Malam ini, Alice masih berada di sebuah bar di jantung kota. Di sana dirinya yang sebelumnya terlihat begitu kacau, kini sudah mulai membaik. Dengan berjalan perlahan sambil sempoyongan, Alice menemukan sebuah kursi dan kemudian dirinya duduk di sana sekedar menghilangkan rasa pusing. Tidak lama kemudian datanglah seorang pelayan yang menawarkan alkohol kepada dirinya. Meski pikirannya sudah di ambang ke warasan, Alice tetap mengambilnya dan kemudian meneguk segelas alkohol itu sampai habis. Rasa frustasi yang di alaminya sangat banyak. Kehidupan yang tidak lepas dari masalah yang datang bertubi-tubi kepada dirinya. Malam ini suasana di bar yang penuh dengan orang-orang membuatnya merasakan kehidupan dunia yang berbeda. Alice yang masih duduk di sana, tidak lama kemudian seorang gadis muda yang berambut hitam pendek melihat dirinya di sana. Dari kejauhan gadis itu memperhatikannya.
“Eh? Sepertinya aku mengenal orang itu,” gumam gadis tersebut. Karena merasa penasaran dengan apa yang baru saja di lihatnya, akhirnya gadis itu menghampiri Alice yang sedang duduk di kursi belakang bar.
“Oh, Alice! Wow kau sudah mabuk parah,” ucap gadis itu dengan terkejut.
“Hah? Siapa kau?”
“Ini aku Dolly.”
“Siapa?”
“Astaga. Anak ini. Lebih baik kau pulang saja. Kondisimu sudah mengerikan,” ucap Dolly sambil menggandeng Alice. Tidak lama kemudian, taxi yang di pesan oleh Dolly akhirnya datang dan Alice langsung memasukinya itu juga Dolly yang harus memaksanya.
“Pak. Tolong antarkan anak ini ke alamat yang saya berikan.”
“Baiklah.”
Alice kemudian pergi menaiki taxi. Di dalam taxi dirinya masih tidak sadarkan diri, sehingga membuat pengemudi taxi menggelengkan kepalanya. Dolly yang masih berada di bar, dia kemudian memesan alkohol lagi sambil mengobrol dengan seseorang di hadapannya. Rupanya orang yang sedang bersama dengannya itu adalah teman masa sekolahnya. Keduanya terlihat akrab. Mereka pun banyak tertawa. Saat ini Alice sudah sampai di depan rumahnya. Karena tidak kuat berjalan, akhirnya dia hanya terduduk di depan pintu rumahnya itu. beberapa menit kemudian, ayahnya membukakan pintu dan begitu melihat Alice yang seperti itu, dia langsung menyeretnya. Alice kemudian tidur di kamarnya sampai pagi. Keesokan harinya dia baru saja sadar bahwa kemarin malam mabuk parah. Ekspresi wajahnya yang terlihat terkejut kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi.
“Alice!” teriak ayahnya dengan ekspresi marah
“Iya.”
“Kau sudah gila! Bisa-bisanya kau mabuk seperti itu kemarin. Seharusnya kau pulang lebih awal.”
“Iya maafkan aku.”
“Dasar anak tidak berguna!”
‘Ah, menyebalkan,’ batin Alice
Alice kemudian memasuki kamar mandi. 30 menit kemudian, Alice sudah selesai mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Pagi ini dirinya harus membuat sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat. Suasana rumah yang terlihat menyeramkan membuatnya ingin segera pergi. Kakak kedua Alice sudah berada di meja makan bersama dengan ayahnya. Alice kemudian duduk di depan mereka berdua sambil menikmati sarapan. Setelah selesai sarapan, Alice langsung berangkat menuju kampus dengan menaiki bus. Setelah dirinya berada di dalam bus, kemudian mengambil sebuah earphone dan mulai mendengarkan musik. Pagi hari yang cukup menyebalkan membuat dirinya harus menutup telinga untuk sementara waktu. Sesampainya di kampus, Alice pergi ke kelas dengan cepat. Dan kemudian dirinya bertemu dengan Dolly.
“Kau sudah terlihat baik rupanya. Apa yang terjadi? Kenapa kau yang biasanya anak baik terlihat begitu menyedihkan kemarin?” ucap Dolly kepada Alice yang sedang duduk di kursinya.
“Kau tidak perlu tahu.”
“Hey! Kita sudah berteman sejak sekolah menengah. Kau akan terus seperti itu?”
