Saat melihat Darwin secara langsung, Lindsey merasa Darwin lebih tua daripada di foto. Lindsey melihat tangan Darwin yang memegang teko teh bergetar. Dia langsung mengambil teko dan berucap, "Biar aku tuang sendiri saja."Darwin mengangguk dan menyahut, "Oke."Melihat Lindsey menuang teh ke cangkir sampai penuh, Darwin berkata, "Setelah Ferdy menemukanmu, aku tahu dia pasti nggak akan membiarkanmu berhubungan denganku lagi. Aku pikir aku nggak punya kesempatan untuk bertemu denganmu ...."Lindsey menyela, "Kalau bukan karena kamu yang menyokongku waktu itu, aku juga nggak mungkin bisa hidup sampai bertemu dengan kakakku. Aku tetap mengingat kebaikanmu."Mendengar ucapan Lindsey, Darwin melambaikan tangan dan menimpali, "Sebagai kakekmu, sudah seharusnya aku berbuat seperti itu. Kamu nggak usah begitu sungkan."Lindsey tiba-tiba merasa tidak nyaman saat melihat Darwin bersikap seperti kakek yang baik. Dia mengernyit, lalu berujar, "Hari ini aku mencari kamu untuk menanyakan sesuatu. Ken
Malam itu, Diana tidak mendapatkan balasan dari Ferdy. Dia mengira petunjuk darinya belum cukup jelas. Jadi, keesokan paginya dia pergi ke Harbourside Villa. Saat Ferdy turun ke lantai bawah, Diana sudah duduk di depan meja makan sambil menyiapkan sarapan Maura."Kamu sudah bangun?" tanya Diana sembari tersenyum.Ferdy menghampiri meja makan, lalu melirik Maura yang sedang memainkan roti panggangnya. Dia menegur, "Kalau sudah kenyang, main di lantai atas. Jangan memainkan makanan."Maura meletakkan roti panggang di piringnya dengan patuh. Kemudian, dia menarik ujung baju Diana dan berucap, "Tante temani aku main.""Kamu naik sendiri dulu," perintah Ferdy.Diana tahu maksud Ferdy. Dia membujuk Maura, "Tante mau bicara dengan papamu. Sebentar lagi Tante akan temani kamu."Melihat Maura mengangguk, Diana langsung menggendong Maura turun dari kursi dan melihatnya naik ke lantai atas. Diana terkejut setelah menoleh dan bertatapan dengan Ferdy.Ferdy memperingatkan, "Kelak jangan memakai tri
Pada festival musim gugur, cahaya rembulan menghiasi langit malam. Sebelum keluar, Chelsea berjanji kepada Timothy bahwa dia akan pulang lebih awal untuk merayakan hari yang spesial ini. Chelsea yang sudah membuat janji dengan Yunita sampai di klub tepat waktu. Begitu masuk, pelayan mengatakan bahwa malam ini satu klub sudah disewa oleh Keluarga Milano.Chelsea merasa dirinya ditipu oleh Yunita. Dia hendak pergi. Tiba-tiba terdengar suara seseorang. "Kenapa kamu buru-buru pergi?"Chelsea mendongak dan melihat Yunita yang bersandar di pagar balkon sambil memegang gelas anggur. Dia sedang menatap Chelsea seraya tersenyum. Sementara itu, Antoni berdiri di samping Yunita. Antoni tampak berwibawa. Chelsea merasa frustrasi, kenapa dia lupa bahwa dulu Yunita adalah orang kepercayaan Antoni?"Bu Chelsea, aku antar kamu ke lantai atas," ucap pelayan dengan sopan. Dia mempersilakan Chelsea untuk masuk ke klub.Chelsea tahu dirinya sudah terjebak sehingga tidak bisa mundur lagi. Dia terpaksa meng
Yunita membawa Chelsea ke ruang teh. Setelah duduk, Yunita bertanya, "Apa kamu menyalahkanku karena membohongimu datang ke acara Keluarga Milano?""Um," sahut Chelsea.Yunita tertawa dan menimpali, "Bu Chelsea memang orang yang blak-blakan. Aku suka sekali dengan kepribadianmu."Yunita berkecimpung di dunia bisnis sewaktu muda. Dia sering melihat orang-orang yang munafik. Jadi, dia sangat menyukai sifat Chelsea yang selalu bicara terus terang.Yunita memasak air, lalu menjelaskan, "Sejujurnya, Pak Antoni bukan ingin merebut Timothy. Dia hanya ingin mengujimu. Kamu juga tahu Ferdy dan Diana akan menikah. Pak Antoni hanya mengakui Diana sebagai cucu menantunya. Tapi, kamu punya anak sehingga bisa menjadi ancaman untuk pernikahan mereka."Yunita melanjutkan, "Pak Antoni memang menyukai Timothy. Tapi, dia akan melepaskan Timothy demi Diana. Aku dengar, Pak Antoni sudah memberi Ferdy perintah yang nggak boleh diganggu gugat. Ferdy nggak boleh mengakui Timothy."Yunita memandang Chelsea sera
