"Bangun, Kak! Hebat, ya, enak-enakan tidur jam segini! Lihat tu, rumah masih berantakan begitu. Bukannya beberes rumah, malah molor. Dasar, pemalas! Ayo bangun!" Teriak Dinda kepada Mayang yang tertidur di sofa. Dia membangunkan sang kakak dengan sebelah kakinya.
Mayang terkejut dan refleks terbangun serta langsung berdiri oleh suara teriakan Dinda. Ternyata adiknya baru saja pulang."Lihat anakmu itu, kak. Sudah membuat rumahku berantakan! Dia membuang semua tisu kotakku! Emang, kakak pikir, tisu itu dibeli tidak menggunakan uang? Dan, astaga, lihat ini, ompolnya berceceran kemana-mana. Bau pesing. Jijik tau! Sudah cacat, nyusahin lagi!" Teriak Dinda lagi, sambil menutup hidungnya dengan sebelah tangan. Dia merasa jijik, melihat suasana rumah sore ini.Mendengar ucapan dari sang adik, membuat hati Mayang terluka dan juga perih. Apalagi, mendengar umpatan dan hinaan yang dilontarkan kepada anak lelakinya itu. Membuat hati Mayang benar-benar sangat hancur.Memang, benar. Mayang tidak sempat membereskan rumah hari ini. Mungkin karena lelah dan juga kecapean, jadinya Mayang tertidur. Ditambah lagi, Mayang juga merasakan tubuhnya kurang sehat dari tadi pagi.Dengan perasaan yang teramat sakit, dan juga merasa sangat sedih. Dengan berurai air mata, Mayang pun merangkul tubuh Fikry, anak semata wayangnya yang berkebutuhan khusus. Dan Mayang, langsung mendekap Fikry, ke dalam pelukan."Maaf, Din. Kakak tidak lihat kalau Fikry mengambil tisu itu. Kakak sekarang lagi sakit. Kepala kakak pusing dan perut kakak mual. Dari tadi pagi, kakak juga muntah-muntah. Mungkin penyakit maag kakak, kambuh lagi. Soalnya, kemarin malam, kakak belum sempat makan. Dikarenakan, kakak ketiduran saat menidurkan keponakan kamu, Fikry," ucap Mayang pelan, menjelaskan kepada adiknya itu, tentang kondisinya hari ini.Melihat Dinda yang diam, mendengar penjelasnya, Mayang pun melanjutkan ucapannya."Ditambah lagi, sekarang kakak belum sempat makan nasi. Dari tadi pagi, kakak cuma makan roti dan segelas teh tawar. Sehingga, sekarang kakak merasa kelelahan. Apalagi tadi pagi, kakak juga mencuci semua pakaian kotor, hanya menggunakan tangan. Karena kamu sendiri, tidak memperbolehkan kakak, untuk memakai mesin cuci.""Dan, juga, tadi pagi, kakak juga disuruh oleh suami kamu. Untuk membersihkan semua rumput, yang ada di kebun belakang. Karena, rumputnya sudah sangat panjang," ungkap Mayang panjang lebar kepada Dinda.Tetapi, bukannya rasa iba ataupun kasihan yang diterima oleh, Mayang. Melainkan ejekan dan kata-kata yang tidak pantas yang dilontarkan oleh Dinda untuk kakaknya itu."Halah! Alasan kakak saja, yang mengaku, sakit. Bilang, saja. Kalau kakak, sebenarnya, mau enak-enakkan, mau tiduran serta bermalas-malasan. Benarkan?" Tanya Dinda yang mengejek Mayang."Emang kakak pikir, kakak siapa? Putri raja! Atau nyonya di rumah ini?! Hah!" Bentak Dinda yang melotot marah kepada Mayang, dengan kedua tangan yang berada di pinggang."Bukan begitu, Dinda. Kakak tidak ada berpikiran seperti itu. Bukannya kakak, mau bermalas-malasan, tetapi kakak benar-benar merasakan sakit. Dan kakak juga be--," belum selesai ucapan Mayang, Dinda sudah memotong