“Oh, iya benar juga. Tapi, ikut campur urusan orang lain itu tidak baik juga loh.”
Dolly langsung terdiam dan pergi untuk duduk di kursinya. Selama ini, banyak sekali yang mendatanginya karena maksud dan tujuan tertentu. Alice sudah membiasakan diri hidup sendirian. Karena itulah, begitu dirinya menemukan seseorang yang mulai ikut campur dengan urusannya akan terusik. Tidak terasa profesor sudah datang. Kelas pun akhirnya di mulai. Kelas di jam pertama berhasil di lewati setelah satu jam mengikuti kelas. Alice kemudian merapikan catatannya dan hendak pergi ke perpustakaan. Begitu dia beranjak dari tempat duduknya, Theresia datang menghampirinya.
“Kau akan pergi ke perpustakaan?” tanya Theresia dengan wajah ceria. Sambil memgang buku-buku.
“Ah, iya. Kau mau ikut?”
“Tentu.”
“Oh iya Alice, kau sudah mendengar kabar itu? mereka terus membicarakannya apa tidak tahu kalau itu tidaklah sopan.”
“Kabar apa?”
“Oh, ternyata kau belum tahu rupanya. Okay akan ku beritahu. Jadi begini, anak dari kelas sbelah dia katanya bunuh diri di gedung H7. Kabarnya dia melakukan itu karena merasa tertekan.”
“Apa? siapa?”
“Anak jurusan akutansi juga dia bernama Lisana. Kau yakin tidak mengenalnya?”
“Tunggu dulu, dari mana kau mendapatkan berita itu?”
“Pihak kampus memang sengaja menutupinya dan membuat kejadian itu tidak pernah terjadi. Kau tahu kenapa? Jawabannya akan merusak reputasi perguruan tinggi ini. Dan lagi hanya segelintir orang yang mengetahuinya termasuk aku. Jika bukan karena mereka ramai membicarakannya di forum internet aku tidak akan mengetahui fakta ini.”
“Jadi ada pihak yang membocorkannya di forum internet. Karena itu menyebar?”
“Iya betul.”
“Bagaimana mereka tahu kalau Lisana bunuh diri karena tertekan?”
“Itu karena beberapa postingannya yang memperlihatkan keputuasaan. Tidak bukan hanya itu saja, beberapa pesan chatnya juga terlihat aneh.”
“Lalu, tidak ada yang melapor polisi?”
“Tentu saja tidak. Jika melaporkan kepada polisi reputasi kampus ini akan hancur itulah yang pasti di pikirkan mereka.”
“Tidak manusiawi.”
“Eh?”
“Sudahlah.”
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah perpustakaan. Keduanya lalu duduk. Alice membuka catatannya dan kemudian melanjutkan tugasnya yang belum usai. Begitu juga dengan Theresia. Suasananya terlihat tenang dan damai. Memang tempat ini sangat nyaman untuk menjadi pelarian ketika hawa panas mengerikan melanda emosi. Alice dengan tekun mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba seseorang menelponnya. Lalu dengan cepat Alice mengangkat panggilan tersebut.
“Halo?”
“Ini dengan Alice Cooper?”
“Iya. Ada apa? ini dengan siapa?”
“Saya sepupu anda. Solano Nightray.”
“Ah, ada perlu apa?” ucap Alice yang mendadak lesu.
“Apa akhir pekan ini kau ada waktu? Bagaimana kalau kita bertemu. Sudah lama sekali bukan? Aku ingin mengetahui kabarmu Alice.”
“Ya. Boleh saja.”
“Baiklah. Nanti akan ku hubungi kembali. Sampai jumpa.”
Panggilan tersebut kemudian terputus. Ekspresi wajah Alice yang sebelumnya terlihat baik-baik saja langsung berubah menjadi datar. Perasaan yang cukup gila mulai muncul dalam dirinya. Alice kemudian kembali ke meja tempat di mana Theresia berada.
‘Sialan,’ batin Alice
“Oh, kau sudah selesai? Siapa itu?”
“Ah iya. Itu.... kerabat jauhku.”
“Hmm.... begitu. Rupanya mereka sangat dekat dengamnu ya?”
“Tidak juga.”