Pria tersebut memiliki tato di tangan. Dia juga memegang tasbih. Chelsea langsung teringat dengan Malcolm. Berkat Malcolm, Chelsea pernah menjalani 10 tahun yang suram. Chelsea merasa dirinya tidak pernah merugikan Zenith atau menyinggung Malcolm. Namun, Malcolm selalu mencari masalah dengan Chelsea.Sekalipun sudah meninggalkan Zenith, Chelsea juga tidak bisa terbebas dari kendali Malcolm. Hope Cloud, kawasan pertambangan ... semuanya adalah ulah Malcolm. Jika orang yang ditulis dalam buku draf Angel adalah Malcolm ....Chelsea merasa cemas. Kalau begitu, masalah antara dia dan Malcolm bukan hanya sebatas keuntungan."Tante!" panggil Maura. Suara Maura membuat Chelsea tersadar dari lamunannya.Sebelum Chelsea sempat merespons, Maura sudah menghambur ke dalam pelukannya dan bertanya, "Tante, apa Timothy juga datang? Aku mau main sama Timothy!"Kemudian, Maura menunjukkan kue di tangannya dan berujar, "Kue ini enak sekali. Aku mau makan sama Timothy."Melihat senyuman Maura yang manis,
"Pak Ferdy, perjamuan akan segera dimulai," ujar seorang pelayan dengan sopan.Mendengar itu, Ferdy akhirnya mengurungkan niatnya untuk menghubungi Lindsey. Dia menyimpan ponselnya, lalu melangkah masuk kembali.Anggur terbaik dan hidangan lezat telah disajikan di atas meja. Sinar rembulan dan angin malam bertiup sepoi-sepoi, turut menyemarakkan acara keluarga yang diadakan di balkon ini. Saat para anggota Keluarga Milano lainnya sudah duduk di tempat masing-masing, Brian dan istrinya baru tiba sambil mendorong kursi roda Theo.Sebelum ini, Theo tidak pernah punya kesempatan untuk makan semeja dengan keluarga besarnya. Sejak dia bisa mengingat, dia selalu sembunyi dan makan di kamarnya sendiri. Jadi, dia merasa sedikit gugup menghadiri acara makan malam Keluarga Milano pertamanya ini.Sharren yang mencetuskan ide agar Theo hadir kali ini. Theo yang sekarang sudah berbeda dari yang dahulu. Bagaimanapun juga, dia adalah anggota Keluarga Milano. Dia tidak seharusnya sembunyi dari Ferdy pa
Pada akhir acara, Maura yang makan kekenyangan tertidur lelap di pelukan Ferdy. Antoni pun membiarkan mereka pulang terlebih dahulu.Ferdy tidak membawa Diana ke Harbourside Villa, tetapi mengantarnya pulang ke rumahnya sendiri. Begitu turun dari mobil yang hangat, Diana langsung menggigil kedinginan.Ferdy berujar dengan suara berat, "Lain kali kenakan pakaian yang lebih hangat kalau keluar di malam hari."Diana melirik jas di tubuh Ferdy, lalu tersenyum pahit dan menyahut, "Aku mengerti." Jika dirinya adalah Chelsea, Ferdy pasti memberikan jasnya, alih-alih sekadar memberikan nasihat yang tidak berguna.Diana menyaksikan mobil Ferdy melaju pergi di tengah tiupan angin malam. Dia memeluk tubuhnya sendiri. Untuk sesaat, dia tidak yakin apakah angin atau hatinya yang lebih dingin.Setelah masuk ke rumah, Diana segera mandi air hangat. Begitu keluar dari kamar mandi, dia melihat ponselnya bergetar di atas meja. Melihat bahwa Sonia yang meneleponnya, Diana langsung menekan tombol jawab da
Di Kediaman Soraya.Waktu sudah lewat tengah malam saat Chelsea kembali ke kamar usai menidurkan Timothy. Dia menghitung perbedaan waktu dalam benaknya, lalu mengambil ponsel. Chelsea membuka sistem rahasia dan menelepon Daisy.Begitu panggilan tersambung, suara Daisy yang dingin dan sedikit kesal terdengar dari ujung telepon, "Kamu masih ingat aku?""Kak Daisy selalu ada di pikiranku kok. Aku cuma takut Kak Daisy sibuk dan terganggu dengan teleponku," balas Chelsea sambil menyengir."Cih! Kalau bukan karena lagi ada masalah, kamu nggak pernah mencariku," ujar Daisy."Aku nggak begitu," elak Chelsea. Mendengar sindiran dalam kata-kata Daisy, dia menebak seseorang diam-diam telah melapor pada wanita itu. Katanya lagi, "Kak Ardi cerita soal kejadian di perbatasan, ya?"Daisy membalas dengan galak, "Siapa lagi? Kalau Ardi nggak kasih tahu, mungkin informasi yang kudengar berikutnya adalah tentang kematianmu.""Kata-kata Kak Daisy masih tetap sadis," kata Chelsea dengan nada tersendat."Ka