Alice yang masih mendengarkan curhatan Grace, tetap berada di sana hingga sore hari. Grace memang tidak tanggung-tanggung dalam bercerita. Dia nyaris menghabiskan waktu lama untuk sekedar menceritakan masalah yang sedang di hadapinya. Alice yang sudah yakin dengan tindakannya untuk membantu Grace apa pun yang terjadi. Melihat Alice yang mengulurkan tangan kepadanya membuat Grace seketika menahan haru. Selama ini dirinya hanya hidup seorang diri, terus bertumbuh bahkan sampai nyaris menyerah. Namun, karena mimpinya yang cukup besar tidak membuatnya menyerah begitu saja. Kali ini Alice mengajak Grace untuk pergi BBQ di restoran BBQ yang ada di sekitar pusat kota. Matahari sudah mulai terbenam, mereka berdua kemudian pergi ke restoran untuk menikmati makannan sekaligus melepaskan beban di pikiran. Sesampainya di sana, rupanya tempatnya sangat ramai. Alice dan Grace duduk di kursi yang delat dengan dinding. Tidak lama kemudian, seorang pelayan datang menghampiri mereka berdua.
“
Hari ini Alice setelah bersiap untuk pergi ke kampus, dirinya sarapan terlebih dahulu. Penghuni rumah yang biasanya membuat dirinya muak kini terasa sepi. Mereka semua sudah berangkat sedari pagi. Alice yang hanya seorang diri sambil menikmati makanannya dia melihat grup chat kelasnya. Di sana, mereka sedang di hebohkan oleh berita hari ini. Alice terus membaca seluruh pesan di grup kelas tersebut dan mereka lagi-lagi berkomentar yang sama. Tidak lama kemudian, Alice berangkat ke kampus dengan menaiki bus. Tepat jam 10 pagi, Alice berangkat dari rumahnya karena hari ini kuliah di mulai pukul 11 pagi. Ketika di dalam bus, dirinya melihat banyak sekali orang yang berbicara mengenai sebuah berita. Alice kemudian duduk di samping seorang wanita muda yang juga merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang sama dengan dirinya. Awalnya mereka hanya canggung dan tidak mengobrol sama sekali. Tapi, begitu Alice melihat artikel kampus perempuan itu langsung berkomentar tepat di hadapan Alice.
Hari yang dipenuhi dengan berbagai tragedi. Saat ini, Alice bersama dengan Theresia dan juga Grace sedang menikmati waktu santai mereka di Cafetaria. Mereka sibuk membicarakan hal-hal sehari-hari yang mereka lakukan. Tidak hanya itu saja, mereka juga membicarakan masalah dalam kehidupannya yang akhir-akhir ini membuatnya merasa terganggu. Theresia yang sedang meminum jus apel kemudian di kejutkan dengan tugasnya yang harus segera di kumpulkan malam ini terakhir jam 12 malam. Dirinya kemudian panik dan meminta Alice untuk mengantarnya ke perpusatakaaan. Grace juga akan pergi untuk melaksanakan kuliah lagi. Saat itu pun, mereka langsung bubar dan menuju ke tempat masing-masing. Melihat mereka bertiga sudah meninggalkan Cafetaria, Rona dan Frey memperhatikan mereka yang sudah pergi itu. Tidak lama kemudian mereka berdua mulai membicarakan suatu hal yang berhubungan dengan mereka bertiga. Di sisi lain memang terlihat begitu menyenangkan. Namun, semua itu hanya omong kosong belaka. Grace
Tidak lama kemudian, bus yang mereka naiki sudah sampai di halte. Di sana, mereka berdua langsung turun dan kemudian berjalan sedikit ke arah sebelah tenggara. Di sana, banyak juga orang yang datang. pameran yang diadakan di sebuah musium yang merupakan musium seni terbesar di kota ini. Menurut beberapa kabar, seniman yang selalu melakukan pameran di tempat ini tidak lain adalah mereka yang sudah terkenal. Karyanya yang menjadikan semua orang jatuh cinta membuatnya di kenal banyak orang. Theresia dan Alice yang penasaran akan hal itu mereka langsung mendatangi tempat ini begitu mendapatkan tiket melalui online. Antriannya lumayan panjang sehingga mereka berdua harus menunggu selama 10 menit. Orang-orang yang datang banyak dari mereka yang terlihat seperti anak seni. Karena penampilan mereka yang mencolok dan juga cukup intens. Setelah menunggu selama itu, mereka berdua akhirnya memasuki ruangan musium. Begitu masuk, ruangan sudah di penuhi banyak pengunjung. Mereka semua terlihat an
