Share

Pahit Lidah

Aku memberikan HP pada Ayah, Ayah menghentikan makannya lalu mengajakku keluar dari ruangan.

"Bang, Abang ke Jakarta mau nasehatin Ucok, malah ikut-ikutan!" kata Mamak.

"Dek, dengarkan dulu, gini ceritanya. ..."

"Bagaimana?"

"Lihat dulu kemari, Dek, jangan marah-marah gitu," kata Ayah.

"Hmmm, aku mendengarkan,"

"Si Ucok ini kelemahannya kan cewek cantik, jadi dia mau pergi sama cewek cantik, pilihan Abang apa coba, Dek, melarang atau membiarkan? Jika dilarang, taulah kau anak kita, Dek, sudah merasa dewasa, kalau dibiarkan, mana bisa hati tenang anak kita lemah di depan cewek cantik, jadi Abang buat pilihan lain, ikut sebagai pengawal, menjaga anak kita," kata ayah.

"Ohhh, gitu, Bang," kata Mamak.

"Iya, Dek, Jakarta ini keras, Dek, anak kita lemah di cewek, sementara Jakarta ini banyak ceweknya," kata Ayah lagi.

"Jadi bagaimana, Bang, kita suruh dia berhenti kuliah saja?' tanya mamak.

"Rumit, Dek, sementara Ucok sudah merasa dewasa,"

"Jadi. ...,"

"Begini, Dek, Abang ras
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (42)
goodnovel comment avatar
Nur Hayatie
semoga omongan nia yg ini gak terkabul kasihan jg kalo bang parlin mati ,apa lg kalo dimakamnin disamping makam rara bisa senang banget tuh sirara,tp kalo omongan nia gak terkabul ucok msh tetap songong tuh, gak percaya sm omongan mamaknya yg sering jd kenyataan
goodnovel comment avatar
Nur Hayatie
semakin ucok dewasa semakin gak suka sm sifat ucok selalu lemah sm wanita cantik, mulai bisa membantah ortu, bang parlin hrs nya bisa bersikap tegas terhadap ucok malah ngikut ucok, yg normal dari dulu tetap bu nia dan butet
goodnovel comment avatar
Sri Sepiari
iya dong masa bu nia nggak dewasa"kenangan ada yg buat seseorang nggak bisa melupakan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status