Alice dan Theresia masih berada di perpustakaan bahkan sampai sore hari. Tugas yang mereka kerjakan akhirnya selesai juga. Setelah itu, Alice membereskan semua buku-buku yang di bawanya beserta buku catatannya. Mereka berdua kemudian pergi dari perpustakaan untuk pulang. Namun, sebelum pulang Theresia mengajaknya untuk pergi makan sup usus kuah pedas yang menjadi makanan kesukaannya. Alice pun mengangguk pertanda menyetujui ajakannya. Mereka berdua berjalan di sekitar wilayan itu dan kemudian menemukan restoran yang menyajikan berbagai macam sup usus. Theresia dengan semangat datang memasuki tempat tersebut. Alice juga memasukinya sambil melihat-lihat meja yang kosong. Begitu mereka berdua sampai di dalam restoran, sayangnya meja yang ada di tengah semuanya penuh. Ketika nyaris kecewa, ada dua orang yang baru saja menyelesaikan makannya. Kedua orang itu kemudian langsung pergi ke kasir untuk membayar makanannya. Melihat hal itu, Theresia langsung mengajak Alice untuk duduk di meja i
Keesokan harinya di kediaman keluarga Cooper. Alice terbangun dari tidurnya yang nyenyak semalaman. Dia mulai meregangkan kedua tangannya sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur. Setelah itu, Alice pergi ke kamar mandi dan 30 menit kemudian dirinya sudah selesai mandi. Pagi hari yang cukup sibuk membuat dirinya harus segera bersiap untuk pergi ke kampus sambil menyiapkan sarapan untuk ayah dan kakaknya. Ketika Alice sudah selesai menyiapkan sarapan, tiba-tiba Antoni berteriak kepada dirinya dengan nada marah. Alice yang menyaksikan akan hal itu kemudian merasa tersentak oleh nada bicaranya. Antoni kemudian duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya. Di sisi lain, Alice yang merasa kesal mencoba untuk menahan diri. Setelah itu, Alice langsung berangkat dengan alasan kelas di mulai lebih awal. Begitu Alice berjalan di sekitar trotoar, dirinya melihat toko roti yang ada di sekitar wilayah itu. Dengan perlahan, dirinya memasuki tempat itu. “Silahkan,” ucap seorang perem
Alice yang masih mendengarkan curhatan Grace, tetap berada di sana hingga sore hari. Grace memang tidak tanggung-tanggung dalam bercerita. Dia nyaris menghabiskan waktu lama untuk sekedar menceritakan masalah yang sedang di hadapinya. Alice yang sudah yakin dengan tindakannya untuk membantu Grace apa pun yang terjadi. Melihat Alice yang mengulurkan tangan kepadanya membuat Grace seketika menahan haru. Selama ini dirinya hanya hidup seorang diri, terus bertumbuh bahkan sampai nyaris menyerah. Namun, karena mimpinya yang cukup besar tidak membuatnya menyerah begitu saja. Kali ini Alice mengajak Grace untuk pergi BBQ di restoran BBQ yang ada di sekitar pusat kota. Matahari sudah mulai terbenam, mereka berdua kemudian pergi ke restoran untuk menikmati makannan sekaligus melepaskan beban di pikiran. Sesampainya di sana, rupanya tempatnya sangat ramai. Alice dan Grace duduk di kursi yang delat dengan dinding. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri mereka berdua. “
Hari ini Alice setelah bersiap untuk pergi ke kampus, dirinya sarapan terlebih dahulu. Penghuni rumah yang biasanya membuat dirinya muak kini terasa sepi. Mereka semua sudah berangkat sedari pagi. Alice yang hanya seorang diri sambil menikmati makanannya dia melihat grup chat kelasnya. Di sana, mereka sedang di hebohkan oleh berita hari ini. Alice terus membaca seluruh pesan di grup kelas tersebut dan mereka lagi-lagi berkomentar yang sama. Tidak lama kemudian, Alice berangkat ke kampus dengan menaiki bus. Tepat jam 10 pagi, Alice berangkat dari rumahnya karena hari ini kuliah di mulai pukul 11 pagi. Ketika di dalam bus, dirinya melihat banyak sekali orang yang berbicara mengenai sebuah berita. Alice kemudian duduk di samping seorang wanita muda yang juga merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang sama dengan dirinya. Awalnya mereka hanya canggung dan tidak mengobrol sama sekali. Tapi, begitu Alice melihat artikel kampus perempuan itu langsung berkomentar tepat di hadapan Alice.
