Akbar menyentuh bagian inti Maya dengan tangannya, menggerakan dari atas ke bawah dan kadang bergerak berputar membuat milik Maya basah, "Ohhhhh, Pak. Please!" Akbar melepas bathrobenya, Maya melirik ke bawah tubuh Akbar. Membelakan matanya melihat junior Akbar dalam posisi tegang dengan ukuran yang woww. Akbar memasang pengaman lalu mendorong miliknya ke tubuh Maya.
Melenguuh dan mendessah hanya itu yang dapat Maya lakukan, saat Akbar terus menggerakan pinggulnya. Sesaat otaknya mengingat sumpah yang keluar dari mulut manis Ana. Shiitt, Akbar semakin mendorong lebih cepat membuat Maya memekik dan mengejang karena telah sampai pada puncaknya.
Akbar membalikkan tubuh Maya sedikit menungging, kembali menancapkan miliknya pada tubuh Maya. Terus mengayuh dengan memejamkan matanya dan tanpa disadari Akbar, bibirnya mengucapkan sebuah nama "Sussana," lalu ia mengerang karena telah mendapatkan kenikmatan dunia.
Setelah dirasa cukup mengeluark
Senin, hari sibuk di awal minggu ini menjadi awal Sussana mengenal kegiatan baru. Yah, hari ini adalah hari pertama ia magang yang merupakan program kegiatan kampus yang harus ia ikuti. Lebih dari 25 orang mahasiswa magang dengan berbagai macam program studi telah berkumpul di ruangan untuk mengikuti pengarahan.Bagian HRD menyampaikan ada pengarahan langsung dari Presdir sehingga mereka diminta menunggu.Mengenakan seragam putih hitam khas peserta magang, Ana dengan rok hitam dan blouse putih lengan panjang dan flatshoes juga berwarna hitam, duduk diantara Irgi dan Bima.Terlihat sedikit pergerakan di depan, salah seorang membuka acara dan mengatakan Presdir segera hadir. Ana mengeluarkan ponsel dan mengaturnya menjadi silent berbarengan dengan masuknya Presdir perusahaan bersama beberapa orang dengan posisi penting perusahaan itu.Saat menolehkan pandangan ke depan betapa terkejutnya Irgi terutama Ana yang mendapati bahwa Presiden Direkt
Akbar hanya menoleh sekilas tanpa menjawab, "Disapa bukannya jawab, dasar Om-om jutek," ucap Ana dalam hati."Tidak usah merutuk," ujar Akbar. Ana spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Kok tau sih Pak? Bapak peramal ya?" Akbar hanya berdecak. "Kenapa ? Kamu mau ucap sumpah untuk saya lagi?""Enggak pak, lagian bapak mulutnya pedes banget wajarlah mulut saya refleks keluar kalimat itu.""Kalimat apa?" Akbar sudah mengunci tubuh Ana di dinding, ia berani begitu karena hanya ada mereka berdua di dalam lift. "Eh, Bapak mau ngapain?"ucap Ana dengan tubuh semakin merapat ke dinding lift. "Kamu maunya ngapain?" Ana melihat dia sudah hampir sampai di lantai tujuan, saat pintu lift akan terbuka Ana mendorong tubuh Akbar dan keluar dari lift dengan agak berlari. Masuk ke ruangan dengan sedikit terengah, "Suzana, kenapa lo?" tanya Satria ketua bagian tempat Una bertugas. "Ada orang gila Bang?" "Orang gila? Di mana? Masa sih bisa masuk ke da
Finance meeting pun dimulai, beragendakan pembahasan laporan dan anggaran project yang sebelumnya dianggap salah oleh Akbar. Sudah lebih dari dua jam rapat itu berjalan, Ana pun mulai jenuh karena sejak awal rapat dia hanya duduk di sebelah kiri Akbar."Kalau cuma jadi pajangan kayak cangkir-cangkir di bufet mah mending enggak usah diajak ikut rapat kali," batin Ana."Rekap ini dibuat oleh peserta magang, masa kalian yang katanya sudah pengalaman, bisa kalah sama anak magang yang pendidikannya aja belum selesai."Tuinggg, Ana mendengar kalimat yang sepertinya mengandung kontroversi dan benar saja sekarang semua peserta rapat melirik kepada Ana. "Ini nih yang kadang membuat pegawai tetap dan karyawan magang enggak akur. Pujian ditempat yang tidak semestinya. OMG, kenapa harus muji aku disaat mereka habis kena teguran. Selamat datang penyiksaan," batin Ana.Ana hanya menunduk, "Jadi, biasakan kalian bekerja teliti.""Oke, saya rasa cukup. Selamat
Sussana, dengan duduk menyamping sesekali membenarkan helaian rambut yang tertiup angin. Tanda disadari Akbar mengikuti laju motor tersebut yang berbelok ke arah pintu masuk sebuah mall tidak jauh dari perusahaannya.Ternyata gadis itu hanya di drop off di lobby, setelah memarkirkan kendaraannya Akbar segera mencari keberadaan Sussana. Hufttt, sepertinya Akbar kehilangan jejak Sussana.Brughh, seseorang menabrak bahunya saat ia memutuskan kembali ke mobil. "Punya mata kan?"Netra Akbar menatap sepasang netra gadis yang tadi dicarinya. "Hehehe, Pak Akbar. Maaf Pak, enggak sengaja. Lagian Bapak sih berhenti tiba-tiba." Akbar hendak membuka mulut menjawab rentetan kalimat yang keluar dari mulut Ana."Eh, enggak boleh marah, nanti kalau spontan saya ucap sumpah lagi, gimana?""Kamu itu memang hobi nabrak orang ya? Apa jangan-jangan mata kamu sudah minus?" Akbar tetap konsisten dengan ucapan membuat hati tersinggung a
