"Eh Pak, 'kan saya sudah minta maaf. Lagian wajar dong, orang enggak sengaja. Kenapa mulut Bapak pedes begitu, habis makan mercon ya?"
"Ana," panggil Aldi yang mendekat pada Ana dan merangkul bahu gadis itu, "Kenapa?"
"Ini, orang aku udah minta maaf, ampun deh galak bener."
Akbar menoleh pada laki-laki disamping Ana, menaikan alisnya berfikir kapan pernah melihat bocah ini.
'Ahaaa, I remember you,' batin Akbar. Bocah kampret yang pernah hadir diantara hubungannya dengan Inggrid dulu. Bocah lugu yang pinter cari uang lewat jalan pintas dengan menjalani hubungan dengan istri orang yang rela memberikan materi berlebih. Akbar tersenyum sinis, "Kalian pasangan? Cocok sekali. Apa kamu masih menjalani profesi dulu?" Akbar mengalihkan tatapannya dan bertanya pada Aldi .
Aldi ingat orang didepannya adalah suami dari salah satu tante-tante yang pernah dekat dengannya. Tidak ingin jadi panjang dan Ana tau semuanya, ia pun mengajak Ana pergi.
"Ayo Na!"
"Owh kalian satu profesi ya," ujar Akbar menyilangkan tangan di dadanya. "Sugar baby, yang satu menjerat Om-om dan yang satu peliharaan tante-tante."
Bowo melihat situasi makin tidak baik, "Pak, kita sudah terlambat," ujarnya.
"Pak, kalau ngomong jangan sembarangan ya. Tau kan fitnah juga ada undang-undangnya." Akbar hanya mengedikkan bahu. "Coba kamu tanya bocah di sampingmu, fitnah atau fakta."
"Fitnah pak, aku tau pacar aku enggak gitu." Aldi menarik siku tangan kanan Ana dan mengajaknya pergi. Akbar tertawa, "Diam itu artinya iya."
"Dasar Om-om gila, gue sumpahin loe menikah sama berondong atau pasangan loe selingkuh sama berondong dan loe bucin akut. Ingat ya BUCINNNN." teriak Ana. Aldi segera mempercepat langkahnya menyeret Ana.
"Nanti dulu Kak."
"Udah Na, malu. Jadi perhatian orang." Sebenarnya Aldi tidak ingin Ana tau kebenarannya. Aldi jadi punya alasan untuk tidak melanjutkan permintaan Ana sebelumnya untuk nonton dan berkaraoke. Mengantarkan Ana menggunakan taksi, "Kenapa enggak bawa motor Kak?"
"Aku enggak mau nanti kamu kepanasan, kena angin, kena debu. Enggak cantik lagi dong," Aldi berdusta. Huftttt dalam hatinya terbahak dia bisa segombal itu, biasanya dia akan gombal langsung dapat transferan kali ini gratissss.
"Gombal," ucap Ana.
Sebelum Ana turun karena taksi sudah berhenti di depan rumah Ana, "Besok, jadi aku jemput?" Aldi sudah menyusun rencana.
"Hmm, nanti aku kabari ya Kak. Aku belum dapat ijin."
Di tempat berbeda Akbar dan Bowo kembali melanjutkan pertemuan dengan relasi bisnis perusahaannya.
Namun konsentrasinya agak terganggu dengan keluarnya sumpah serapah dari gadis yang sejak kemarin membuatnya jengkel, hari ini sungguh tidak berpihak padanya. Bertemu Inggrid salah satu orang yang tidak ingin dia temui juga bocah yang menjadi salah satu alasan untuknya memilih berpisah dengan Inggrid.
Shittttt, hati Akbar mengumpat saat mengingat dia memergoki Inggrid yang sedang berada di bawah tubuh bocah itu, sedang menikmati dan mendessah karena ayunan tubuh bocah ingusan.
Kepala Akbar terasa pening, kembali memikirkan mulut mungil yang mampu bersumpah seberat itu. 'Ana, ya Sussana,' ucapnya dalam hati.
Owh, God. Kenapa tiba-tiba celananya terasa sesak mengingat Ana yang sudah menyumpahinya. Akbar membayangkan sumpah apa yang keluar dari mulut gadis itu kalau mendapatkan kenikmatan dari tubuh Akbar.
Mengirim pesan pada Maya tempat pertemuan mereka, dan disinilah Akbar berada. Kamar hotel tempat pertemuannya dengan Maya. Ia datang lebih awal berendam di bathhup merilekskan tubuhnya karena emosi menghadapi orang-orang tidak jelas.
Setelah 20 menit berendam dan membilasnya, keluar kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Akbar duduk di sofa mengecek email masuk terkait urusan pekerjaan. Terdengar sensor pintu dan masuklah Maya.
Maya menatap Akbar yang hanya mengenakan bathrobe, "Duduklah," titah Akbar tanpa menoleh pada Maya karena masih fokus pada ponselnya.
Tidak lama kemudian Akbar berdiri, mengambil botol air mineralnya dan menghabiskan hampir sebagian isinya. Lalu mendekati Maya, tubuh mereka kini berhadapan. "Kau masih ingat perjanjiannya? Jangan menyentuhku." Maya mengangguk.