duluan."Apa?! Kakak mau bilang, apa? Mau membela diri, dengan mengatakan kalau kakak benar-benar, sakit? Dan, penyakit maag kakak kambuh lagi. Begitu? Ingat, ya kak. Kakak, cuma numpang di sini! Jadi, jangan blagu dan sok-sok'an, deh. Sudah untung, ya, aku mengizinkan kakak sama anak kakak yang tidak berguna itu, untuk tinggal disini." Teriak Dinda, yang makin menjadi-jadi mencela Mayang."Ingat, ya, kak. Apa yang kakak makan dan gunakan itu tidaklah gratis? Jadi, kakak harus membayarnya, dengan menggunakan tenaga kakak itu. Kalau kakak memang sudah tidak sanggup lagi, untuk bekerja di sini. Kakak boleh kok, pergi dari sini! Itu, pintu rumahku masih terbuka lebar. Biar kalian jadi gembel sekalian!" Hardik Dinda dengan sombongnya kepada sang kakak.Mendengar perkataan adiknya itu, Mayang menjadi sangat sedih. Dengan memeluk tubuh Fikry, Mayang mencoba berkata kepada, Dinda, "Jangan berbicara seperti itu, Dinda. Jangan usir kami. Mau pergi kemana lagi, kakak sama Fikry. Kakak cuma punya kamu, saudara kakak," ucap Mayang yang berurai air mata. Meminta belas kasih dari adiknya itu."Makanya, kalau kakak masih mau tetap tinggal di sini, kakak jangan suka membantah perkataan, kami. Lakukan apapun, yang aku dan suamiku suruh. Dan sekarang, aku tidak mau tahu. Pokoknya, semua pekerjaan rumah, harus segera selesai. Dan terlihat bersih dalam waktu setengah jam. Oh, ya, jangan lupa, cepat kakak bersihkan noda-noda dari kencing anak kakak itu, dari lantai keramik rumahku. Dan, buat rumahku kembali bersih serta wangi kembali, agar tidak bau seperti ini!""Ingat ya kak, SE TE NGAH JAM! Gak lebih. Habis itu, kakak masak. Bahan-bahannya ada di dapur. Sejam lagi suamiku mau pulang. Aku tidak mau tahu, dalam se-jam semua pekerjaan rumah dan masak, sudah selesai. Kalau tidak, kakak boleh kok angkat kaki dari sini!" Ucap Dinda dengan sinis kepada Mayang, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada."I-iya, Din. Kakak akan usahakan. Dalam se-jam sudah selesai," ucap Mayang terbata, dengan air mata, yang jatuh ke pipi. Dia merasa sangat sedih, melihat dan mendengar atas sikap dan prilaku, serta ucapan Dinda pada dirinya."Ya, harus donk, diusahakan. Emang, kakak mau, keluar dari sini dan tinggal di kolong jembatan, kalau tidak selesai. Sudahlah, cepat saja kakak kerjakan! Aku mau tidur dulu, mau istirahat! Capek tahu cari uang! Tidak seperti kakak, sudah tinggal gratis, makan gratis. Tapi, masih saja ngeyel dan tidak bersyukur." Cerca Dinda."Harusnya kakak itu bersyukur, punya adik seperti, aku. Yang sudah mau menampung dan membolehkan kalian, untuk tinggal di sini. Jadi, kakak tidak akan capek-capek lagi memikirkan biaya kontrakan, biaya makan, dan biaya lain sebagainya. Kalau orang lain, mana mau menampung saudara seperti kalian, yang hanya menyusahkan saja!" Sindir Dinda, dan berlalu pergi.