Share

Bab 5

Malam ini, Alice masih berada di sebuah bar di jantung kota. Di sana dirinya yang sebelumnya terlihat begitu kacau, kini sudah mulai membaik. Dengan berjalan perlahan sambil sempoyongan, Alice menemukan sebuah kursi dan kemudian dirinya duduk di sana sekedar menghilangkan rasa pusing. Tidak lama kemudian datanglah seorang pelayan yang menawarkan alkohol kepada dirinya. Meski pikirannya sudah di ambang ke warasan, Alice tetap mengambilnya dan kemudian meneguk segelas alkohol itu sampai habis. Rasa frustasi yang di alaminya sangat banyak. Kehidupan yang tidak lepas dari masalah yang datang bertubi-tubi kepada dirinya. Malam ini suasana di bar yang penuh dengan orang-orang membuatnya merasakan kehidupan dunia yang berbeda. Alice yang masih duduk di sana, tidak lama kemudian seorang gadis muda yang berambut hitam pendek melihat dirinya di sana. Dari kejauhan gadis itu memperhatikannya.

“Eh? Sepertinya aku mengenal orang itu,” gumam gadis tersebut. Karena merasa penasaran dengan apa yang baru saja di lihatnya, akhirnya gadis itu menghampiri Alice yang sedang duduk di kursi belakang bar.

“Oh, Alice! Wow kau sudah mabuk parah,” ucap gadis itu dengan terkejut.

“Hah? Siapa kau?”

“Ini aku Dolly.”

“Siapa?”

“Astaga. Anak ini. Lebih baik kau pulang saja. Kondisimu sudah mengerikan,” ucap Dolly sambil menggandeng Alice. Tidak lama kemudian, taxi yang di pesan oleh Dolly akhirnya datang dan Alice langsung memasukinya itu juga Dolly yang harus memaksanya.

“Pak. Tolong antarkan anak ini ke alamat yang saya berikan.”

“Baiklah.”

Alice kemudian pergi menaiki taxi. Di dalam taxi dirinya masih tidak sadarkan diri, sehingga membuat pengemudi taxi menggelengkan kepalanya. Dolly yang masih berada di bar, dia kemudian memesan alkohol lagi sambil mengobrol dengan seseorang di hadapannya. Rupanya orang yang sedang bersama dengannya itu adalah teman masa sekolahnya. Keduanya terlihat akrab. Mereka pun banyak tertawa. Saat ini Alice sudah sampai di depan rumahnya. Karena tidak kuat berjalan, akhirnya dia hanya terduduk di depan pintu rumahnya itu. beberapa menit kemudian, ayahnya membukakan pintu dan begitu melihat Alice yang seperti itu, dia langsung menyeretnya. Alice kemudian tidur di kamarnya sampai pagi. Keesokan harinya dia baru saja sadar bahwa kemarin malam mabuk parah. Ekspresi wajahnya yang terlihat terkejut kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi.

“Alice!” teriak ayahnya dengan ekspresi marah

“Iya.”

“Kau sudah gila! Bisa-bisanya kau mabuk seperti itu kemarin. Seharusnya kau pulang lebih awal.”

“Iya maafkan aku.”

“Dasar anak tidak berguna!”

‘Ah, menyebalkan,’ batin Alice

Alice kemudian memasuki kamar mandi. 30 menit kemudian, Alice sudah selesai mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Pagi ini dirinya harus membuat sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat. Suasana rumah yang terlihat menyeramkan membuatnya ingin segera pergi. Kakak kedua Alice sudah berada di meja makan bersama dengan ayahnya. Alice kemudian duduk di depan mereka berdua sambil menikmati sarapan. Setelah selesai sarapan, Alice langsung berangkat menuju kampus dengan menaiki bus. Setelah dirinya berada di dalam bus, kemudian mengambil sebuah earphone dan mulai mendengarkan musik. Pagi hari yang cukup menyebalkan membuat dirinya harus menutup telinga untuk sementara waktu. Sesampainya di kampus, Alice pergi ke kelas dengan cepat. Dan kemudian dirinya bertemu dengan Dolly.

“Kau sudah terlihat baik rupanya. Apa yang terjadi? Kenapa kau yang biasanya anak baik terlihat begitu menyedihkan kemarin?” ucap Dolly kepada Alice yang sedang duduk di kursinya.

