depan betapa terkejutnya Irgi terutama Ana yang mendapati bahwa Presiden Direkt
Akbar hanya menoleh sekilas tanpa menjawab, "Disapa bukannya jawab, dasar Om-om jutek," ucap Ana dalam hati."Tidak usah merutuk," ujar Akbar. Ana spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Kok tau sih Pak? Bapak peramal ya?" Akbar hanya berdecak. "Kenapa ? Kamu mau ucap sumpah untuk saya lagi?""Enggak pak, lagian bapak mulutnya pedes banget wajarlah mulut saya refleks keluar kalimat itu.""Kalimat apa?" Akbar sudah mengunci tubuh Ana di dinding, ia berani begitu karena hanya ada mereka berdua di dalam lift. "Eh, Bapak mau ngapain?"ucap Ana dengan tubuh semakin merapat ke dinding lift. "Kamu maunya ngapain?" Ana melihat dia sudah hampir sampai di lantai tujuan, saat pintu lift akan terbuka Ana mendorong tubuh Akbar dan keluar dari lift dengan agak berlari. Masuk ke ruangan dengan sedikit terengah, "Suzana, kenapa lo?" tanya Satria ketua bagian tempat Una bertugas. "Ada orang gila Bang?" "Orang gila? Di mana? Masa sih bisa masuk ke da
Finance meeting pun dimulai, beragendakan pembahasan laporan dan anggaran project yang sebelumnya dianggap salah oleh Akbar. Sudah lebih dari dua jam rapat itu berjalan, Ana pun mulai jenuh karena sejak awal rapat dia hanya duduk di sebelah kiri Akbar."Kalau cuma jadi pajangan kayak cangkir-cangkir di bufet mah mending enggak usah diajak ikut rapat kali," batin Ana."Rekap ini dibuat oleh peserta magang, masa kalian yang katanya sudah pengalaman, bisa kalah sama anak magang yang pendidikannya aja belum selesai."Tuinggg, Ana mendengar kalimat yang sepertinya mengandung kontroversi dan benar saja sekarang semua peserta rapat melirik kepada Ana. "Ini nih yang kadang membuat pegawai tetap dan karyawan magang enggak akur. Pujian ditempat yang tidak semestinya. OMG, kenapa harus muji aku disaat mereka habis kena teguran. Selamat datang penyiksaan," batin Ana.Ana hanya menunduk, "Jadi, biasakan kalian bekerja teliti.""Oke, saya rasa cukup. Selamat
Sussana, dengan duduk menyamping sesekali membenarkan helaian rambut yang tertiup angin. Tanda disadari Akbar mengikuti laju motor tersebut yang berbelok ke arah pintu masuk sebuah mall tidak jauh dari perusahaannya.Ternyata gadis itu hanya di drop off di lobby, setelah memarkirkan kendaraannya Akbar segera mencari keberadaan Sussana. Hufttt, sepertinya Akbar kehilangan jejak Sussana.Brughh, seseorang menabrak bahunya saat ia memutuskan kembali ke mobil. "Punya mata kan?"Netra Akbar menatap sepasang netra gadis yang tadi dicarinya. "Hehehe, Pak Akbar. Maaf Pak, enggak sengaja. Lagian Bapak sih berhenti tiba-tiba." Akbar hendak membuka mulut menjawab rentetan kalimat yang keluar dari mulut Ana."Eh, enggak boleh marah, nanti kalau spontan saya ucap sumpah lagi, gimana?""Kamu itu memang hobi nabrak orang ya? Apa jangan-jangan mata kamu sudah minus?" Akbar tetap konsisten dengan ucapan membuat hati tersinggung a
Siang itu, beberapa divisi melaksanakan meeting bersama untuk persiapan ulangtahun Digital Winner. "Oke, jadi begitu ya. Sudah fix pembagian tugasnya." Untuk beberapa bagian ada seragam acara. Penerima tamu untuk perempuan dress hitam dan laki-laki suit hitam. Ada yg kurang jelas tanya kordinator." Caca ketua panitia mengarahkan acara. "Ingat ya, kita hanya persiapkan apa yang ditampilkan, beberapa pekerjaan ada yang dihandle oleh EO." "Lo bagian apa Na?"tanya Irgi. "Penerima Tamu." Hari perayaan Digital Winner pun tiba, acara dimulai jam delapan malam. Namun dari siang hari semua yang terlibat sudah tiba di hotel tempat acara. Acara sudah dimulai, Ana yang awalnya sebagai penerima tamu diminta mendampingi Ayu, ia merasa seperti panitia super sibuk karena harus ke sana kemari. "Ini, pastikan ini diterima Pak Akbar, beliau ada di VIP room," ucap Ayu menunjuk arah VIP room dan menyerahkan map pada Ana. Sesampainya di VIP Room Ana menghampi