"Jangan sampai tumbuh cinta, karena kamu sendiri yang akan rugi." Maya kembali mengangguk.
Akbar mendorong Maya hingga rebah di ranjang, melakukan penyatuan bibir keduanya lembut dan dalam, cukup lama karena akhirnya lidah mereka saling membelit.
Akbar bangkit, Maya melepas semua penutup tubuhnya. Kembali mencium bibir Maya namun kali ini lebih kasar dibandingkan sebelumnya. Ciuman itu terhenti dan berganti cumbuan pada leher Maya, turun lagi ke dua bukit kembar milik Maya. Akbar menyapu daerah tersebut dengan lidahnya membuat Maya mengeluarkan suara yang membuat Akbar semakin liar. Meremas juga menghisap bergantian dada yang sudah membusung, membuat si pemilik tubuh menggelinjang dan mengeluarkan suara yang terdengar eksotis.
Akbar menyentuh bagian inti Maya dengan tangannya, menggerakan dari atas ke bawah dan kadang bergerak berputar membuat milik Maya basah, "Ohhhhh, Pak. Please!" Akbar melepas bathrobenya, Maya melirik ke bawah tubuh Akbar. Membelakan matanya melihat junior Akbar dalam posisi tegang dengan ukuran yang woww. Akbar memasang pengaman lalu mendorong miliknya ke tubuh Maya.Melenguuh dan mendessah hanya itu yang dapat Maya lakukan, saat Akbar terus menggerakan pinggulnya. Sesaat otaknya mengingat sumpah yang keluar dari mulut manis Ana. Shiitt, Akbar semakin mendorong lebih cepat membuat Maya memekik dan mengejang karena telah sampai pada puncaknya.Akbar membalikkan tubuh Maya sedikit menungging, kembali menancapkan miliknya pada tubuh Maya. Terus mengayuh dengan memejamkan matanya dan tanpa disadari Akbar, bibirnya mengucapkan sebuah nama "Sussana," lalu ia mengerang karena telah mendapatkan kenikmatan dunia.Setelah dirasa cukup mengeluark
Senin, hari sibuk di awal minggu ini menjadi awal Sussana mengenal kegiatan baru. Yah, hari ini adalah hari pertama ia magang yang merupakan program kegiatan kampus yang harus ia ikuti. Lebih dari 25 orang mahasiswa magang dengan berbagai macam program studi telah berkumpul di ruangan untuk mengikuti pengarahan.Bagian HRD menyampaikan ada pengarahan langsung dari Presdir sehingga mereka diminta menunggu.Mengenakan seragam putih hitam khas peserta magang, Ana dengan rok hitam dan blouse putih lengan panjang dan flatshoes juga berwarna hitam, duduk diantara Irgi dan Bima.Terlihat sedikit pergerakan di depan, salah seorang membuka acara dan mengatakan Presdir segera hadir. Ana mengeluarkan ponsel dan mengaturnya menjadi silent berbarengan dengan masuknya Presdir perusahaan bersama beberapa orang dengan posisi penting perusahaan itu.Saat menolehkan pandangan ke depan betapa terkejutnya Irgi terutama Ana yang mendapati bahwa Presiden Direkt
Akbar hanya menoleh sekilas tanpa menjawab, "Disapa bukannya jawab, dasar Om-om jutek," ucap Ana dalam hati."Tidak usah merutuk," ujar Akbar. Ana spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Kok tau sih Pak? Bapak peramal ya?" Akbar hanya berdecak. "Kenapa ? Kamu mau ucap sumpah untuk saya lagi?""Enggak pak, lagian bapak mulutnya pedes banget wajarlah mulut saya refleks keluar kalimat itu.""Kalimat apa?" Akbar sudah mengunci tubuh Ana di dinding, ia berani begitu karena hanya ada mereka berdua di dalam lift. "Eh, Bapak mau ngapain?"ucap Ana dengan tubuh semakin merapat ke dinding lift. "Kamu maunya ngapain?" Ana melihat dia sudah hampir sampai di lantai tujuan, saat pintu lift akan terbuka Ana mendorong tubuh Akbar dan keluar dari lift dengan agak berlari. Masuk ke ruangan dengan sedikit terengah, "Suzana, kenapa lo?" tanya Satria ketua bagian tempat Una bertugas. "Ada orang gila Bang?" "Orang gila? Di mana? Masa sih bisa masuk ke da
Finance meeting pun dimulai, beragendakan pembahasan laporan dan anggaran project yang sebelumnya dianggap salah oleh Akbar. Sudah lebih dari dua jam rapat itu berjalan, Ana pun mulai jenuh karena sejak awal rapat dia hanya duduk di sebelah kiri Akbar."Kalau cuma jadi pajangan kayak cangkir-cangkir di bufet mah mending enggak usah diajak ikut rapat kali," batin Ana."Rekap ini dibuat oleh peserta magang, masa kalian yang katanya sudah pengalaman, bisa kalah sama anak magang yang pendidikannya aja belum selesai."Tuinggg, Ana mendengar kalimat yang sepertinya mengandung kontroversi dan benar saja sekarang semua peserta rapat melirik kepada Ana. "Ini nih yang kadang membuat pegawai tetap dan karyawan magang enggak akur. Pujian ditempat yang tidak semestinya. OMG, kenapa harus muji aku disaat mereka habis kena teguran. Selamat datang penyiksaan," batin Ana.Ana hanya menunduk, "Jadi, biasakan kalian bekerja teliti.""Oke, saya rasa cukup. Selamat
