Alice dan Theresia masih berada di perpustakaan bahkan sampai sore hari. Tugas yang mereka kerjakan akhirnya selesai juga. Setelah itu, Alice membereskan semua buku-buku yang di bawanya beserta buku catatannya. Mereka berdua kemudian pergi dari perpustakaan untuk pulang. Namun, sebelum pulang Theresia mengajaknya untuk pergi makan sup usus kuah pedas yang menjadi makanan kesukaannya. Alice pun mengangguk pertanda menyetujui ajakannya. Mereka berdua berjalan di sekitar wilayan itu dan kemudian menemukan restoran yang menyajikan berbagai macam sup usus. Theresia dengan semangat datang memasuki tempat tersebut. Alice juga memasukinya sambil melihat-lihat meja yang kosong. Begitu mereka berdua sampai di dalam restoran, sayangnya meja yang ada di tengah semuanya penuh. Ketika nyaris kecewa, ada dua orang yang baru saja menyelesaikan makannya. Kedua orang itu kemudian langsung pergi ke kasir untuk membayar makanannya. Melihat hal itu, Theresia langsung mengajak Alice untuk duduk di meja itu. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri mereka berdua sambil membersihkan mangkuk bekas orang yang tadi makan. Setelah itu mereka berdua memutuskan untuk memesan menu makanan. Theresia yang merekomendasikan sup usus kuah pedas langsung di setujui oleh Alice.
“Permisi,” ucap Theresia. Tidak lama kemudian seorang pelayan datang menghampirinya.
“Kami pesan 2 sup usus kuah pedas lengkap.”
“Baik, Di tunggu ya.”
“Iya.”
Setelah selesai memesan makanan, mereka berdua mulai mengobrol sambil menunggu menu makanan datang. obrolan mereka cukup pelan di bandingkan dengan orang-orang yang ada di sana.
“Apa rencanamu musim panas ini?” tanya Theresia kepada Alice.
“Sepertinya aku akan pergi ke tempat yang jauh dari peradaban.”
“Kau akan pergi kemana? Hutan? Gunung? Laut?”
“Entahlah. Yang jelas jauh sekali dari rumah.”
“Bagaimana kalau kita berkemah?”
“Apa?”
“Kebetulan beberapa temanku juga mengajakku berkemah. Apa kau akan ikut?”
“Akan ku pertimbangkan.”
“Kau harus ikut okay. Kau tahu kenapa?”
“Memangnya kenapa?”
“Aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Hanya satu orang saja yang dekat denganku. Karena itu kau juga harus ikut.”
“Ah, dasar kau ini. Memangnya siapa mereka?”
“Itu anak jurusan management.”
“Sejak kapan kau bergaul dengan mereka?”
“Sejak temanku Maria memperkenalkan temannya padaku. Meski kenyataannya aku tidak terlalu dekat dengan mereka.”
“Ternyata kau cukup buruk juga ya dalam bersosialisasi.”
“Hey, kau yang jauh lebih buruk. anak independent. Eh, tapi itu menurutku jauh lebih baik walau kadang mungkin merasa kesepian dan menjadi cibiran orang lain. bagaimana menurutmu?”
“Kau tidak perlu bertanya. Sudah jelas aku sangat nyaman.”
“Sudah ku duga.”
“Ini pesanannya,” ucap pelayan yang membawakan makanan mereka.
“Terimakasih,” sahut Alice
Begitu makanannya datang, mereka berdua langsung menikmati makanannya. Sup usus memang cukup populer belakangan ini karenanya banyak sekali orang yang datang ke restoran ini. Mereka yang datang dari berbagai kalangan usia. Memang menyegarkan menikmati makanan panas di tengah cuaca dingin kota ini. Alice dengan santai menikmati makanannya sampai tidak sadar sudah mau habis.
“Bagamana menurutmu? Apa enak?” tanya Theresia
“Iya. Ini enak.”
“Nanti akan ku rekomendasikan makanan yang tidak kalah enak dari ini.”
“Iya-iya terserah kau saja.”
“Oh iya, setelah ini apa kau mau pergi ke cafe?”
“Eh?”
“Ayolah. Ada kopi yang ingin ku beli. Akan ku traktir bagaimana?”
“Yasudah jika kau memaksa.”
“Oke.”
