Share

Bab 6

Alice dan Theresia masih berada di perpustakaan bahkan sampai sore hari. Tugas yang mereka kerjakan akhirnya selesai juga. Setelah itu, Alice membereskan semua buku-buku yang di bawanya beserta buku catatannya. Mereka berdua kemudian pergi dari perpustakaan untuk pulang. Namun, sebelum pulang Theresia mengajaknya untuk pergi makan sup usus kuah pedas yang menjadi makanan kesukaannya. Alice pun mengangguk pertanda menyetujui ajakannya. Mereka berdua berjalan di sekitar wilayan itu dan kemudian menemukan restoran yang menyajikan berbagai macam sup usus. Theresia dengan semangat datang memasuki tempat tersebut. Alice juga memasukinya sambil melihat-lihat meja yang kosong. Begitu mereka berdua sampai di dalam restoran, sayangnya meja yang ada di tengah semuanya penuh. Ketika nyaris kecewa, ada dua orang yang baru saja menyelesaikan makannya. Kedua orang itu kemudian langsung pergi ke kasir untuk membayar makanannya. Melihat hal itu, Theresia langsung mengajak Alice untuk duduk di meja itu. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri mereka berdua sambil membersihkan mangkuk bekas orang yang tadi makan. Setelah itu mereka berdua memutuskan untuk memesan menu makanan. Theresia yang merekomendasikan sup usus kuah pedas langsung di setujui oleh Alice.

“Permisi,” ucap Theresia. Tidak lama kemudian seorang pelayan datang menghampirinya.

“Kami pesan 2 sup usus kuah pedas lengkap.”

“Baik, Di tunggu ya.”

“Iya.”

Setelah selesai memesan makanan, mereka berdua mulai mengobrol sambil menunggu menu makanan datang. obrolan mereka cukup pelan di bandingkan dengan orang-orang yang ada di sana.

“Apa rencanamu musim panas ini?” tanya Theresia kepada Alice.

“Sepertinya aku akan pergi ke tempat yang jauh dari peradaban.”

“Kau akan pergi kemana? Hutan? Gunung? Laut?”

“Entahlah. Yang jelas jauh sekali dari rumah.”

“Bagaimana kalau kita berkemah?”

“Apa?”

“Kebetulan beberapa temanku juga mengajakku berkemah. Apa kau akan ikut?”

“Akan ku pertimbangkan.”

“Kau harus ikut okay. Kau tahu kenapa?”

“Memangnya kenapa?”

“Aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Hanya satu orang saja yang dekat denganku. Karena itu kau juga harus ikut.”

“Ah, dasar kau ini. Memangnya siapa mereka?”

“Itu anak jurusan management.”

“Sejak kapan kau bergaul dengan mereka?”

“Sejak temanku Maria memperkenalkan temannya padaku. Meski kenyataannya aku tidak terlalu dekat dengan mereka.”

“Ternyata kau cukup buruk juga ya dalam bersosialisasi.”

“Hey, kau yang jauh lebih buruk. anak independent. Eh, tapi itu menurutku jauh lebih baik walau kadang mungkin merasa kesepian dan menjadi cibiran orang lain. bagaimana menurutmu?”

“Kau tidak perlu bertanya. Sudah jelas aku sangat nyaman.”

“Sudah ku duga.”

“Ini pesanannya,” ucap pelayan yang membawakan makanan mereka.

“Terimakasih,” sahut Alice

Begitu makanannya datang, mereka berdua langsung menikmati makanannya. Sup usus memang cukup populer belakangan ini karenanya banyak sekali orang yang datang ke restoran ini. Mereka yang datang dari berbagai kalangan usia. Memang menyegarkan menikmati makanan panas di tengah cuaca dingin kota ini. Alice dengan santai menikmati makanannya sampai tidak sadar sudah mau habis.

“Bagamana menurutmu? Apa enak?” tanya Theresia

“Iya. Ini enak.”

“Nanti akan ku rekomendasikan makanan yang tidak kalah enak dari ini.”

“Iya-iya terserah kau saja.”

“Oh iya, setelah ini apa kau mau pergi ke cafe?”

“Eh?”

“Ayolah. Ada kopi yang ingin ku beli. Akan ku traktir bagaimana?”

“Yasudah jika kau memaksa.”

“Oke.”