Sussana, dengan duduk menyamping sesekali membenarkan helaian rambut yang tertiup angin. Tanda disadari Akbar mengikuti laju motor tersebut yang berbelok ke arah pintu masuk sebuah mall tidak jauh dari perusahaannya.Ternyata gadis itu hanya di drop off di lobby, setelah memarkirkan kendaraannya Akbar segera mencari keberadaan Sussana. Hufttt, sepertinya Akbar kehilangan jejak Sussana.Brughh, seseorang menabrak bahunya saat ia memutuskan kembali ke mobil. "Punya mata kan?"Netra Akbar menatap sepasang netra gadis yang tadi dicarinya. "Hehehe, Pak Akbar. Maaf Pak, enggak sengaja. Lagian Bapak sih berhenti tiba-tiba." Akbar hendak membuka mulut menjawab rentetan kalimat yang keluar dari mulut Ana."Eh, enggak boleh marah, nanti kalau spontan saya ucap sumpah lagi, gimana?""Kamu itu memang hobi nabrak orang ya? Apa jangan-jangan mata kamu sudah minus?" Akbar tetap konsisten dengan ucapan membuat hati tersinggung a
Siang itu, beberapa divisi melaksanakan meeting bersama untuk persiapan ulangtahun Digital Winner. "Oke, jadi begitu ya. Sudah fix pembagian tugasnya." Untuk beberapa bagian ada seragam acara. Penerima tamu untuk perempuan dress hitam dan laki-laki suit hitam. Ada yg kurang jelas tanya kordinator." Caca ketua panitia mengarahkan acara. "Ingat ya, kita hanya persiapkan apa yang ditampilkan, beberapa pekerjaan ada yang dihandle oleh EO." "Lo bagian apa Na?"tanya Irgi. "Penerima Tamu." Hari perayaan Digital Winner pun tiba, acara dimulai jam delapan malam. Namun dari siang hari semua yang terlibat sudah tiba di hotel tempat acara. Acara sudah dimulai, Ana yang awalnya sebagai penerima tamu diminta mendampingi Ayu, ia merasa seperti panitia super sibuk karena harus ke sana kemari. "Ini, pastikan ini diterima Pak Akbar, beliau ada di VIP room," ucap Ayu menunjuk arah VIP room dan menyerahkan map pada Ana. Sesampainya di VIP Room Ana menghampi
Kini Ana merasa tubuhnya sedikit kedinginan, karena orang itu melepas semua penutup tubuhnya dan Ana mengerang karena tersentuhnya bagian sensitif dari tubuhnya. Ana melenguh, juga mendesah dan mengerang nikmat karena permainan yang dilakukan pada tubuh Ana. Sampai Ana memekik bahkan sudut matanya menitikan air mata karena rasa sakit di bawah sana.Namun kesakitan itu tidak lama kemudian berganti kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Orang itu membuat Sussana melayang, berputar dan terus melesat ke awan dan terhempas. Entah berapa kali ia merasakannya hingga tak berdaya dan terlelap.***Keesokan pagi Bira dan Laras sudah berada di depan pintu kamar Akbar, menunggu kedua orangtuanya. Tak lama Zudith dan Yudha bergabung dengan membawa black forest di tangan Zudith."Ya ampun Mih, udah kayak bocah aja." ucap Bira. Mereka berada di depan kamar Akbar ingin memberi kejutan karena hari ini hari kelahiran Akbar dan semalam mereka baru saja merayakan ula
Akbar melucuti semua pakaian mereka. Gadis itu juga melenguh dan mengerang saat Akbar mulai menyentuh bagian bawah tubuhnya. Setelah dirasa cukup basah, Akbar membuka sedikit lebih lebar kedua kaki Ana dan mengarahkan miliknya ke bagian inti tubuh Ana. Sedikit sulit dan hentakan kedua ia berhasil menembusnya, gadis itu memekik bahkan lengannya sempat tercakar oleh kuku tangan milik Ana. Air mata turun diwajah mulus Ana, Akbar menghapusnya dan mencium hidung mata juga dahi Ana. Mengerang karena miliknya terasa dipijat oleh bagian inti Ana yang terasa masih sangat sempit.Milik Akbar yang ukurannya tidak biasa membuat Ana kesakitan setiap Akbar menggerakannya, namun tidak lama kemudian setelah terbiasa dengan gerakan Akbar, mereka berdua bergantian mendesah sampai tiba pada puncak kenikmatan dunia.Beberapa kali Akbar melakukan hal itu, membawa keduanya melambung, melesat ke awan, melayang-layang dan terhempas bersama dalam merenguh kenikmatan. Hingga keduany