Mereka berdua selesai makan dan kemudian membayar ke kasir. Alice yang terus melihat sekitar membuatnya sedikit merasa tidak nyaman karena banyaknya orang dan membuat dirinya pusing. Setelah selesai membayar, mereka berdua pergi dari sana dan menuju ke sebuah kedai kopi. Ketika Alice memasuki tempat itu, dirinya melihat suasana yang tenang dan damai. Tidak banyak orang yang datang ke sana membuat dirinya dalam sekejap merasa bersemangat. Theresia kemudian memesan ice latte bersama dengan Alice. Mereka berdua duduk di kursi yang dekat dengan jendela sehingga dapat melihat pemandangan malam kota ini. Sekilas memang terlihat indah tapi, di luar sana hanya kegelapan yang menyelimuti bersamaan dengan cuaca dingin. meski di luar dingin, mereka berdua malah memesan ice cofee.
“Sudah lama sekali aku tidak datang kemari,” ucap Theresia
“Rupanya kau pelanggan setia tempat ini ya.”
“Tidak seperti itu. Justru hanya pernah datang sekali saja. Karenanya aku merindukan suasana di sini.”
“Mengerikan.”
“Hey, kau tidak boleh seperti itu. Jangan mengejekku.”
“Memangnya siapa yang mengejekmu.”
“Sebenarnya akhir-akhir ini aku mengalami masalah dengan pacarku. Jadi aku tidak merasa baik-baik saja.”
“Lalu?”
“Ada yang ingin ku ceritakan.”
“Cerita saja. Akan ku dengarkan.”
“Aku merasa dia terlalu mengabaikanku. Bukan hanya itu, dia juga tidak lagi mengabariku dengan manis seperti biasanya. Karena itu kemarin aku datang ke bar untuk minum bersama temanku dan mencoba terlihat baik-baik saja. Tidak sengaja aku bertemu denganya.”
“Lalu setelah itu bagaimana?”
“Dia hanya memandangiku seperti tidak terjadi apa-apa. yang lebih parahnya lagi dia mengatakan diriku terlalu kekanakan.”
“Merepotkan juga.”
“Bagaimana? apa ada yang salah denganku? Salahnya di mana? Astaga ini membuatku gila.”
“Aku tidak bisa memberikan saran padamu. Maaf saja.”
“Iya. Aku sudah tahu. Kau hanya perlu mendengarkanku bercerita. Jika tidak ada yang mendengarkan aku bisa gila.”
Hari sudah semakin malam, mereka berdua akhirnya meninggalkan cafee dan pergi pulang ke rumah masing-masing. Alice dan Theresia pulang ke arah yang berlawanan. Di halte bus, Alice duduk sambil mengecek ponselnya dan memikirkan perkataan sepupunya di telepon. Perasaan tidak nyaman langsung muncul begitu saja. Tidak lama kemudian buas datang, Alice langsung memasuki bus. Dirinya duduk di kursi paling belakang sambil mendengarkan musik melalui earphone. Dalam perjalanan pulang, keseharian yang menyenangkan terasa perlahan mulai menghilang. Di bawah kesadaran penuh, dirinya kembali ke dalam penjara kehidupan yang mengerikan. Sesampainya di pemberhentian bus, Alice langsung keluar dan kemudian berjalan melewati gang rumahnya. Sebelum dirinya pulang ke rumah, Alice menyempatkan diri untuk pergi ke minimarket terdekat dan membeli beberapa makanan. Setelah itu, dirinya pulang sambil membawa belanjaannya. Ketika dirinya membuka pintu, penghuni rumah rupanya sudah tertidur. Dengan perlahan mencegah suara berisik, Alice pergi ke kamarnya. Setelah tiba di kamarnya, dia langsung menyalalakan lampu dan berbaring di tempat tidurnya sambil menatap ke arah langit-lagit.
“Hari yang melelahkan,” gumam Alice
Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, Alice mulai bersiap untuk tidur. Dan begitu dirinya mematikan lampu kamarnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pesan masuk ke ponselnya. Alice langsung membaca pesan itu yang ternyata berasal dari sepupunya. Kata-kata mengerikan yang tertulis di sana membuat Alice merasa muak. Setelah mematikan ponselnya dia kemudian memutuskan untuk menutup matanya dan pergi ke alam mimpi.