“Kau tidak perlu tahu.”

“Hey! Kita sudah berteman sejak sekolah menengah. Kau akan terus seperti itu?”

“Oh, iya benar juga. Tapi, ikut campur urusan orang lain itu tidak baik juga loh.”

Dolly langsung terdiam dan pergi untuk duduk di kursinya. Selama ini, banyak sekali yang mendatanginya karena maksud dan tujuan tertentu. Alice sudah membiasakan diri hidup sendirian. Karena itulah, begitu dirinya menemukan seseorang yang mulai ikut campur dengan urusannya akan terusik. Tidak terasa profesor sudah datang. Kelas pun akhirnya di mulai. Kelas di jam pertama berhasil di lewati setelah satu jam mengikuti kelas. Alice kemudian merapikan catatannya dan hendak pergi ke perpustakaan. Begitu dia beranjak dari tempat duduknya, Theresia datang menghampirinya.

“Kau akan pergi ke perpustakaan?” tanya Theresia dengan wajah ceria. Sambil memgang buku-buku.

“Ah, iya. Kau mau ikut?”

“Tentu.”

“Oh iya Alice, kau sudah mendengar kabar itu? mereka terus membicarakannya apa tidak tahu kalau itu tidaklah sopan.”

“Kabar apa?”

“Oh, ternyata kau belum tahu rupanya. Okay akan ku beritahu. Jadi begini, anak dari kelas sbelah dia katanya bunuh diri di gedung H7. Kabarnya dia melakukan itu karena merasa tertekan.”

“Apa? siapa?”

“Anak jurusan akutansi juga dia bernama Lisana. Kau yakin tidak mengenalnya?”

“Tunggu dulu, dari mana kau mendapatkan berita itu?”

“Pihak kampus memang sengaja menutupinya dan membuat kejadian itu tidak pernah terjadi. Kau tahu kenapa? Jawabannya akan merusak reputasi perguruan tinggi ini. Dan lagi hanya segelintir orang yang mengetahuinya termasuk aku. Jika bukan karena mereka ramai membicarakannya di forum internet aku tidak akan mengetahui fakta ini.”

“Jadi ada pihak yang membocorkannya di forum internet. Karena itu menyebar?”

“Iya betul.”

“Bagaimana mereka tahu kalau Lisana bunuh diri karena tertekan?”

“Itu karena beberapa postingannya yang memperlihatkan keputuasaan. Tidak bukan hanya itu saja, beberapa pesan chatnya juga terlihat aneh.”

“Lalu, tidak ada yang melapor polisi?”

“Tentu saja tidak. Jika melaporkan kepada polisi reputasi kampus ini akan hancur itulah yang pasti di pikirkan mereka.”

“Tidak manusiawi.”

“Eh?”

“Sudahlah.”

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah perpustakaan. Keduanya lalu duduk. Alice membuka catatannya dan kemudian melanjutkan tugasnya yang belum usai. Begitu juga dengan Theresia. Suasananya terlihat tenang dan damai. Memang tempat ini sangat nyaman untuk menjadi pelarian ketika hawa panas mengerikan melanda emosi. Alice dengan tekun mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba seseorang menelponnya. Lalu dengan cepat Alice mengangkat panggilan tersebut.

“Halo?”

“Ini dengan Alice Cooper?”

“Iya. Ada apa? ini dengan siapa?”

“Saya sepupu anda. Solano Nightray.”

“Ah, ada perlu apa?” ucap Alice yang mendadak lesu.

“Apa akhir pekan ini kau ada waktu? Bagaimana kalau kita bertemu. Sudah lama sekali bukan? Aku ingin mengetahui kabarmu Alice.”

“Ya. Boleh saja.”

“Baiklah. Nanti akan ku hubungi kembali. Sampai jumpa.”

Panggilan tersebut kemudian terputus. Ekspresi wajah Alice yang sebelumnya terlihat baik-baik saja langsung berubah menjadi datar. Perasaan yang cukup gila mulai muncul dalam dirinya. Alice kemudian kembali ke meja tempat di mana Theresia berada.

‘Sialan,’ batin Alice

“Oh, kau sudah selesai? Siapa itu?”

“Ah iya. Itu.... kerabat jauhku.”

“Hmm.... begitu. Rupanya mereka sangat dekat dengamnu ya?”

“Tidak juga.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status