💦Setelah kepergian, Dinda. Mayang menangisi nasibnya yang sangat menyedihkan. Karena, dihina dan dicaci oleh adik kandungnya sendiri. Adik yang selama ini, dia besarkan dengan cicilan peluh dan keringatnya itu, dengan sangat tega mencela serta merendahkan dirinya.Semenjak ayah dan ibu mereka meninggal dunia. Mayang lah, yang selalu menjaga dan mengasuh adiknya itu. Dengan rasa tanggung jawab serta kasih sayang yang terlalu besar untuk Dinda. Mayang rela banting tulang untuk membiayai semua kebutuhan sang adik, hingga mereka dewasa. Dan, Dinda bisa meraih kesuksesan seperti sekarang.Semua itu, tidak lepas dari pengorbanan dari Mayang sendiri. Karena, demi adiknya, Dinda. Mayang rela melupakan dan mengesampingkan akan kebutuhan untuk dirinya sendiri. Asalkan kebutuhan adiknya itu, tetap terpenuhi.Tetapi, apa sekarang. Adik yang selama ini, dia banggakan, malah sampai hati, merendahkan dan menginjak-injak harga dirinya sendiri.Padahal, dulu demi sang adik, Mayang rela berhenti sekolah dan menghabiskan masa remajanya, hanya untuk bekerja dan bekerja. Agar, cita-cita adiknya tercapai seperti yang sekarang dia dapatkan. Tetapi, apa sekarang? Adiknya sendiri, malah melupakan semua pengorbanan besar yang diberikan sang kakak kepada dirinya selama ini.Sambil memeluk tubuh Fikry, ke dalam dekapannya. Mayang mulai menangis segegukan, sambil berkata..."Bu, maafkan Mayang, yang tidak bisa menjaga Dinda dengan baik. Sehingga Dinda mempunyai sifat seperti ini. Apa karena uang dan tahta, hati dan perasaan seseorang menjadi berubah dan tertutup? Sehingga, dapat menghilangkan rasa kasih sayang sesama saudara, huhuhu," ucap Mayang yang berurai air mata, dengan menahan rasa kekecewaan yang sangat mendalam. BersambungSatu jam kemudian,,"Bagaimana, kak? Apa semuanya sudah selesai? Ini sudah se-jam, lho," tanya Dinda yang tiba-tiba saja, sudah berada di dapur.Dengan sedikit terkejut, Mayang menjawab pertanyaan dari adiknya itu. Meski, keringat sudah membasahi sebagian baju yang dia pakai."Su-sudah, Din. Yang tinggal, cuma sayur asemnya saja lagi. Dan mungkin, sebentar lagi sudah matang," tutur Mayang, yang sedikit ngos-ngosan kepada Dinda, karena lelah. Karena waktu yang diberikan adiknya itu, sungguh sangatlah sedikit. Tetapi, mengingat tentang, Fikry. Mayang, harus bisa membagi dan menggunakan waktu yang setengah jam itu, dengan sebaik-baiknya. Alhasil, sekarang masakannya 99% masak. "Bagus! Ini yang aku suka dari kakak. Karena semua pekerjaan selalu terselesaikan dengan sangat baik. Kakak, adalah tipe orang yang sangat bisa diandalkan. Dan juga, tipe orang yang tepat waktu. Mantap! Tak salah dan sia-sia, aku memungut kakak untuk tinggal di sini. Seenggaknya, aku tidak susah payah mencari pemb
Saat Mayang lagi asik, membereskan area dapur, serta mencuci peralatan sehabis memasak tadi. Tidak lupa juga, Mayang mempel lantai di area dapur tersebut. Agar tidak kotor dan licin. Dan, pekerjaannya hari ini cepat selesai. Karena, Mayang merasa tubuhnya sudah sangat lengket oleh keringat. Yang tadi, harus tergesa-gesa untuk membersihkan rumah dan memasak untuk adik dan suaminya itu. Karena Dinda sang adik, hanya memberikan waktu dalam waktu satu jam saja, dan semua harus selesai tepat waktu. Kalau tidak, entah apa yang terjadi. Mungkin, Mayang akan menerima kembali, amukan dari adiknya itu.Dan, sekarang, Mayang merasa tubuh dan hatinya hari ini, benar-benar sangat lelah dan juga sangat capek. Mungkin, dengan cara mandi dan menuntaskan kewajibannya kepada sang pencipta, akan mengurangi rasa lelah dan kekecewaan yang dia rasakan kepada sang adik, akan berkurang. Ya, Mayang hanya akan mengadukan gundah gulananya selama ini, hanya kepada sang pencipta. Dan tidak lupa pula, Mayang sela