Mereka berdua selesai makan dan kemudian membayar ke kasir. Alice yang terus melihat sekitar membuatnya sedikit merasa tidak nyaman karena banyaknya orang dan membuat dirinya pusing. Setelah selesai membayar, mereka berdua pergi dari sana dan menuju ke sebuah kedai kopi. Ketika Alice memasuki tempat itu, dirinya melihat suasana yang tenang dan damai. Tidak banyak orang yang datang ke sana membuat dirinya dalam sekejap merasa bersemangat. Theresia kemudian memesan ice latte bersama dengan Alice. Mereka berdua duduk di kursi yang dekat dengan jendela sehingga dapat melihat pemandangan malam kota ini. Sekilas memang terlihat indah tapi, di luar sana hanya kegelapan yang menyelimuti bersamaan dengan cuaca dingin. meski di luar dingin, mereka berdua malah memesan ice cofee.

“Sudah lama sekali aku tidak datang kemari,” ucap Theresia

“Rupanya kau pelanggan setia tempat ini ya.”

“Tidak seperti itu. Justru hanya pernah datang sekali saja. Karenanya aku merindukan suasana di sini.”

“Mengerikan.”

“Hey, kau tidak boleh seperti itu. Jangan mengejekku.”

“Memangnya siapa yang mengejekmu.”

“Sebenarnya akhir-akhir ini aku mengalami masalah dengan pacarku. Jadi aku tidak merasa baik-baik saja.”

“Lalu?”

“Ada yang ingin ku ceritakan.”

“Cerita saja. Akan ku dengarkan.”

“Aku merasa dia terlalu mengabaikanku. Bukan hanya itu, dia juga tidak lagi mengabariku dengan manis seperti biasanya. Karena itu kemarin aku datang ke bar untuk minum bersama temanku dan mencoba terlihat baik-baik saja. Tidak sengaja aku bertemu denganya.”

“Lalu setelah itu bagaimana?”

“Dia hanya memandangiku seperti tidak terjadi apa-apa. yang lebih parahnya lagi dia mengatakan diriku terlalu kekanakan.”

“Merepotkan juga.”

“Bagaimana? apa ada yang salah denganku? Salahnya di mana? Astaga ini membuatku gila.”

“Aku tidak bisa memberikan saran padamu. Maaf saja.”

“Iya. Aku sudah tahu. Kau hanya perlu mendengarkanku bercerita. Jika tidak ada yang mendengarkan aku bisa gila.”

Hari sudah semakin malam, mereka berdua akhirnya meninggalkan cafee dan pergi pulang ke rumah masing-masing. Alice dan Theresia pulang ke arah yang berlawanan. Di halte bus, Alice duduk sambil mengecek ponselnya dan memikirkan perkataan sepupunya di telepon. Perasaan tidak nyaman langsung muncul begitu saja. Tidak lama kemudian buas datang, Alice langsung memasuki bus. Dirinya duduk di kursi paling belakang sambil mendengarkan musik melalui earphone. Dalam perjalanan pulang, keseharian yang menyenangkan terasa perlahan mulai menghilang. Di bawah kesadaran penuh, dirinya kembali ke dalam penjara kehidupan yang mengerikan. Sesampainya di pemberhentian bus, Alice langsung keluar dan kemudian berjalan melewati gang rumahnya. Sebelum dirinya pulang ke rumah, Alice menyempatkan diri untuk pergi ke minimarket terdekat dan membeli beberapa makanan. Setelah itu, dirinya pulang sambil membawa belanjaannya. Ketika dirinya membuka pintu, penghuni rumah rupanya sudah tertidur. Dengan perlahan mencegah suara berisik, Alice pergi ke kamarnya. Setelah tiba di kamarnya, dia langsung menyalalakan lampu dan berbaring di tempat tidurnya sambil menatap ke arah langit-lagit.

“Hari yang melelahkan,” gumam Alice

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, Alice mulai bersiap untuk tidur. Dan begitu dirinya mematikan lampu kamarnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pesan masuk ke ponselnya. Alice langsung membaca pesan itu yang ternyata berasal dari sepupunya. Kata-kata mengerikan yang tertulis di sana membuat Alice merasa muak. Setelah mematikan ponselnya dia kemudian memutuskan untuk menutup matanya dan pergi ke alam mimpi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status