Setelah kepergian dosennya itu, Dinda tersenyum-senyum sendiri. Membuat Mayang jadi penasaran. Sehingga Mayang bertanya kepada adiknya itu,"Perasaan dari tadi kakak lihat, kamu tersenyum terus menerus, Dinda? Apalagi, semenjak mengantarkan dosen kamu itu. Apa kamu menyukainya? Hhmm," tanya Mayang kepada adiknya itu."Apa'an sih kak, tidak ada, kok. Siapa, juga yang suka sama dosen killer seperti itu. Sudah killer, dingin lagi kayak kulkas dua pintu," celetuk Dinda yang mencoba menutupi perasaannya kepada kakaknya sendiri."Ah, yang benar. Tapi kok, mukanya jadi merah begitu. Hhmm," sindir Mayang, sambil menggoda adiknya itu, dengan menaik turunkan alisnya."Apa'an sih, kak. Tidak ada waktu, untuk mengurus hal begituan. Mendingan, aku mengurus kakakku yang cantik ini, biar cepat sembuh," timpal Dinda lagi, sambil memeluk tubuh Mayang.Mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik, Mayang jadi terharu."Doain kakak ya, biar cepat sembuh. Biar kakak bisa kerja lagi. Agar kamu tidak pus
POV MayangUmurku waktu itu, baru memasuki 14 tahun. Tapi, takdir sudah memaksaku, untuk menjadi tulang punggung dan kepala keluarga. Kepergian kedua orang tuaku, membuat aku, harus dewasa diumur yang masih muda.Sebagai seorang kakak, aku harus bertanggung jawab, atas kehidupan adikku, Dinda. Dan, demi kebutuhan dan kehidupan kami berdua, aku harus mengorbankan masa kecilku untuk mencari sesuap nasi.Ya, waktu itu, aku, harus rela berhenti sekolah untuk bekerja. dikarenakan juga, tidak ada biaya. Ayah dan ibuku tidak meninggalkan harta warisan atau barang berharga, apapun. Karena, kami memang bukan dari kalangan orang berada. Tetapi, beliau masih meninggalkan sepetak rumah. Walaupun, rumah itu, sudah tak layak huni.Dan, demi memenuhi isi perut kami, akupun bekerja jadi tukang cuci piring, disalah satu warung bakso. Meski, diupahi tidak seberapa, tetapi, alhamdulilah bisa membuat kami untuk makan.Seminggu aku bekerja di warung bakso, kejadian buruk hampir mengenaiku. Malam itu, aku
Pov Mayang (2)"Kamu telah mencuri hati, saya!" Sentak Pak Arman dengan tegas."Hah?!" Ucapku syok.Aku, yang mendengar penuturan dari Pak Arman, yang begitu tiba-tiba, malah menjadi syok dan terkejut."Maksud Bapak, apa, ya? Saya kurang mengerti?" Ucapku yang tidak paham atas ucapan beliau yang begitu tiba-tiba itu."Baiklah. Saya, akan ulangi ucapan saya sekali lagi. Tapi tolong, dengarkan baik-baik. Saya, suka sama kamu, Mayang. Kamu mau, jadi kekasih, saya?" Ucap Pak Arman to the poin."Apa?! Bapak lagi bercanda sama, saya, ya?" Tanyaku lagi dengan tersenyum canggung."Apa, saya kelihatan bercanda?!" Tanya Pak Arman dengan serius melihat ke arah mata ini.Mendengar ucapan Pak Arman, aku pun menggeleng cepat, "tidak, Pak.""Saya serius, Mayang. Kalau saya, benar-benar suka sama, kamu. Dan saya, ingin mengenal kamu lebih dekat." Pak Arman yang menjelaskan maksud dari ucapannya itu."Tapi, apa Bapak tidak salah, suka sama saya? Saya, cuma wanita rendahan lho, yang menjadi bawahan da
"Tidak akan ada yang menangisi kematian saya!""Ada! Aku!"Sejenak, Mayang tersadar dari lamunannya, Mayang baru ingat, kalau dia pernah mengucapkan 'kata' seperti itu kepada Arman. Saat menolong sang manager setahun yang lalu. Padahal waktu itu, Mayang hanya refleks mengucapkan kata seperti itu. Karena melihat situasi dari diri Arman itu sendiri, yang sudah tidak ada semangat lagi. Dan, Mayang merasa, kalau Arman butuh dorongan dan kepedulian seseorang, agar semangatnya tumbuh kembali.Dan, Mayang juga berfikiran, kalau waktu itu, Sang Manager kemungkinan mempunyai masalah serius dengan keluarganya. Sehingga beliau tak mempunyai semangat untuk tetap bertahan dan lebih memilih menyerah. Sehingga Mayang menjadi iba dan kasihan. Jadi, untuk mengembalikan semangat Arman, tanpa sengaja Mayang berucap seperti itu. Sehingga, hasilnya, Arman jadi kembali berjuang untuk hidupnya lagi.Tapi siapa sangka, kepedulian dan keceplosan yang diucapkan Mayang waktu itu. Membuat Arman, malah menyuka