Tepat jam 00.00 WIB, Mayang terbangun. Dan, dia merasa sangat haus. Tetapi ternyata, Mayang malah lupa membawa segelas air ke dalam kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan Mayang yang selalu minum, disaat dia terbangun pada malam hari. Dan, karena kebiasaannya itu lah. Mayang selalu membawa air ke dalam kamar disaat dia akan tidur. Agar, saat akan merasakan haus begini, dia dengan mudahnya untuk minum. Tanpa harus pergi ke dapur lebih dulu. Dan mungkin, saat menidurkan Fikry tadi, Mayang malah lupa membawanya ke dalam kamar.Dan, dengan sedikit malas, Mayang harus bangun secara berlahan dari tempat tidur. Agar, pergerakannya tidak membuat anaknya itu terganggu dari tidur nyenyaknya. Ya, setelah Mayang menyuapi Fikry tadi, Mayangpun mengajak anaknya itu, untuk tidur lebih awal dari biasanya. Karena kerjaan yang dia lakukan seharian tadi, membuat tubuh Mayang benar-benar letih. Sehingga saat menidurkan Fikry, tanpa sadar, dia pun ikut tertidur di samping anaknya itu.Saat menuju dapur, Mayan
"Tapi aku tetap cinta!" Balas Arman cepat.Hening"Aku cinta padamu, Mayang!""Aku jatuh CINTA, pada pandangan pertama denganmu! Saat aku melihatmu, Otak dan pikiranku membeku! Di mana, hanya ada KAMU! KAMU! Dan KAMU!""Ingat! Sampai kapan pun, dan di mana pun kamu berada, aku akan tetap menjadi Bayangan Hitam buatmu! Dan, aku akan selalu mengikutimu!""Kamu, akan menyesali atas keputusanmu hari ini!""Dan, ingat! Aku akan menghancurkan, orang-orang yang ada di sekelilingmu! Sama seperti kamu, yang menghancurkan dan memporak-porandakan hati dan perasaanku saat ini!""Ingat, itu, Mayang!"Seketika, kata-kata yang terdengar olehnya beberapa tahun yang lalu, kini kembali terngiang-ngiang di pikiran dan otak Mayang. Membuat tubuhnya sedikit ambruk dan menggigil. Sehingga, laki-laki yang berdiri di hadapannya itu, tersenyum senang. Sambil menyerigai, Arman bertanya kepada Mayang,"Apa yang kamu pikirkan, kakak ipar? Apa, kamu mengingat sesuatu? Hhmm," tanya Arman dengan santainya.Mendenga
Mendengar dentuman yang begitu keras, Mayang langsung berbalik dan melihat ke arah jalan. Dan, betapa terkejutnya Mayang, saat melihat putranya sudah tersungkur ke tanah dengan tubuh bersimbah darah. "Fikryyyyyyyyyy!!!" Mayang berlari seperti orang kesetanan memanggil nama anak lelakinya itu. Dan, segera merangkul tubuh kecil yang sudah tak berdaya itu. Mayang meminta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian, untuk menolong putranya. Dengan cepat mereka membawa Fikry ke rumah sakit, dengan menggunakan sepeda motor yang di bonceng oleh tetangga. Dan, Mayang menggendong tubuh mungil Fikry, yang sudah bersimbah darah, yang sudah tidak sadarkan diri.Sesampainya di rumah sakit, Mayang langsung menuju UGD untuk memeriksa keadaan anaknya. Setelah memasuki ruangan tersebut, perawat mempersilahkan Mayang untuk menunggu di luar. Sedangkan dokter dan perawat tersebut sibuk memeriksa tubuh Fikry. Saat ini, penampilan Mayang sunggung sangat memprihatinkan. Mata yang sembab
