Pada akhir acara, Maura yang makan kekenyangan tertidur lelap di pelukan Ferdy. Antoni pun membiarkan mereka pulang terlebih dahulu.Ferdy tidak membawa Diana ke Harbourside Villa, tetapi mengantarnya pulang ke rumahnya sendiri. Begitu turun dari mobil yang hangat, Diana langsung menggigil kedinginan.Ferdy berujar dengan suara berat, "Lain kali kenakan pakaian yang lebih hangat kalau keluar di malam hari."Diana melirik jas di tubuh Ferdy, lalu tersenyum pahit dan menyahut, "Aku mengerti." Jika dirinya adalah Chelsea, Ferdy pasti memberikan jasnya, alih-alih sekadar memberikan nasihat yang tidak berguna.Diana menyaksikan mobil Ferdy melaju pergi di tengah tiupan angin malam. Dia memeluk tubuhnya sendiri. Untuk sesaat, dia tidak yakin apakah angin atau hatinya yang lebih dingin.Setelah masuk ke rumah, Diana segera mandi air hangat. Begitu keluar dari kamar mandi, dia melihat ponselnya bergetar di atas meja. Melihat bahwa Sonia yang meneleponnya, Diana langsung menekan tombol jawab da
Di Kediaman Soraya.Waktu sudah lewat tengah malam saat Chelsea kembali ke kamar usai menidurkan Timothy. Dia menghitung perbedaan waktu dalam benaknya, lalu mengambil ponsel. Chelsea membuka sistem rahasia dan menelepon Daisy.Begitu panggilan tersambung, suara Daisy yang dingin dan sedikit kesal terdengar dari ujung telepon, "Kamu masih ingat aku?""Kak Daisy selalu ada di pikiranku kok. Aku cuma takut Kak Daisy sibuk dan terganggu dengan teleponku," balas Chelsea sambil menyengir."Cih! Kalau bukan karena lagi ada masalah, kamu nggak pernah mencariku," ujar Daisy."Aku nggak begitu," elak Chelsea. Mendengar sindiran dalam kata-kata Daisy, dia menebak seseorang diam-diam telah melapor pada wanita itu. Katanya lagi, "Kak Ardi cerita soal kejadian di perbatasan, ya?"Daisy membalas dengan galak, "Siapa lagi? Kalau Ardi nggak kasih tahu, mungkin informasi yang kudengar berikutnya adalah tentang kematianmu.""Kata-kata Kak Daisy masih tetap sadis," kata Chelsea dengan nada tersendat."Ka
Kendrian menjawab panggilan Chelsea di depan Ferdy. Dia berujar sambil menyunggingkan senyum riang, "Chelsea, ada apa?"Ferdy sontak memandang ponsel Kendrian dengan alis terangkat.Kendrian berjalan keluar dari lift dan sengaja berhenti di depan Ferdy. Dia membalas ucapan Chelsea di ponselnya sambil tersenyum, "Boleh. Kapan aku pernah menolak untuk membantumu? Sama-sama, kita sudah nggak perlu sungkan pada satu sama lain. Ya, setelah masalahnya beres, kamu bisa mentraktir aku makan."Di ujung telepon, Chelsea merasa ada yang aneh dari kata-kata Kendrian. Mengapa nada bicara pria itu terdengar ganjil? Dia sepertinya sangat puas.Chelsea tidak memusingkannya lebih jauh. Setelah menyampaikan permintaannya, dia mematikan panggilan dan meremas ponselnya dalam diam.Kendrian adalah ahli di dalam bidang teknologi informasi. Dia seharusnya bisa membantu Chelsea menyelidiki jejak Malcolm.Usai menyimpan ponselnya, Kendrian bertanya penuh arti, "Pak Ferdy, kamu nggak ke sini untuk menemuiku, 'k