Keesokan harinya di kediaman keluarga Cooper. Alice terbangun dari tidurnya yang nyenyak semalaman. Dia mulai meregangkan kedua tangannya sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur. Setelah itu, Alice pergi ke kamar mandi dan 30 menit kemudian dirinya sudah selesai mandi. Pagi hari yang cukup sibuk membuat dirinya harus segera bersiap untuk pergi ke kampus sambil menyiapkan sarapan untuk ayah dan kakaknya. Ketika Alice sudah selesai menyiapkan sarapan, tiba-tiba Antoni berteriak kepada dirinya dengan nada marah. Alice yang menyaksikan akan hal itu kemudian merasa tersentak oleh nada bicaranya. Antoni kemudian duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya. Di sisi lain, Alice yang merasa kesal mencoba untuk menahan diri. Setelah itu, Alice langsung berangkat dengan alasan kelas di mulai lebih awal. Begitu Alice berjalan di sekitar trotoar, dirinya melihat toko roti yang ada di sekitar wilayah itu. Dengan perlahan, dirinya memasuki tempat itu. “Silahkan,” ucap seorang perem
Alice yang masih mendengarkan curhatan Grace, tetap berada di sana hingga sore hari. Grace memang tidak tanggung-tanggung dalam bercerita. Dia nyaris menghabiskan waktu lama untuk sekedar menceritakan masalah yang sedang di hadapinya. Alice yang sudah yakin dengan tindakannya untuk membantu Grace apa pun yang terjadi. Melihat Alice yang mengulurkan tangan kepadanya membuat Grace seketika menahan haru. Selama ini dirinya hanya hidup seorang diri, terus bertumbuh bahkan sampai nyaris menyerah. Namun, karena mimpinya yang cukup besar tidak membuatnya menyerah begitu saja. Kali ini Alice mengajak Grace untuk pergi BBQ di restoran BBQ yang ada di sekitar pusat kota. Matahari sudah mulai terbenam, mereka berdua kemudian pergi ke restoran untuk menikmati makannan sekaligus melepaskan beban di pikiran. Sesampainya di sana, rupanya tempatnya sangat ramai. Alice dan Grace duduk di kursi yang delat dengan dinding. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri mereka berdua. “
Hari ini Alice setelah bersiap untuk pergi ke kampus, dirinya sarapan terlebih dahulu. Penghuni rumah yang biasanya membuat dirinya muak kini terasa sepi. Mereka semua sudah berangkat sedari pagi. Alice yang hanya seorang diri sambil menikmati makanannya dia melihat grup chat kelasnya. Di sana, mereka sedang di hebohkan oleh berita hari ini. Alice terus membaca seluruh pesan di grup kelas tersebut dan mereka lagi-lagi berkomentar yang sama. Tidak lama kemudian, Alice berangkat ke kampus dengan menaiki bus. Tepat jam 10 pagi, Alice berangkat dari rumahnya karena hari ini kuliah di mulai pukul 11 pagi. Ketika di dalam bus, dirinya melihat banyak sekali orang yang berbicara mengenai sebuah berita. Alice kemudian duduk di samping seorang wanita muda yang juga merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang sama dengan dirinya. Awalnya mereka hanya canggung dan tidak mengobrol sama sekali. Tapi, begitu Alice melihat artikel kampus perempuan itu langsung berkomentar tepat di hadapan Alice.