Mereka berdua memasuki sebuah restoran yang ternyata adalah tempat khusus sup. Tidak peduli dengan menunya dan mereka langsung duduk begitu memasuki tempat itu. Pelayan kemudian datang ke arah mereka untuk menawarkan menu. Dengan cepat Alice memesan menu yang sering di pesan oleh orang di tempat ini. Theresia tentu saja mengikutinya. Mereka berdua kemudian menunggu makanan datang. Sambil menunggu makanannya, mereka berdua memeriksa ponselnya. Di sana, teman-teman sekelasnya sedang di hebohkan oleh berita yang baru saja di upload oleh komunitas wartawan. Berita tersebut ada hubungannya dengan yang sebelumnya. Dalam forum yang hanya bisa di akses oleh anak perguruan tinggi itu saja. Mereka semua berkomentar hingga memenuhi forum. “Apa-apan ini?” ucap Alice “Mereka mulai lagi. apa tidak ada yang menarik selain menyebarkan ini?” “Tunggu dulu, sepertinya ini memang sungguhan.” “Jika sudah diposting seperti ini tentu saja ini sungguhan. Bagaimana mungkin it
Alice yang melewati tempat itu, kemudian dia sampai di depan rumahnya. Dengan perlahan memasukinya. Ketika Alice membukakan pintunya, di sana Antonio sudah menunggunya di ruang tamu sambil bermain game. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan menagih permintaannya itu. “Mana pesananku?” ucap Antonio “Ini,” sahut Alice sambil memberikan pesanannya. Alice langsung pergi ke kamarnya. “Kerja yang bagus.” Dia membiarkan Antonio di sana sendirian. Sesampainya di kamar, Alice langsung berganti pakaian dan kemudian mencuci wajahnya. Di saat itu pula, Alice langsung memandangi cermin kamar mandi dan menghela nafas panjang. Rasa lelah yang bertumpuk dalam tubuhnya membuat dirinya kemudian tertidur dengan pulas begitu sampai di tempat tidurnya. Dan pada ke esokan harinya, Alice terbangun di pagi hari dan mulai merapikan tempat tidurnya di susul dengan pekerjaan rumah lainnya yang hanya di kerjakan oleh dirinya. Setiap pagi Alice memang selalu menderita. Ketika se
Tiba-tiba saja Alice teringat akan malam itu. Dimana Theresia terlihat begitu stres setelah mendapat panggilan dari orang itu. Dari sana, Alice langsung menyimpulkan sesuatu. Selama mengenalnya memang Theresia memiliki kemiripan dengannya namun, tidak pernah mengatakan sekalipun di mana keberadaan keluarganya. Dia hanya mengatakan bahwa rumahnya berada di alamat yang selumnya mereka berdua datangi. Kali ini sangat rumit dan membuat Alice merasa bersalah kepada dirinya dan tidak mencoba untuk meringankan bebannya. Grace yang melihat Alice dengan wajah seperti itu membuat dirinya juga ikut cemas. Di samping itu, hari sudah mulai gelap. Awan mendung terlihat di langit pertanda akan turun hujan. Dan benar saja, tidak lama kemudian turun hujan deras di kota ini. Seakan langit baru saja menangis. “Hujan,” ucap Grace “Kita terjebak di sini.” Di jalan pinggiran kota, seorang gadis sedang berada di sana seorang diri. Di bawah derasnya hujan dia berjalan menyusuri seki
“Kesimpulan macam apa itu.” “Bukankah memang biasanya begitu. Jika seseorang mengalami hal buruk maka dia akan menghindari pergaulan sosial dengan kata lain lebih memilih sendiri dan mulai melakukan pengobatan.” “Tidak semuanya bisa disimpulkan seperti itu. aku juga tidak mengerti. Jujur saja ini terbilang membuatku panik. Tidak mungkin jika dia memilih menghilang hanya karena suatu alasan. Apa kau tidak berpikir begitu?” “Benar juga. Tapi tidak menutup kemungkinan jika apa di alaminya saat ini sangat menyakitkan. Itu bisa dibayangkan seperti dihantui mimpi buruk. memang semua orang ada fasenya namun, sebagai teman apa kita hanya akan berdiam diri dan menontonnya saja? Bukankah itu terlalu kejam?” “Ternyata kita satu pemikiran.” “Sudah ku duga. Bagaimana pun juga kita harus menemuinya.” “Iya. Kau benar. dan masalahnya masih belum ada solusi.” “Apa sebelumnya tetangganya jujur tidak tahu kemana mereka pindah? Rasanya tidak mungk
Setelah pergi dari ruangan itu, mereka berdua kemudian hendak pergi ke suatu tempat. Namun, begitu mereka akan pergi tiba-tiba saja Adeline menghampiri mereka berdua. Dia datang seorang diri. Tidak biasanya orang seperti dirinya mendatangi mereka berdua. Biasanya Adeline selalu di sibukan dengan kegiatannya sehingga tidak waktu luang. Wajahnya yang terlihat seakan memperlihatkan tanda tanya besar membuat mereka berdua yang ada di hadapannya menjadi heran. “Alice. Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Adeline “Iya tentu saja.” “Grace, tunggulah di sini, aku akan segera kembali.” “Okay,” sahut Grace Mereka berdua kemudian pergi ke suatu tempat. Di dekat sebuah koridor lantai tiga. Mereka berdua di sana mulai mengobrol. “Ada apa?” tanya Alice “Apa kau tahu mengenai Janette?” “Apa?” “Bukan bermaksud apa-apa. aku hanya ingin mengetahui sesuatu dari sudut pandangmu. Jika kau berkenan tentunya.” “Kau tidak seda