Jejak Mistis di Situs Landheyan

Jejak Mistis di Situs Landheyan

By:  aleyshiawein  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
14Chapters
702views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kelas musim panas di Yogyakarta Multicultural University (YMU) telah mengantarkan Irene Yocelyn, Raka Januar, dan Lee Yo-han pada petualangan mistis di Situs Arkeologi Landheyan. Gangguan energi metafisika, pertukaran jiwa, sampai ditemukannya tulang belulang manusia dalam situs mengungkap fakta penting tragedi pembunuhan masal yang selama ini terkubur begitu saja.

View More
Jejak Mistis di Situs Landheyan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zhu Phi
Rumah Kosong di Dusun Angker sudah update lagi ya. Kali ini sampai tamat. Ikuti terus perjalanan Clara.
2022-12-05 00:16:51
0
14 Chapters
Kelas Musim Panas
Suara mesin pencetak terdengar sangat bising, mengisi setiap ruang kosong di sebuah paviliun bercorak arsitektur jawa kuno. Waktu baru menunjukkan pukul tiga pagi, tapi Januar sudah mulai beraktivitas, mengawali hari dengan mencetak hasil sketsa gambar digital yang dibuatnya sekitar dua jam lalu. Tidak ada alasan lain mengapa ia begitu sering melakukannya di waktu dini hari selain karena pikirannya yang bekerja tak terduga.Meski paviliun yang ditempatinya sepi, Januar cukup beruntung karena ia tak pernah sendirian di dalam ruangan bercorak mistis itu. Banyak ‘orang’ menemaninya, mengajaknya berinteraksi lewat kata, gerak, dan sentuhan.“Jan, kata gue sih kayaknya lo emang salah jurusan kuliah,” ujar Rayen. Sosok astral dengan hawa panas itu tiba-tiba sudah ada di sebelah kirinya. Ia memperhatikan Januar yang menggantung hasil cetak sketsa tadi di atas benang kasur seperti jemuran“Salah jurusan gimana? Ngak mungkin gue galau jurusan tapi tetap ngelanjutin kuliah di jurusan yang sama
Read more
Irene Yocelyn Riyanto
Yogyakarta Multicultural University alias YMU, kampus internasional elit di Jawa itu memang terkenal dengan mahasiswanya yang penuh prestasi dan ambisi. Lihat saja, seminggu setelah libur ujian semester, kampus itu sudah kembali ramai layaknya hari perkuliahan biasa. Mungkin mereka sudah bosan dengan kegiatan libur kuliah yang begitu-begitu saja. Program baru universitas yang mewajibkan mahasiswa dari berbagai jurusan, jenjang pendidikan, dan asal negara untuk mengikuti semester pendek selama dua bulan itu menuai berbagai respon. Sepertiga menyambut positif, sepertiga biasa-biasa saja, dan sepertiganya lagi menyambut negatif, kesal liburannya terganggu. Namun, tidak peduli setuju atau tidak, ratusan mahasiswa itu akan ditempatkan pada subjek perkuliahan yang dipastikan tidak ada hubungannya dengan bidang keilmuan mereka. Januar contohnya. Mahasiswa S3 komunikasi itu sudah mendapatkan bocoran dari dosennya bahwa ia akan ditempatkan di kelas arkeologi bersama mahasiswa S1 dan S2 dari
Read more
Memperbaiki Masa Lalu
Januar melempar tasnya kasar ke sofa ruang kerja Satria, teman sekaligus dosennya di YMU. Keduanya sudah sangat akrab hingga batasan antara dosen dan mahasiswa hampir tak terlihat di antara mereka. Maklum, perbedaan usia mereka hanya terpaut tiga tahun, dan Januar sudah menjadi tangan kanan Satria sejak ia mengajar mahasiswa jenjang sarjana. Januar lantas mengambil segelas air minum dalam kemasan yang tersedia di meja, hendak membasahi kerongkongannya yang kering usai terlalu banyak bicara. “Sat, lo masih ngajar anak-anak politik 2015?” “Angkatan 2015? Berarti yang sekarang semester tujuh?” “Iya, angkatannya Yoga-Yocelyn.” “Mengajar di kelas enggak, tapi gue membimbing skripsi beberapa dari mereka, salah satunya musuh lo, tuh, si Irene.” Satria tersenyum meledek. Ia tidak pernah ketinggalan gosip panas kampus meski telah menjadi dosen muda sibuk. “Gue bahkan baru mau tanya soal dia, ternyata malah lo pembimbingnya. Skripsi dia ngapain sampai nyebrang ke komunikasi segala?” Januar
