Tiga tahun kemudian, Dona yang telah berusaha menata kembali hatinya kini tampil menjadi seorang Dona yang baru. Penuh semangat dan dendam.
Pukul delapan pagi, Dona berdiri tepat di dekat jendela apartemennya. Kedua netranya menatap sebuah foto yang yang ada di genggaman tangannya. Wajahnya menatap nanar, tak lama kemudian tatapan itu berubah menajam.
“Sayangnya aku tidak bisa membalaskan semua sakit hati ini padamu, Mas!” ucap Dona menggeram. Tangannya yang lain tampak mengepal kuat, jelas menggambarkan betapa hebatnya rasa sakit yang membendung di dalam hatinya.
“Seharusnya kamu merasakan pedih yang aku rasakan atas semua perbuatan bejatmu sebelum mati! Kamu memang sama sekali tidak pernah berubah, begitu egois dan tamak! Aku sudah menemanimu sejak kamu belum memiliki apapun hingga memiliki segalanya namun setelah kamu sukses, dengan mudahnya kamu menghadirkan Jihan di dalam pernikahan kita!”
Tatapan tajam itu kembali berubah menjadi sebuah seringai.
“Aku akan terus menyimpan foto ini sampai aku bisa membalaskan semua dendamku pada kau dan Jihan! Lihatlah wanita gundikmu itu. Wajah cantiknya tidak sepadan dengan kualitas otaknya. Aku hanya merubah sedikit wajahku tapi dia sama sekali tidak menyadari kehadiranku di sekitarnya. Bahkan aku masih memakai namaku sendiri.”
“Akan aku ambil hal apapun yang kamubanggakan di dalam hidupmu, Jihan. Karirmu sebagai model telah tergeser dengan kehadiranku. Dan aku juga akan mengambil orang kesayanganmu sama seperti dulu kamu mengambil Mas Jeremy!”
Tiba-tiba suara bel terdengar. Dona sedikit tersentak terkejut karena suara bel itu.
“Siapa yang datang pagi-pagi begini?” gerutu Dona sambil meletakkan foto yang ada di tangannya ke atas meja.
Dilangkahkannya kakinya menuju ke arah pintu kemudian membukanya. Sesosok wanita putih dengan rambut hiutam sebahu tampak berdiri sambil menenteng tas di tangannya.
“Loh kok kamu belum bersiap-siap sih, Don? Syutingnya kan dua jam lagi,” ucap Gina-Manager Dona sambil berjalan masuk ke dalam begitu Dona membukakan pintu untuknya.
Dona menghelakan napasnya. “Lokasi syutingnya kan dekat juga dari sini. Kenapa harus bersiap-siap lebih cepat?”
“Setidaknya kita harus menunjukkan profesionalitas kita dengan datang tepat waktu, Dona. Popularitas kamu sedang menanjak pesat. Apapun yang kamu lakukan sangat disorot.”
“Oke.. oke. Aku siap-siap dulu. Aku hanya tinggal pakai baju saja. Tidak akan lama.”
Dona mulai memilih pakaian yang akan dipakainya. Setelah memakai setelan dengan logo merk ternama asal Paris, Dona dengan lihat memoleskan make up tipis di wajah cantiknya yang akan selalu terlihat cantik meskipun tanpa polesan make up.
“Ayo kita pergi sekarang, Gin,” ajak Dona pada managernyaitu begitu selesai mengoreksi penampilannya.
“Ini foto siapa, Don?” tanya Gina sambil memperlihatkan sebuah foto yang didapatnya dari atas meja.
Dona terkejut melihat foto masa lalunya ada di tangan Gina. Dia terlalu teledor meletakkan foto yang merupakan rahasia terbesarnya itu di sembarangan tempat.
“Foto sepupuku,” jawab Dona sambil mengambil foto itu dari tangan Gina.
“Pantas saja wajahnya sedikit mirip denganmu, Don.”
“Mirip? Apakah sangat terlihat kemiripannya?” Dona menatap serius Gina.
“Sedikit. Jika tidak dilihat secara cermat juga tidak akan ada yang menyadarinya. Tapi karena aku selalu melihat wajahmu setiap hari, jadi aku bisa menyadarinya.”
Dona terdiam kemudian menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Aku mengambil tasku dulu.”
Dengan cepat Dona menyimpan foto rahasianya di tempat yang sangat tersembunyi. Setelah itu, Dona membawa mobilnya menuju ke lokasi syuting bersama dengan Managernya.