Siang itu, beberapa divisi melaksanakan meeting bersama untuk persiapan ulangtahun Digital Winner. "Oke, jadi begitu ya. Sudah fix pembagian tugasnya." Untuk beberapa bagian ada seragam acara. Penerima tamu untuk perempuan dress hitam dan laki-laki suit hitam. Ada yg kurang jelas tanya kordinator." Caca ketua panitia mengarahkan acara. "Ingat ya, kita hanya persiapkan apa yang ditampilkan, beberapa pekerjaan ada yang dihandle oleh EO." "Lo bagian apa Na?"tanya Irgi. "Penerima Tamu." Hari perayaan Digital Winner pun tiba, acara dimulai jam delapan malam. Namun dari siang hari semua yang terlibat sudah tiba di hotel tempat acara. Acara sudah dimulai, Ana yang awalnya sebagai penerima tamu diminta mendampingi Ayu, ia merasa seperti panitia super sibuk karena harus ke sana kemari. "Ini, pastikan ini diterima Pak Akbar, beliau ada di VIP room," ucap Ayu menunjuk arah VIP room dan menyerahkan map pada Ana. Sesampainya di VIP Room Ana menghampi
Kini Ana merasa tubuhnya sedikit kedinginan, karena orang itu melepas semua penutup tubuhnya dan Ana mengerang karena tersentuhnya bagian sensitif dari tubuhnya. Ana melenguh, juga mendesah dan mengerang nikmat karena permainan yang dilakukan pada tubuh Ana. Sampai Ana memekik bahkan sudut matanya menitikan air mata karena rasa sakit di bawah sana.Namun kesakitan itu tidak lama kemudian berganti kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Orang itu membuat Sussana melayang, berputar dan terus melesat ke awan dan terhempas. Entah berapa kali ia merasakannya hingga tak berdaya dan terlelap.***Keesokan pagi Bira dan Laras sudah berada di depan pintu kamar Akbar, menunggu kedua orangtuanya. Tak lama Zudith dan Yudha bergabung dengan membawa black forest di tangan Zudith."Ya ampun Mih, udah kayak bocah aja." ucap Bira. Mereka berada di depan kamar Akbar ingin memberi kejutan karena hari ini hari kelahiran Akbar dan semalam mereka baru saja merayakan ula
Akbar melucuti semua pakaian mereka. Gadis itu juga melenguh dan mengerang saat Akbar mulai menyentuh bagian bawah tubuhnya. Setelah dirasa cukup basah, Akbar membuka sedikit lebih lebar kedua kaki Ana dan mengarahkan miliknya ke bagian inti tubuh Ana. Sedikit sulit dan hentakan kedua ia berhasil menembusnya, gadis itu memekik bahkan lengannya sempat tercakar oleh kuku tangan milik Ana. Air mata turun diwajah mulus Ana, Akbar menghapusnya dan mencium hidung mata juga dahi Ana. Mengerang karena miliknya terasa dipijat oleh bagian inti Ana yang terasa masih sangat sempit.Milik Akbar yang ukurannya tidak biasa membuat Ana kesakitan setiap Akbar menggerakannya, namun tidak lama kemudian setelah terbiasa dengan gerakan Akbar, mereka berdua bergantian mendesah sampai tiba pada puncak kenikmatan dunia.Beberapa kali Akbar melakukan hal itu, membawa keduanya melambung, melesat ke awan, melayang-layang dan terhempas bersama dalam merenguh kenikmatan. Hingga keduany
"Enggak, Ayah aku enggak mau menikah dengan Pak Akbar. Please batalin aja Yah, Bunda." Respon Sussana setelah Gerry dan Halimah bertemu kembali dengan keluarga Mahesa dan mengatakan rencana pernikahan Akbar dan Ana."Sayang," ucap Halimah pada Sussana sambil merapihkan rambut anaknya. "Kita berbeda dengan laki-laki. Kamu paham maksud Ibu, Akbar memang harus bertanggung jawab. Kalapun kita batalkan dan kamu merasa tidak masalah dengan keadaan kamu saat ini, tapi bagaimana nanti? Mungkin saja semua akan berbeda dan sudah terlambat untuk kamu minta Akbar tanggung jawab."Ana hanya terdiam dan menunduk, mendengarkan apa yang orangtuanya katakan.***Ana sudah melaksanakan magang kembali, pagi ini ia diantar supir keluarganya. Saat turun di lobby ia bertemu dengan Irgi. "Woyy, sakit apa lo? Gue chat enggak dibalas.""Hmm, enggak apa-apa. Lagi kurang sehat aja."Saat masuk ke dalam lift entah dari mana atau memang sudah ada di sa