Share

JAVIER (Cintai Aku, Suamiku)
JAVIER (Cintai Aku, Suamiku)
Author: Mommy_Ar

Bab 1

Di duga rem blong, sebuah mobil mewah terjatuh ke dasar jurang. Di temukan dua penumpang yang sudah tak sadarkan diri di dalam mobil yang nyaris terbakar tersebut.

Namun, kemungkinan besar salah satu di antara nya tidak selamat, sedangkan satu korban lain nya di nyatakan koma.

Hingga saat ini polisi masih menyelidiki kepastian akibat kecelakaan tersebut.

Braaakkk!

Mendengar suara berita mancanegara tersebut, seorang pria dengan paras tampan dan menawan langsung membanting remot dan bergegas menuju bandara.

Javier Athaya Pranata, laki laki berumur 25 tahun. Seorang CEO muda J corporation.

Ia menjadi pengusaha termuda dan tersukses di kalangan bisnis.

Dengan langkah terburu buru ia berjalan menuju mobil nya sambil terus menghubungi orang tua nya.

Tuuutttt . . . . tuuuutttt . . .. .

"Shittt!" umpat nya karena semua nomor orang tua nya dan juga saudara nya tidak ada yang menanggapi panggilan nya.

Drrtt... Drttt... Drrtt....

Hanphone nya bergetar saat ia baru sampai di bandara, ia pikir bahwa orang tua nya lah yang menghubungi namun ternyata ia salah. Sebuah nomor yang selalu bisa menenangkan hatinya.

"Hallo," jawab Javier saat mengangkat telfon tersebut.

"Yank, kamu jadi jemput aku?" tanya seorang gadis yang selama ini menemani hari hari Javier.

"Maaf Sayang, aku sedang ada masalah dan sekarang aku akan ke Jerman, sorry," ucap Javier lemah.

"Ada apa Yank? Apakah ada masalah? Katakan?" tanya nya dengan nada khawatir membuat senyum tersungging di wajah manis laki laki 25 tahun tersebut.

"Doakan semoga tidak terjadi apa apa. Doakan semua baik baik saja," kata Javier tersenyum.

"Hemm baiklah, kabari aku kalau kamu sudah sampai dan kabari aku bila terjadi apa apa dengan mu," ucap nya.

"I love you," kata Javier.

"Love you too Sayang," jawab nya.

Javier menghela napasnya dengan berat kala sudah mematikan panggilan tersebut. Entah mengapa ia merasa aneh akan hubungan nya dengan sang kekasih.

"Bila semua berjalan lancar, sepulang dari Jerman, aku akan segera melamar mu," gumam Javier pelan.

Javier melangkahkan kaki nya dengan perlahan, kala melihat rumah orang tua nya begitu ramai. Perasaan nya semakin tidak karuan kala melihat ternyata ada Oma dan juga Opa nya.

"Mommy," panggil Javier pelan saat melihat orang tua nya tengah menangis tersedu dengan memeluk sebuah bingkai foto.

"javie anak mommy, Javie anak mommy," ucap Jenar semakin terisak kala melihat kedatangan Javier.

"Kamu selamat Nak? Kamu baik baik saja hiks hiks," Jenar menelisik seluruh tubuh Javier sambil menangis.

"Mom, ini Vier," ucap Javier pelan.

Javier melirik ke arah samping dimana ada sosok yang tengah terbujur kaku dengan di tutupi kain batik dan putih.

Deg!

Jantung Javier berdetak semakin kencang, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia berharap bahwa saat ini dirinya tengah bermimpi. Ia berharap bahwa ini tidak seperti yang ada di pikiran nya.

"Javie!" teriak Jenar sambil memeluk tubuh Javier dengan terisak.

"Mom," air mata Javier sudah tidak bisa ia bendung lagi. Pertahanan nya luruh, ia tak sanggup menahan nya lagi, dada nya begitu sesak dan sakit.

"Sayang, sudah, ini Vier bukan Javie. Ikhlas kan Sayang, biarkan Javie tenang yah," ucap Arya langsung membawa Jenar ke pelukan nya.

Dengan perlahan, Javier berjalan mendekati jenazah Javie yang tengah di peluk erat oleh Oma Tamara.

"Oma," panggil Javier pelan.

"Javie," ucap Oma Tamara lirih sambil memegang wajah Javier.