Hari yang dipenuhi dengan berbagai tragedi. Saat ini, Alice bersama dengan Theresia dan juga Grace sedang menikmati waktu santai mereka di Cafetaria. Mereka sibuk membicarakan hal-hal sehari-hari yang mereka lakukan. Tidak hanya itu saja, mereka juga membicarakan masalah dalam kehidupannya yang akhir-akhir ini membuatnya merasa terganggu. Theresia yang sedang meminum jus apel kemudian di kejutkan dengan tugasnya yang harus segera di kumpulkan malam ini terakhir jam 12 malam. Dirinya kemudian panik dan meminta Alice untuk mengantarnya ke perpusatakaaan. Grace juga akan pergi untuk melaksanakan kuliah lagi. Saat itu pun, mereka langsung bubar dan menuju ke tempat masing-masing. Melihat mereka bertiga sudah meninggalkan Cafetaria, Rona dan Frey memperhatikan mereka yang sudah pergi itu. Tidak lama kemudian mereka berdua mulai membicarakan suatu hal yang berhubungan dengan mereka bertiga. Di sisi lain memang terlihat begitu menyenangkan. Namun, semua itu hanya omong kosong belaka. Grace
Tidak lama kemudian, bus yang mereka naiki sudah sampai di halte. Di sana, mereka berdua langsung turun dan kemudian berjalan sedikit ke arah sebelah tenggara. Di sana, banyak juga orang yang datang. pameran yang diadakan di sebuah musium yang merupakan musium seni terbesar di kota ini. Menurut beberapa kabar, seniman yang selalu melakukan pameran di tempat ini tidak lain adalah mereka yang sudah terkenal. Karyanya yang menjadikan semua orang jatuh cinta membuatnya di kenal banyak orang. Theresia dan Alice yang penasaran akan hal itu mereka langsung mendatangi tempat ini begitu mendapatkan tiket melalui online. Antriannya lumayan panjang sehingga mereka berdua harus menunggu selama 10 menit. Orang-orang yang datang banyak dari mereka yang terlihat seperti anak seni. Karena penampilan mereka yang mencolok dan juga cukup intens. Setelah menunggu selama itu, mereka berdua akhirnya memasuki ruangan musium. Begitu masuk, ruangan sudah di penuhi banyak pengunjung. Mereka semua terlihat an
Mereka berdua memasuki sebuah restoran yang ternyata adalah tempat khusus sup. Tidak peduli dengan menunya dan mereka langsung duduk begitu memasuki tempat itu. Pelayan kemudian datang ke arah mereka untuk menawarkan menu. Dengan cepat Alice memesan menu yang sering di pesan oleh orang di tempat ini. Theresia tentu saja mengikutinya. Mereka berdua kemudian menunggu makanan datang. Sambil menunggu makanannya, mereka berdua memeriksa ponselnya. Di sana, teman-teman sekelasnya sedang di hebohkan oleh berita yang baru saja di upload oleh komunitas wartawan. Berita tersebut ada hubungannya dengan yang sebelumnya. Dalam forum yang hanya bisa di akses oleh anak perguruan tinggi itu saja. Mereka semua berkomentar hingga memenuhi forum. “Apa-apan ini?” ucap Alice “Mereka mulai lagi. apa tidak ada yang menarik selain menyebarkan ini?” “Tunggu dulu, sepertinya ini memang sungguhan.” “Jika sudah diposting seperti ini tentu saja ini sungguhan. Bagaimana mungkin it
Alice yang melewati tempat itu, kemudian dia sampai di depan rumahnya. Dengan perlahan memasukinya. Ketika Alice membukakan pintunya, di sana Antonio sudah menunggunya di ruang tamu sambil bermain game. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan menagih permintaannya itu. “Mana pesananku?” ucap Antonio “Ini,” sahut Alice sambil memberikan pesanannya. Alice langsung pergi ke kamarnya. “Kerja yang bagus.” Dia membiarkan Antonio di sana sendirian. Sesampainya di kamar, Alice langsung berganti pakaian dan kemudian mencuci wajahnya. Di saat itu pula, Alice langsung memandangi cermin kamar mandi dan menghela nafas panjang. Rasa lelah yang bertumpuk dalam tubuhnya membuat dirinya kemudian tertidur dengan pulas begitu sampai di tempat tidurnya. Dan pada ke esokan harinya, Alice terbangun di pagi hari dan mulai merapikan tempat tidurnya di susul dengan pekerjaan rumah lainnya yang hanya di kerjakan oleh dirinya. Setiap pagi Alice memang selalu menderita. Ketika se
Tiba-tiba saja Alice teringat akan malam itu. Dimana Theresia terlihat begitu stres setelah mendapat panggilan dari orang itu. Dari sana, Alice langsung menyimpulkan sesuatu. Selama mengenalnya memang Theresia memiliki kemiripan dengannya namun, tidak pernah mengatakan sekalipun di mana keberadaan keluarganya. Dia hanya mengatakan bahwa rumahnya berada di alamat yang selumnya mereka berdua datangi. Kali ini sangat rumit dan membuat Alice merasa bersalah kepada dirinya dan tidak mencoba untuk meringankan bebannya. Grace yang melihat Alice dengan wajah seperti itu membuat dirinya juga ikut cemas. Di samping itu, hari sudah mulai gelap. Awan mendung terlihat di langit pertanda akan turun hujan. Dan benar saja, tidak lama kemudian turun hujan deras di kota ini. Seakan langit baru saja menangis. “Hujan,” ucap Grace “Kita terjebak di sini.” Di jalan pinggiran kota, seorang gadis sedang berada di sana seorang diri. Di bawah derasnya hujan dia berjalan menyusuri seki