Read more
Energi, Luka, Tian
Sepuluh tetes kombinasi minyak esensial grapefruit, lemon, dan rosemary menjadi aroma pilihan Irene untuk menyegarkan udara kamarnya sore ini. Di luar sedang hujan, dan ia baru selesai mandi. Kombinasi yang sangat pas untuk menenangkan diri di waktu petang.Irene duduk di meja rias, mulai merawat wajah dan tubuhnya. Ia sedikit mencelos ketika tangannya tak sengaja menyentuh guratan kusam bekas luka yang melintang di atas dada kirinya. Luka fisik akibat ujung besi tumpul itu sudah lama mengering, tapi Irene masih merasa ngilu setiap kali mengingat bagaimana ia mendapatkan bekas luka permanen itu.“Sakit."Irene bergumam singkat, sedikit menyuarakan isi hatinya. Namun, ia tidak ingin mengenang luka itu sekarang. Ia lebih memilih untuk memulihkan energinya yang terasa habis setelah bertemu dengan banyak orang hari ini.Memang menyenangkan bertemu kembali dengan teman-temannya setelah seminggu penuh menyendiri, apalagi banyak teman baru yang akan ia kenal di summer class nanti. Satu-satun
Read more
Christian, Kelompok Empat
“Arkeologi adalah seni sekaligus sains, di mana kalian akan menemukan sebuah skenario, sebuah cerita ilmiah dari jejak manusia dan makhluk-makhluk yang menyertai kehidupan mereka di masa lalu.”Seorang profesor muda menjelaskan topik pertama di kelas arkeologi hari ini. Katanya ini baru tahap perkenalan, tapi dua puluh mahasiswa di kelas itu sudah dibuat bingung dengan kalimat-kalimat rumit dan pembawaan tidak nyaman dari sang profesor. Alasannya satu, karena penampilan serba nyentrik profesor pria itu yang sangat jelas telah melanggar kode etik di lingkungan akademik kampus.Rambut gondrong diikat setengah ke atas, kacamata lensa abu-abu, jaket kulit hitam dengan kaos dalam putih yang sengaja diperlihatkan bersama otot-otot kekarnya, dan tato-tato besar yang berderet rapat di sepanjang tangan kanan dan kirinya.Seperti itu, dan anehnya tidak ada satu pun dosen senior atau pengawas kedisiplinan yang mempermasalahkan penampilan itu. Apakah dia sangat spesial?Dia adalah Profesor Christ
Read more
Maju Lusa, Indisipliner
Wendy dan Yo-han kembali ke meja dengan membawa dua nampan berisi makanan pesanan mereka di kafetaria. Tiga sekawan itu memutuskan untuk makan siang bersama setelah kelas pertama selesai jam setengah dua belas siang.“Ini namanya apa, Wendy? Aku lupa.”“Oh, ini? Oseng mercon. Pedas loh, Han. Kamu yakin kuat makannya?”“Aku akan mencobanya. Jika tidak habis, ada Irene yang mau menghabiskannya karena dia bermulut pedas.” Yo-han menaik turunkan kedua alisnya menggoda Irene. Sedari tadi ia terus berbicara dengan bahasa Indonesia baku berlogat Korea.“Kamu nggak akan pindah kelompok, ‘kan, Rene? Kita udah klop banget sama Ko Deri juga,” tanya Wendy memastikan.Irene menghela, menarik piring berisi oseng mercon sapi milik Yo-han alih-alih soto lamongan pesanannya sendiri. “Prof. Christian itu kenapa, sih?” tanyanya, mengalihkan topik pembicaraan.“Kenapa gimana?”“Aneh.”Yo-han memetik jarinya keras-keras, heboh sendiri sembari menahan pedasnya sesendok oseng urat sapi dengan puluhan butir
Read more
Intervensi dan Intuisi