Baru sepuluh menit mengendarai mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil tanpa sengaja menabrak mobilnya dari belakang. Dona yang tadi sempat terkejut langsung menghentikan mobilnya dan segera keluar dari dalam mobilnya. Gina dengan cepat mengikutinya dari arah belakang, takut terjadi sesuatu dengan artisnya itu.
“Punya mata nggak sih?” teriak Dona dengan emosi begitu si empunya mobil yang menabraknya keluar dari dalam mobil.
“Maaf, Saya tadi sedang bertelponan dan tidak sengaja menabrak mobilmu yang berjalan lambat di depanku.”
“Don, jangan marah-marah begitu dong. Aku jadi ikutan takut, Don. Kalau kamu mau, kita bisa laporkan saja ke polisi,” bisik Gina yang takut masalahnya semakin rumit dan mengerikan karena melihat amarah Dona yang meledak-ledak.
Dona menghelakan napas sambil melihat ke arah bagian mobilnya yang tadi ditabrak.
“Apa ada yang rusak? Saya akan mengganti berapapun kerugiannya. Atau mau Saya belikan mobil sejenis yang baru?”
Dona spontan menatap ke arah si penabrak mobilnya.
“Siapa nama kamu?”
“Oh iya, perkenalkan nama Saya Aaron. Siapa nama kamu?” tanya Aaron sambil mengulurkan tangannya ke arah Dona.
“Jangan merasa bisa membeli apapun di dunia ini dengan uang, Mas Aaron yang kaya raya. Saya tidak peduli seberapa kayanya kamu, dengan mengemudi sambil menggunakan ponsel, kamu sudah sangat membahayakan keselamatan orang lain!”
Dona membelalakan kedua matanya ke arah Aaron dan mengabaikan uluran tangan Aaron yang sejak tadi menggantung di hadapannya. Dengan kesal dilangkahkannya kakinya kembali masuk ke dalam mobilnya bersama dengan Gina dan melaju pergi meninggalkan Aaron yang masih mematung menatap mobil Dona hingga menghilang.
“Kayaknya aku pernah melihat wajah laki-laki itu deh, Don. Tapi dimana ya? Wajahnya familiar banget pokoknya,” ucap Gina saat mereka sedang di perjalanan.
“Muka ganteng kayak gitu memang pasaran, Gin. Aku udah ketemu ratusan wajah kayak gitu.
“Dia memang ganteng sih, tapi bukan masalah gantengnya, Don. Aku kayak sering melihat wajahnya akhir-akhir ini.”
“Jangan-jangan dia pernah menggoda kamu di sosial media ya? kelihatan sih dari wajahnya rada aroma nakal. Jangan percaya cowok di dunia maya, Gina. Ntar ketipu buaya berbulu kadal!”
“Kadal nggak ada bulu, Dona. Bukan itu. Bentar aku inget-inget dulu.”
Gina tampak berpikir keras beberapa saat. Namun tak lama kemudian tiba-tiba dia menjentikkan jarinya.
“Aku ingat sekarang! Dia pewaris PT Rajawali Sindo! Perusahaan multimedia raksasa di Indonesia. Beritanya sedang heboh di semua media. Gila, tadi kamu habis bentak bos pemilik media hiburan sekaligus production house ternama! Kerja sama dengan mereka impian semua artis, Dona!”
“Perusahaannya yang akan rugi jika tidak mendapuk artis yang sedang naik daun seperti aku.”
“Tapi dia terkenal nakal banget. Semua wanita bertekuk lutut padanya. Setiap malam selalu keluar masuk klub malam elite bersama wanita seksi dan berakhir di sebuah hoter bintang enam.”
“Benar tebakanku. Aku sangat paham wajah-wajah buaya seperti itu.” Dona menyunggingkan senyum tipisnya.
Sementara Aaron yang masih berada di tempat kejadian tabrakan tadi langsung menghubungi orang kepercayaannya.
“Cari tahu pemilik mobil dengan nomor polisi yang sudah saya kirim tadi. Berikan informasi lengkapnya kepadaku secepatnya.”
Aaron segera menutup panggilan teleponnya.
“Wanita itu sangat berani. Belum pernah ada satu wanita pun yang mengabaikanku seperti dia,” gumam Aaron sambil tersenyum.