POV DindaHati dan perasaanku saat ini benar-benar hancur. Bagaimana tidak, laki-laki yang namanya, selama ini aku sebut dalam setiap doaku, sudah resmi menjadi milik orang lain. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, dia menjadi kakak iparku sendiri. Kalian, mungkin, tidak akan tahu rasa sakitnya seperti apa? Kami sangat dekat, tetapi, tak bisa aku sentuh. Tak bisa aku raih. Apa lagi, memilikinya. Kenapa?! Kenapa kamu lebih memilih dirinya?! Kenapa kamu lebih memilih, menjadi kakak iparku?! Kenapa kamu tak memilih aku?! Kenapa?!Harusnya, aku yang ada di sampingmu! Harusnya, aku yang tersenyum bersamamu! Harusnya, aku yang bersanding bersamamu! Harusnya, aku yang menggenggam jemarimu!Harusnya, aku yang jadi istrimu! Aku!! Bukan, Dia!Tapi, kenapa kamu malah memilih kakakku?! Kenapa? Kenapa, DEVANDI NARENDRA?!Bukankah, aku yang pertama kali mengenalmu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang berbicara kepadamu,Bukankah, aku yang pertama kali, yang menikmati senyum hangatmu,Dan,A
POV Dinda 2Saat memasuki toko kue Cempaka, mata ini disuguhi oleh beraneka ragam macam kue. Mulai dari kue tart, bolu, brownies, cake dan yang lainnya. Mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran yang besar, yang pasti harganya juga bervariasi.Bagi orang berduit, mungkin mereka tinggal ambil kue yang mana mereka inginkan, tanpa harus melihat harga. Sedangkan kami, yang hanya berekonomi rendah. Ya, harus pikir-pikir dulu, kue mana yang cocok untuk di kantong.Dan, pada saat lagi asik melihat harga brownies, yang hendak mau aku beli. Tiba-tiba saja, ada seseorang yang memanggil aku dari belakang. "Anak Ayam, kamu sedang apa di sini?"Mendengar panggilan seperti itu. Aku merasa, kalau yang memanggil aku adalah... Dan, saat aku berbalik, ternyata benar kalau dia adalah Pak Dosen jutek itu, hhmm."Eh! Pak Dosen. Ini, aku mau beli brownies, he," ucapku sambil nyengir. "Bapak sendiri lagi apa disini?" Tanyaku balik kepada Pak Devan, yang sudah berdiri di hadapanku."Ya, sama dengan kamu
FlashBackBeberapa tahun sebelumnya,Sore itu, Dinda baru saja selesai mengikuti pelajaran. Tiba-tiba henphonenya berbunyi, setelah dilihat ternyata tertulis 'my sister'. "Assalamu'alaikum. Ya kak," ucap Dinda saat menjawab telepon dari kakaknya."Apa?! Di rumah sakit mana?!" Tanya Dinda yang berteriak karena terkejut mendengar penuturan kakaknya didalam telpon, hingga air mata Dinda menetes keluar. "Iya. Iya, kak. Aku akan segera kesana secepatnya. Tunggu, aku, kak!" Tutur Dinda yang mulai panik dan langsung mematikan teleponnya."Ada apa, Din? Kok, kamu tiba-tiba menangis, setelah menerima telepon," tanya Rani sahabatnya, yang terkejut melihat Dinda yang sudah berurai air mata."Ran, tolong antar aku ke rumah sakit Sekar Asih. Kakak aku kecelakaan, Ran! Dia ditabrak mobil!" Sentak Dinda yang menangis sambil memegang tangan sahabatnya itu."Astagfirullah! Yang sabar ya, Din. Tapi, keadaan kak Mayang, tidak apa-apa kan?" Tanya Rani yang juga terkejut mendengar berita yang disampaika