"Javier hiks hiks hiks," oma Tamara langsung memeluk Javier dengan erat, begitupun Javier juga langsung membalas pelukan tersebut.

Javier melepaskan pelukan nya dengan Oma Tamara, lalu ia perlahan membuka penutup wajah saudara kembar nya. Wajah yang begitu mirip dengan nya bahkan di antara mereka nyaris tidak ada perbedaan, namun wajah itu kini di penuhi dengan luka lebam dan goresan. Javier tidak menyangka bahwa pertemuan nya dengan Javie satu bulan lalu adalah pertemuan terakhir nya.

"Kenapa lo ninggalin gue secepet ini hah!" kata Javier berusaha menahan isak tangisnya.

"Lo sendiri yang bilang, kita akan terus bersama. Kita akan membahagiakan mommy dan Daddy berdua. Bahkan kita akan melangsungkan pernikahan kita bersama sama. Lo tau gue udah mau melamar Felly, tapi kenapa lo malah kaya gini hah!" pekik Javier pada akhirnya, ia tidak kuat menahan sesak di dada nya.

"Lo lihat sekarang, lo lihat! Mereka semua sayang sama lo, mereka semua nangis gara gara lo! Puas lo buat gue nangis juga hah! Kenapa lo kaya gini hiks hiks," tubuh Javier ambruk memeluk tubuh Javie yang sudah terbujur kaku.

"Vier sudah, jangan seperti itu. Kasian Javie Nak," ujar oma Tamara pelan sambil memeluk tubuh Javier.

"Javie jahat Oma, dia jahat hiks hiks," kata Vier menangis.

Sedangkan Jenar hanya diam menatap kosong ke arah anak anak nya. Yang ia takutkan selama ini terjadi, ia tidak menyangka bahwa Tuhan akan memisahkan nya dengan anak nya secepat ini.

"Mommy sudah berusaha melakukan yang terbaik buat kamu, mommy menyayangi mu Nak, semoga kamu tenang di sana, tunggu Mommy," gumam Jenar pelan dengan tatapan kosong.

Arya tak kalah terpuruk nya dari Jenar, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tegar dan kuat. Walau sebenarnya ia juga sangat ingin menangis.

Setelah rundingan, mereka memutuskan untuk memakamkan Javie di Jerman, tepatnya di makam khusus keluarga Pranata alias orang tua oma Tamara.

Suasana semakin ramai sejak kedatangan anak anak oma Tamara beserta cucu nya. Namun Javier masih tetap diam duduk sambil memeluk foto saudara kembarnya.

"Vier, makan dulu yuk?" bujuk Cara namun Javier masih tetap diam tak bergeming.

"Vier lo harus ikhlas," ujar Farrel juga ikut membujuk.

"Kalian pergilah, gue masih mau nemenin Javie disini," gumam Javier pelan namun masih bisa di dengar oleh Cara dan Farrel.

"Sayang, lebih baik kamu istirahat, kasian dia," ucap Saka sambil mengusap perut Cara.

"Hem, Farrel lo temenin si kunyuk!" kata Cara lalu ia berjalan menuju kamar bersama Saka.

"Cari tau penyebab kecelakaan Javie! Aku tunggu kabar secepatnya!" ucap Javier menelfon seseorang.

"Saya usahakan besok semua siap!" ucapnya tegas dan yakin.

"Baiklah," kata Javier datar lalu ia mematikan sambungan telfon nya.

"Siapa yang lo hubungi?" tanya Farrel.

"Bukan siapa siapa!" jawab Javier datar.

"Oh ya lalu bagaimana kabar orang yang berada satu mobil sama Javie? Apakah itu pacar nya?" tanya Farrel penasaran.

"Entahlah, gue gak tau pasti," jawab Javier menjambak rambutnya frustasi.

"Terus apa lo akan stay disini? Kayaknya mommy Jenar sama Daddy Arya gak bakal balik ke indo untuk saat ini," kata Farrel.

"Justru gue akan suruh Daddy bawa Mommy pulang ke indo, gue gak mau Mommy disini dan terus kepikiran sama Javie. Dan untuk sementara mungkin gue yang akan menghandle kantor disini," ucap Javier.

"Lalu Felly?" tanya Farrel.

"Gue gak tau!" kata Javier frustasi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status