“Cut!” teriak sutradara, pertanda syuting telah mendapatkan scene yang diinginkan.Doni dan Dona menarik napas lega. Mereka saling melempar senyum manis.“Dona, Doni, luar biasa. Kalian memang pasangan yang sempurna di layar kaca. Chemistry kalian benar-benar menyatu. Seluruh penonton selalu tertipu dengan akting kalian. Seandainya kalian benar-benar pasangan di dunia nyata, pasti seluruh dunia sangat memuja kalian sebagai couple goal. Kalian tidak pernah gagal membawakan apapun peran kalian berdua sejak pertama kali kalian dipasangkan berdua,” puji Hanung, sang sutradara.“Dona benar-benar berbakat dan profesional, Mas. Selain sangat cantik dan sempurna tentunya,” puji Doni pada Dona sambil memandang ke arah Dona dengan pandangan nakal.“Mas Doni terlalu melebihkan. Apalah Dona tanpa Doni. Pesona Mas Doni itu paripurna dan menular,” balas Dona tidak mau kalah.“Apa-apan ini? Kalian saling memuji satu sama lain. Kalian sedang pamer atau apa? Aku telah salah mengambil topik pembicaraa
Aaron berdiri menatap ke arah jendela ruangannya. Kedua matanya menatap jauh ke arah langit yang begitu cerah pagi itu. Batin dan pikirannya melayang ke kejadian kemarin. Wajah cantik wanita yang tanpa sengaja ditabraknya kemarin begitu membekas diingatannya.Lamunannya buyar begitu mendengar suara ketukan pada pintu ruangannya.“Masuk!” perintah Aaron pada seseorang yang berada dibalik pintu ruangannya.Aaron membalikkan tubuhya begitu mendegar suara langkah yang berjalan masuk ke arahnya.“Sudah kamu temukan siapa wanita itu?” tanya Aaron dengan serius.“Sudah, Pak. Ini semua identitas dan foto yang telah kami temukan.”Aaron mengambil beberapa berkas dari tangan sekretarisnya itu.“Kamu tidak salah orang kan? Sudah kamu periksa benar-benar nomor polisi mobil yang saya berikan kemarin?”“Sudah, Pak.” Sekretarisnya menganggukkan kepalanya dengan yakin. “Silahkan bapak cek dulu foto yang ada di dalam, apakah benar dia yang bapak cari.”Aaron membuka berkas itu dan mengambil lembaran f
“Mas kemana semalam? Ada syuting dimana sampai tidak pulang? Bukannya Mas syutingnya sudah selesai?” cecar Jihan begitu Doni masuk ke dalam rumah.“Mas ada meeting sampai larut malam dengan sutradara dan beberapa artis yang akan terlibat dalam project mas selanjutnya. Mas sudah kecapekan jadi Mas memutuskan menginap di hotel tempat kami meeting. Mas ketiduran waktu akan mengabari kamu. Baru ingat pagi ini.”Jihan terdiam sambil menatap suaminya.“Kamu nggak lagi bohong dengan aku kan, Mas? Kamu harus lebih cerdas kalau mau berbohong dengan aku. Aku juga sudah lama berkecimpung di dunia hiburan, Mas.”“Kamu kenapa sih, Sayang? Lagi dapet ya? Dari tadi marah-marah mulu sih.”“Aku tahu bagaimana liarnya wanita di dunia hiburan, Don. Aku tidak mau kamu terpatuk bisa ular betina yang berkeliaran di sekitar kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu. Kamu tahu kan betapa besarnya rasa cintaku padamu?” Jihan menatap dalam kedua manik hitam suaminya dan merangkul dada bidang Doni.Doni tersenyum tip
"Ada tawaran pekerjaan yang menggiurkan untuk kamu, Don," ucap Gina sambil tersenyum. Kedua matanya berbinar sembari berjalan dengan cepat menghampiri Dona yang sedang asyik menyeruput kopinya di balkon apartemennya."Tawaran pekerjaan apa? Jangan bilang tentang naked photoshoot atau semu blue film ya. Gin. Aku sudah pernah mengatakan kalau aku tidak akan mengambil job seperti itu.""Ini bukan job seperti itu, Dona. Aku tidak mungkin mengajukan job seperti itu padamu. Ini job film layar lebar dengan peran aman namun bayaranmu tiga kali lipat dari standar yang sudah kita tetapkan."Dona terkesiap. Wajahnya yang tadi terlihat santai menikmati kopinya berubah menjadi serius menatal manajernya itu. Siapa yang berani membayar tiga kali lipat honor fantastis artis yang sedang naik daun itu?"Siapa yang sanggup membayar honorku tiga kali lipat?" tanya Dona serius. Gina menyunggingkan senyum puasnya karena akhirnya berhasil menyita perhatian Dona."Kamu baru saja bertemu dengannya beberapa h