Januar bergeming sesaat setelah ia membuka pintu ruangan Satria. Tadinya ia hanya ingin menumpang istirahat, tidur-tiduran sebentar sebelum pergi ke ruangan Christian untuk berbicara kembali tentang jadwal field trip kelompok tiga yang diubahnya sepihak tanpa persetujuan sang dosen pengampu. Namun, Christian justru ada di sana, sedang berbincang dengan si pemilik ruangan. Oh, sepertinya mereka saling mengenal sebagai sesama dosen.“Siang, Prof.”“Ya, siang. Ada apa kamu ke sini?”“Udah biasa dia ke sini, Bang. Temen gue, sekaligus asisten. Rupanya anak kelas lo juga, toh,” ujar Satria.Christian hanya mengangguk tak acuh, lanjut menghisap rokok elektriknya. Seketika saja aroma blueberry menguar di ruangan Satria. Bau itu menyegarkan sekaligus membuat pusing. Januar heran saja. Dosen merokok di lingkungan kampus YMU adalah sesuatu yang mendekati haram, tapi kenapa Satria yang ketat aturan dan jelas punya hak untuk menegur malah membiarkan? Sosok dosen itu semakin misterius, setidaknya
Read more
Masa, Gas Air Mata
Hari sudah gelap, tapi semangat iring-iringan mahasiswa dari berbagai universitas yang melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRD Yogyakarta masih terus menyala. Ratusan mahasiswa terus bertahan dan menyuarakan tuntutan mereka di depan pusat pemerintahan. Spanduk-spanduk dengan tulisan bernada sarkasme masih bertengger melengkapi orasi para pentolan aksi yang terus digaungkan lewat pengeras suara besar di atas mobil bak terbuka.“Pemerintah kita katanya telah berjanji untuk menumpas kasus pelanggaran HAM! Tekad itu tertuang secara konkret dalam rencana kerja setiap periode kepengurusan, tapi apakah kita sudah melihat perwujudannya?!”“Belum!!”Irene, gadis itu masih melakukan orasi, bergantian dengan para elit BEM universitas lain. Ia adalah satu-satunya perempuan di podium, tapi kalimat-kalimat provokatifnya tak kalah membakar dari aktivis laki-laki lainnya. Ia kembali menjadi simbol keberanian perempuan dalam aktivisme mahasiswa.“Terlalu panjang sejarah pelanggaran HAM di negeri ini
Read more
Utang Budi
Januar membasahi sapu tangannya dengan air mineral dalam botol yang ia beli dari minimarket terdekat. Irene masih tak sadarkan diri di mobil, dan wajahnya yang terkena gas air mata harus segera dibasuh sebelum efek samping gas air mata itu merusak wajahnya lebih parah. Rasanya Januar terbebani sekali karena harus mengurus Irene yang pingsan, tapi mana mungkin juga ia membiarkannya? Mau tak mau Irene menjadi tanggung jawabnya saat ini.“P—permisi, maaf …” Januar gemetar ketika tangannya harus menyentuh wajah pucat Irene. Sedikit demi sedikit ia menyeka bagian wajah gadis itu yang memerah. Mulai dari dahi, pipi, hidung, dan dagu.“Ck! Memar gini. Ketabrak-tabrak apa gimana? Dasar nggak hati-hati,” lanjut Janua kesal. Ia masuk kembali ke dalam mobil setelah menyeka bagian wajah sampai leher Irene. Itu yang paling penting, tapi luka-luka akibat berdesakan dan jatuh di kerumunan itu juga tidak bisa diabaikannya begitu saja.Januar menghela, memajukan tubuhnya guna melihat luka di bagian pe
Read more
Ikut Menjelajah Bunker
Pensil, penghapus, dan marker berwarna-warni. Christian masih terus berkutat dengan perkamen besar berisikan peta situs yang perlu ia pastikan kesesuaiannya dengan pengamatan di lapangan. Ia sudah mengunjungi lebih dari setengah bagian situs itu sebanyak dua kali, tapi itu belum membuatnya mudah mengingat fitur dan jalur rumit di dalamnya. “How the fuck is …” “Profesor?” Christian lekas menoleh ke arah pintu tenda ketika seseorang menginterupsi kepusingannya. Ah, ia bahkan mengumpat, dan sialnya lagi yang memergoki itu adalah mahasiswanya sendiri, Irene. “Oh, kapan kamu datang?” tanya Christian cuek, lekas kembali lagi pada perkamennya. Ah, sejujurnya reaksi itu membuat Irene sedikit kecewa. “Baru tadi, Prof. Saya mau ngasih barang-barang yang Anda minta,” ujarnya seraya menaruh satu kotak kayu berisi perkakas penggalian dasar. “Boleh diperiksa kelengkapannya dulu, Prof.” “Oke. Gak perlu diperiksa, saya yakin kamu bukan orang pelupa. Silakan kembali dan bebas beraktivitas. Terima
Read more
DMCA.com Protection Status