Share

Bab 5

"Na, lo gak laper?" tanya Langit sambil matanya menelisik mencari tukang jualan.

"Hem, sedikit sih. Tapi gue masih pengen disini," kata Celena.

"Ya udah, lo disini dulu biar gue uang cariin makanan sama minum. Ingat jangan kemana mana!" ucap Langit.

"Iye iye bawel lo ah!" kata Celena lalu ia kembali bermain dengan ombak.

Celena fokus menulis dan menggambar sesuatu di pasir, walau setelahnya itu akan terhapus ombak namun ia begitu menikmatinya.

"Huh, andai saja ada Celine," gumam Celena pelan.

Setengah jam setelah kepergian Langit, Celena akhirnya mulai lelah dan ia putuskan untuk mencari Langit.

Saat Celena berjalan mencari dirinya tidak sengaja tertabrak oleh dada bidang seseorang.

Brug!

"Awwhhh," keluh Celena yang merasakan perih di telapak tangannya.

"Lo kalau jalan bisa pakai mata gak sih!" bentak seorang pria yang suara nya begitu tidak asing di telinga Celena.

"Woahh Takdir apalagi ini, kenapa aku selalu sial bertemu cowok gila seperti mu!" seru Celena lalu ia berusaha bangkit namun kaki nya terasa sangat sakit.

"Sayang, kamu kok gitu sih!" ucap Felly kesal karena menurutnya Vier begitu kasar.

"Maaf ya mbak, pacar saya memang tadi lupa minum obat makanya begitu, maafin dia ya," ujar Felly tidak enak hati dan membantu Celena untuk bangun.

"Sayang!" seru Vier menatap tak suka pada Felly.

"Mbak, anda cantik loh, baik hati dan lembut. Mengapa anda mau pacaran sama orang gila? Aku yakin, di luar sana banyak yang lebih waras yang mencintai anda," ucap Celena kepada Felly.

"Kau!" pekik Vier begitu marah dan menunjuk wajah Celena dengan jari telunjuknya.

"Apa?" tantang Celena sambil berkacak pinggang.

"Dia sebenernya baik kok mbak," ujar Felly terkekeh mendengar ucapan Celena.

"Percuma baik kalau cuma di depan mbak saja, saya doain semoga mbak bisa segera sadar dan menemukan cinta sejatinya, karena menurut saya mbak tidak cocok bersanding dengan pria gila sepertinya!" kata Celena lalu ia berjalan pergi meninggalkan Vier yang tengah menatapnya kesal sedangkan Felly hanya terkekeh.

"Kalau di pikir pikir benar juga ya? Kenapa aku mau dengan cowok gila sepertimu?" tanya Felly tersenyum meledek Vier.

"Ahhh mood ku hilang gara gara cewek gila itu!" ucap Vier lalu ia segera mengajak Felly pulang.

"Sayang, kamu merajuk?" tanya Felly tertawa.

"Eh tapi kamu di katain cowok gila, dan kamu ngatain dia cewek gila, jangan jangan kalian jodoh lagi karena sama sama gila hahhaha," ucap Felly bercanda, namun Vier langsung menghentikan langkahnya dan menatap Felly dengan tatapan yang sulit di artikan.

'Hahaha baiklah, mari kita buktikan! Bila kita bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan tanpa di sengaja, berarti memang kita berjodoh!'

Javier tiba tiba teringat tentang ucapannya tempo hari saat bertemu dengan Celena di bandara.

Dan entah mengapa memikirkan itu membuat jantungnya berdebar begitu kencang, sedangkan Felly masih tertawa karena menurutnya lucu.

🍁🍁🍁

Hari demi hari berlalu begitu cepat, Celena juga sudah dua hari kembali ke Jerman. Kini dirinya tengah fokus untuk mencari tempat magang untuknya.

"Aska, bantuin gue," kata Celena, saat ini dirinya Tenga berada di kantor milik sepupunya untuk meminta bantuan.

"Kenapa tidak disini saja si Na?" tanya Aska.

"Gak mau! Disini nanti yang ada nilai ku bagus karena ini kantor kamu. Aku mau jalan dengan kakiku sendiri Aska, plisss," kata Celena memohon.

"Sama aja ini kamu juga meminta bantuan ku," cibir Aska.

"Hehehe, ya tapi kan cuma bantu cariin kantor aja gak Lebih, selebihnya aku bisa jalan sendiri ayolah plisss," ujar Celena.

Tok ... Tok... Tok...

"Masuk!" ucap Aska.

Ceklek.

"Tuan, Tuan Javier sudah datang dan menunggu di ruang meeting," ujar sekretaris Aska.

"Baiklah, aku akan segera ke sana," kata Aska.