"Maaf sudah mengganggu waktu sibuk kamu," ucap Aaron begitu duduk bersama dengan Dona di sebuah kafe yang berada tidak jauh dari lokasi syuting Dona."Bisa kita langsung ke inti pembicaraan? Tidak perlu berbasa basi."Aaron tersenyum geli bercampur kagum mendengar respon ketus Dona. Senyum tipis bercampur tatapan tajam merupakan kombinasi yang begitu mempesona di wajah cantik Dona bagi Aaron."Baiklah." Aaron menganggukkan kepalanya. "Saya menerima balasan penawaran kerjasama dari manajer kamu pagi ini, isinya menyatakan bahwa kamu menolak kerjasama itu. Boleh saya tahu alasan kenapa kamu menolaknya?""Aku sedang terikat banyak kontrak kerja saat ini. Mungkin lain kali. Itupun kemungkinannya sangat kecil mengingat banyak mitra bisnis yang berlomba-lomba ingin bekerja sama dengan saya."Gotcha! Kesan sombong dan angkuh. Seharusnya Aaron tersinggung dan muak dengan respon dan kesan arogan yang terang-terangan ditunjukkan oleh Dona. Tapi kenyataannya, Aaron malah semakin tertarik dengan
"Sial! Kenapa Jihan bisa ada di sini?" umpat Doni dengan geram setelah membaca isi pesan yang dikirimkan Jihan padanya."Ada apa, Mas?" "Jihan ada di sini sekarang dan dia melihat mobil Mas terparkir di depan.""Pergilah. Temui dia.""Arghh! Aku muak jika harus mendengar cecara interogasi dari mulutnya. Entah sudah berapa ribu kali aku harus mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama berulang-ulang."Dona tersenyum sambil menyesap minumannya pelan."Dia istrimu, Mas. Pantas dong dia menanyakan segala hal tentang kamu. Akupun pasti akan melakukan hal yang sama jika menjadi dia.""Dia memuakkan, Sayang. Berbeda dengan kamu.""Pergilah. Temui dia dan ajak dia makan siang. Aku akan keluar dari tempat ini diam-diam." Dona mengambil handbagnya kemudian mulai berdiri."Dona..""Its okay, Mas. Aku juga ingin istirahat. Syuting hari ini lumayan menghabiskan tenagaku."Dona melemparkan senyum manisnyabke arah Doni kemudian perlahan keluar dari dalam ruangan privat itu meninggalkan Doni.Dona
"Dia datang hanya untuk menanyakan tentang alasan kenapa kontrak kerjasama yang dia ajukan kamu tolak tadi pagi?" Suara Gina menggema dalam apartemen Dona.Dona menganggukkan kepalanya pelan sambil menyeruput pelan teh lemon hangat di tangannya."Itu artinya dia memang benar-benar serius ingin bekerjasama dengan kamu, Don. Tidak mungkin seorang pemilik perusahaan turun gunung langsung menemui kamu kalau tidak karena hal yang serius.""Aku tidak peduli, Gina. Aku tidak suka dengan caranya yang menggampangkan segala sesuatu dengan uang. Selain itu, aku tidak ingin Doni berpikir yang tidak-tidak antara aku dan laki-laki itu.""Tentang Doni lagi.." Gina menghelakan napasnya dengan kasar. "Doni itu hanya kekasihmu, Dona. Jangan pertaruhkan masa depan karirmu demi seorang laki-laki buaya seperti dia. Sudah punya istri masih aja gatal dengan perempuan lain."Dona tersenyum tipis sambil melihat ke arah managernya itu. Dia dan Doni memang sengaja merahasiakan pernikahan siri mereka dari manage
“Meet and greet? Untuk apa, Sayang?” tanya Doni setengah berbisik saat Dona menelpon siang itu.Doni baru saja terbangun dari tidurnya, langsung tersentak duduk mendengar permintaan dari istri sirinya itu. Pusing akibat semalaman berperang hebat dengan Jihan masih belum hilang, sekarang Dona dengan semangat menambah intensitas nyeri di sekujur isi kepalanya.“Aku mendapat banyak DM di semua sosial mediaku, Mas. Komunitas penggemar kita berdua sangat ingin kita mengadakan meet and greet. Kebetulan bulan ini adalah anniversary sinetron pertama kita sebagai couple yang ketiga. Ayolah, Mas. Aku nggak mau membuat mereka kecewa. Nama besar kita sekarang kan karena loyalitas mereka yang terus aktif mengkampanyekan apapun projek yang kita jalani.”“Tapi hal seperti itu bukan hal yang mudah dilakukan begitu saja, Sayang. Kita harus membicarakannya dengan pihak managemen juga. Pemilihan lokasi dan sistem keamanannya juga harus dipersiapkan dengan matang.”“Iya, Mas. Aku ngerti kok maksudnya. Ak