Hari yang dipenuhi dengan berbagai tragedi. Saat ini, Alice bersama dengan Theresia dan juga Grace sedang menikmati waktu santai mereka di Cafetaria. Mereka sibuk membicarakan hal-hal sehari-hari yang mereka lakukan. Tidak hanya itu saja, mereka juga membicarakan masalah dalam kehidupannya yang akhir-akhir ini membuatnya merasa terganggu. Theresia yang sedang meminum jus apel kemudian di kejutkan dengan tugasnya yang harus segera di kumpulkan malam ini terakhir jam 12 malam. Dirinya kemudian panik dan meminta Alice untuk mengantarnya ke perpusatakaaan. Grace juga akan pergi untuk melaksanakan kuliah lagi. Saat itu pun, mereka langsung bubar dan menuju ke tempat masing-masing. Melihat mereka bertiga sudah meninggalkan Cafetaria, Rona dan Frey memperhatikan mereka yang sudah pergi itu. Tidak lama kemudian mereka berdua mulai membicarakan suatu hal yang berhubungan dengan mereka bertiga. Di sisi lain memang terlihat begitu menyenangkan. Namun, semua itu hanya omong kosong belaka. Grace
Tidak lama kemudian, bus yang mereka naiki sudah sampai di halte. Di sana, mereka berdua langsung turun dan kemudian berjalan sedikit ke arah sebelah tenggara. Di sana, banyak juga orang yang datang. pameran yang diadakan di sebuah musium yang merupakan musium seni terbesar di kota ini. Menurut beberapa kabar, seniman yang selalu melakukan pameran di tempat ini tidak lain adalah mereka yang sudah terkenal. Karyanya yang menjadikan semua orang jatuh cinta membuatnya di kenal banyak orang. Theresia dan Alice yang penasaran akan hal itu mereka langsung mendatangi tempat ini begitu mendapatkan tiket melalui online. Antriannya lumayan panjang sehingga mereka berdua harus menunggu selama 10 menit. Orang-orang yang datang banyak dari mereka yang terlihat seperti anak seni. Karena penampilan mereka yang mencolok dan juga cukup intens. Setelah menunggu selama itu, mereka berdua akhirnya memasuki ruangan musium. Begitu masuk, ruangan sudah di penuhi banyak pengunjung. Mereka semua terlihat an
Mereka berdua memasuki sebuah restoran yang ternyata adalah tempat khusus sup. Tidak peduli dengan menunya dan mereka langsung duduk begitu memasuki tempat itu. Pelayan kemudian datang ke arah mereka untuk menawarkan menu. Dengan cepat Alice memesan menu yang sering di pesan oleh orang di tempat ini. Theresia tentu saja mengikutinya. Mereka berdua kemudian menunggu makanan datang. Sambil menunggu makanannya, mereka berdua memeriksa ponselnya. Di sana, teman-teman sekelasnya sedang di hebohkan oleh berita yang baru saja di upload oleh komunitas wartawan. Berita tersebut ada hubungannya dengan yang sebelumnya. Dalam forum yang hanya bisa di akses oleh anak perguruan tinggi itu saja. Mereka semua berkomentar hingga memenuhi forum. “Apa-apan ini?” ucap Alice “Mereka mulai lagi. apa tidak ada yang menarik selain menyebarkan ini?” “Tunggu dulu, sepertinya ini memang sungguhan.” “Jika sudah diposting seperti ini tentu saja ini sungguhan. Bagaimana mungkin it
Alice yang melewati tempat itu, kemudian dia sampai di depan rumahnya. Dengan perlahan memasukinya. Ketika Alice membukakan pintunya, di sana Antonio sudah menunggunya di ruang tamu sambil bermain game. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan menagih permintaannya itu. “Mana pesananku?” ucap Antonio “Ini,” sahut Alice sambil memberikan pesanannya. Alice langsung pergi ke kamarnya. “Kerja yang bagus.” Dia membiarkan Antonio di sana sendirian. Sesampainya di kamar, Alice langsung berganti pakaian dan kemudian mencuci wajahnya. Di saat itu pula, Alice langsung memandangi cermin kamar mandi dan menghela nafas panjang. Rasa lelah yang bertumpuk dalam tubuhnya membuat dirinya kemudian tertidur dengan pulas begitu sampai di tempat tidurnya. Dan pada ke esokan harinya, Alice terbangun di pagi hari dan mulai merapikan tempat tidurnya di susul dengan pekerjaan rumah lainnya yang hanya di kerjakan oleh dirinya. Setiap pagi Alice memang selalu menderita. Ketika se