"Aku tidak tahu sifat dan kepribadian dari bang Arman seperti apa. Aku takut nantinya kita akan menyesali dengan rasa nafsu yang sesaat ini. Kenapa aku bilang nafsu sesaat? Karena menurut aku sendiri. Abang mungkin menyukai dan merasakan cinta kepada aku itu, hanya semata-mata karena, aku pernah menyelamatkan hidup abang. Jadi, mungkin saja rasa yang abang rasakan sekarang, hanya sebatas balas budi atau rasa kasihan saja," terang Mayang sambil tersenyum ramah."Apakah seperti itu penilaian kamu terhadap aku, Mayang?" Tanya Arman pelan, mendengar penuturan dari gadis yang dia kejar-kejar beberapa bulan ini."Maaf, bang Arman. Aku hanya tidak ingin kecewa saja." Ucap Mayang cepat."Baiklah. Kalau begitu, mulai sekarang dan ke depannya, kita akan mulai saling mengenal terlebih dahulu. Biar kamu tahu Mayang, kalau aku benar-benar tulus dan cinta dengan kamu. Tidak ada namanya hutang budi, apalagi rasa kasihan!" ucap Arman dengan tegas.***Semenjak pembicaraan mereka berdua sore itu,
"Emangnya tadi ada kejadian apa? Apa Kakak bertengkar dengan yang namanya Arman itu? Apa kakak tidak apa-apa?" Dinda yang bertanya dengan rasa cemas."Kakak tidak apa-apa, dek." Jawab Mayang. Mendengar itu Dinda jadi lega."Tadi saat kakak pulang bekerja dari lahan, cuaca lagi hujan lebat. Tapi, di pertengahan jalan, tiba-tiba saja motor kakak mogok, maklum, itu kan memang motor bekas, yang kakak beli. Dan sudah berulang kali pula, kakak coba hidupin. Tapi tidak juga, mau hidup." Mayang yang mencoba menceritakan kejadian tadi."Karena tidak bisa hidup, terpaksa kakak dorong saja, motornya. Dan, karena merasa capek, kakak berhenti sebentar di bawah pohon sawit, yang ada di sekitar tempat itu. Karena hari sudah mulai sore dan cuaca lagi hujan begitu, kakak coba buat menghubungi bang Arman. Biar dia, bisa bantu kakak buat dorong atau gimana gitu. Dan, mungkin karena di tengah kebun sawit dan lagi hujan, jadi tidak ada signal di sana. Dan, Bang Arman tidak bisa dihubungi.""Dan, saat kaka
Jam sudah menunjukkan pukul 01.20 wib. Tapi Mayang belum juga bisa memejamkan matanya. Padahal dari tadi, Dinda sudah terlelap di sampingnya.Ya, Dinda tidur di kamar Mayang malam ini, karena dia ingin menemani kakaknya yang lagi patah hati. Tapi sekarang, malah Dinda yang tertidur nyenyak.Karena Mayang, tidak bisa juga memejamkan matanya. Mayang pun segera pergi berwudu', karena ingin mengadu kepada sang pencipta. Setelah menggelar sajadah dan melaksanakan 2 rakaat, Mayang mulai berkeluh kesah kepada sang pencipta. Dengan mengeluarkan semua perasaan yang dia rasakan saat ini. Dan, dengan berurai air mata, Mayang meminta kepada ALLAH SWT agar hatinya besok tidak rapuh seperti saat sekarang ini. Cukup hari ini dan malam ini saja, hatinya menangisi seseorang yang bernama Arman. Dia ingin hati dan perasaannya tegar dan bersemangat kembali, seperti hari-hari sebelumnya. Yang penuh tawa dan candaan tanpa ada kekangan dan air mata seperti saat sebelum bertemu dengan Arman."Cukup malam i
Tiga hari lamanya, Mayang sakit. Semenjak pertengkaran dia dengan Arman. Dan, disebabkan karena kehujananlah, Mayang menjadi demam dan tidak bisa bekerja selama tiga hari itu. Dan, Mayang pun meminta izin, untuk tidak masuk kerja.Sementara itu, Arman yang tidak bertemu selama 3 hari dengan, Mayang. Membuat laki-laki itu panik dan tidak bisa fokus dalam setiap pekerjaannya. Ingin menemui Mayang di rumahnya, tetapi tidak tahu, di mana alamat gadis itu berada. Dan, sudah puluhan kali, Arman menghubungi nomor gadis pujaannya itu. Tetapi, tetap saja mati dan tidak bisa dihubungi. Membuat Arman, benar-benar menyesal dan merasa bersalah.Ya, selama berhubungan dengan Mayang, Arman belum pernah sekalipun dibawa ke rumah oleh Mayang. Bagi Mayang laki-laki yang akan dia bawa pulang dan dikenalkan ke keluarganya adalah calon suaminya nanti. Karena Mayang masih mengingat serta menerapkan perkataan orang tuanya semasa hidup,"Nak, suatu hari nanti, kalau kamu sudah dewasa dan memiliki pasanga