"Kamu tunggulah disini, selesai meeting kita bicara lagi," ucap Aska lalu segera keluar dari ruangannya.

"Huuhh menyebalkan," kata Celena lalu ia segera masuk ke dalam kamar yang berada di ruangan Aska dan menonton drama kesukaan nya.

Sekitar hampir dua jam, Aska dan Javier membicarakan kerja sama di antara mereka, kini sudah saatnya Javier pun berpamitan.

"Hem, ngomong ngomong, saya tidak melihat Anna sekretaris tuan Javier?" tanya Aska.

"Ah iya, dia sudah mengundurkan diri beberapa hari yang lalu," ujar Javier.

"Apakah anda tengah mencari sekretaris baru?" tanya Aska.

"Apakah tuan Aska ada rekomendasi?" ujar Javier.

"Saya hanya sedang mencari perusahaan untuk sepupu saya magang, bila tuan Javier tidak keberatan sepupu saya siap membantu pekerjaan anda," kata Aska.

"Sepupu anda? Mengapa tidak magang disini saja? Saya rasa perusahaan ini justru lebih besar dari perusahaan saya?" tanya Javier mengerutkan dahinya.

"Yah, saya sudah mengatakannya namun ia tidak mau. Dia mau berjalan di atas kakinya sendiri ah tidak taulah dia memang keras kepala," ucap Aska menggelengkan kepalanya.

"Hemm, sepertinya dia pekerja keras, kalau begitu bisakah dia besok datang ke kantor saya?" tanya Javier.

"Oh tentu Tuan, saya akan memberitahu sepupu Saya agar besok ia datang ke perusahaan anda!" ucap Aska senang.

🍁🍁🍁

Seperti yang di katakan oleh Aska kemarin, hari ini Celena mendatangi perusahaan J&C group.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Tuan Javier ada?" ucap Celena bertanya kepada resepsionis.

"Apakah sudah membuat janji?" tanyanya.

"Sudah, tolong katakan bahwa saya sepupu tuan Aska dan Arkana grup," ucap Celena.

"Baik lah, silahkan tunggu sebentar," ujar nya lalu ia menelfon sekretaris Javier untuk konfirmasi.

Setelah memastikan benar, resepsionis tersebut mengantarkan Celena sampai ke ruangan Javier.

Tok.. Tok... Tok...

"Masuk!" ucap Javier dari dalam ruangan.

"Silahkan masuk Nona, saya hanya bisa mengantar sampai sini," ucapnya lalu ia pergi.

Celena membuka pintu itu dengan perlahan, ia tidak tau mengapa jantung nya berdegup begitu kencang.

Deg!

Mata Celena membola dengan sempurna kala melihat sosok Javier yang tengah fokus mengerjakan pekerjaan nya.

Baru Celena akan berbalik pergi, namun tiba tiba suara bariton Javier seketika menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?" tanya Javier dingin.

"Ma—mau pulang! Ma—maaf saya tidak jadi melamar disini," ucap Celena terbata.

"Tapi cv kamu sudah ada di tangan saya, dan nasib nilai kamu ada di tangan saya," ujar Javier tersenyum miring.

"Sepertinya kau sengaja melakukan ini untuk mengancam ku iyakan!" sentak Celena kesal.

"Maybe," jawab Javier santai.

"Sekarang kau resmi jadi sekretaris magang ku, dan kau harus mengikuti semua ucapan ku," ucap Javier.

"Dasar cowok gila ngeselin, nyebelin!" pekik Celena.

"Terserah apa katamu, sekarang kau silahkan ke mejamu, dan pelajari semua pekerjaan mu," ucap Javier dingin.

"Sabar, sabar sabar ... Tenang Lena, orang sabar di sayang Tuhan. Berdoa saja semoga Tuhan memberikan sedikit hati kepada orang gila tersebut," gerutu Celena sambil berjalan keluar ruangan.

"Awas saja kau nanti cewek gila!" umpat Javier menatap tajam punggung Celena yang Kini sudah tak terlihat lagi.

"Hay Celena, perkenalkan namaku Herry. Aku asisten pribadi si Bos, kamu bisa tanyakan apapun padaku kalau ada yang tidak kamu tau," ujar Herry.

"Ah iya, terimakasih. Memang sepertinya aku masih harus banyak belajar," ujar Celena frustasi karena ternyata bos gilanya memberikan pekerjaan yang di luar batas nya.

"Apa yang kamu bingung kan?" tanya Herry saat melihat wajah Celena yang seperti orang kebingungan.

"Yang ini, ini juga sama yang ini," ujar Celena memberikan beberapa map kepada Herry.

Herry pun akhirnya membimbing Celena dengan penuh kesabaran. Sungguh hal itu membuat Celena sedikit terpukau akan sosok asisten tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status