Kala itu, sebelum Christy dikurung di ruang bawah tanah oleh Anissa, dia pernah meminta bantuan pada Darwin. Namun, Darwin yang lebih mementingkan kehormatan keluarga memilih untuk mengantar Christy kembali ke Kediaman Milano. Tidak lama kemudian, Christy meninggal karena kesulitan persalinan.Darwin terus mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Christy. Namun, kenyataan membuktikan bahwa putrinya sendiri tidak lebih berharga dari kehormatan dan kepentingan Keluarga Amelia.Sebenarnya Ferdy tidak ingin menceritakan kisah silam kejam ini pada Lindsey. Namun, jika dia tetap bungkam, takutnya Lindsey malah akan menjadi pion Darwin yang berikutnya.Setelah mendengarkan penjelasan Ferdy, Lindsey terdiam lama di sofa. Ferdy menatapnya, lalu berujar dengan nada yang lebih lembut, "Sekarang, di saat usianya sudah lanjut, dia baru menginginkan perhatian anak dan cucunya. Jadi, dia berusaha mendekatkan diri denganmu. Tujuan akhirnya adalah aku."Selama beberapa tahun terakhir, Darwin sering menca
Tanpa menunggu jawaban Lindsey, Chelsea langsung mengangkat telepon dan meminta asistennya untuk mengantar wanita itu pergi.Lindsey yang masih linglung pun dituntun meninggalkan Soraya Jewelry. Dia mematung sejenak di depan pintu. Pikirnya, setidaknya dokumen-dokumen itu sudah diterima. Dia bisa bersabar menunggu kabar dari Chelsea.Lindsey akhirnya kembali ke perusahaan. Sebelum duduk ke kursinya, dua orang rekan kerja menghampirinya."Kamu benaran pergi ke Soraya Jewelry? Terus, kamu ketemu Bu Chelsea? Gimana hasilnya?""Aku ...."Saat Lindsey hendak menjawab, seseorang sudah menyela dari belakang, "Kalau berjalan lancar, mana mungkin dia kembali secepat ini?"Wanita yang bicara dengan nada sinis itu bernama Sulika, karyawan lama di Purnama Sekuritas. Lantaran resumenya yang unggul, Lindsey yang baru bergabung di perusahaan langsung diberikan posisi lebih tinggi dari Sulika. Klien yang dipercayakan padanya juga lebih baik.Sulika tentu saja tidak senang dengan hal ini. Dia sudah mem
"Linda, bagaimanapun Pak Gino adalah klien perusahaan kita. Ada baiknya kalau kamu menyelesaikan kesalahpahamanmu dengan dia," ujar Yanto. Dia mendekat dan meraih lengan Lindsey, lalu melanjutkan dengan suara kecil, "Jaga sikapmu, klien ini nggak akan membuatmu rugi."Lindsey mengernyit, tetapi akhirnya mengikuti Yanto ke meja dengan hati enggan. Dunia keuangan berkaitan erat dengan hubungan antar manusia. Tidak masalah jika Lindsey hanya menyinggung satu orang klien, tetapi masalahnya akan besar jika dia menyinggung atasannya.Untuk sampai ke posisinya sekarang, Yanto tentu memiliki koneksi yang sangat luas. Pasti mudah saja baginya untuk membuat Lindsey kesulitan bertahan di dunia keuangan.Setelah Lindsey duduk, Gino yang senang segera menyuruh pelayan untuk membuka sebotol anggur merah termahal. Sambil mengobrol, mata Gino selalu tertuju pada sosok Lindsey. Lindsey yang tidak nyaman dipandangi seperti itu pun membuat alasan untuk pamit ke kamar mandi. Sulika minum cukup banyak. Saa
Sementara itu, di rumah Chelsea. Hari ini adalah akhir pekan. Atas saran Melvin, mereka akan mengadakan barbeku di halaman.Chelsea sedang berdiri di balkon lantai dua. Dia memperhatikan Melvin dan Ardi yang sedang sibuk bekerja sembari melakukan panggilan video dengan Olivia."Hari ini kamu sudah lihat trending topic belum? Foto kover majalah Diana sudah keluar. Majalah itu disponsori oleh Quentin Jewelry. Apa Andre mengkhianatimu?" Olivia melanjutkan dengan kesal, "Diana juga nggak ada trik baru. Saat itu dia jadi ambasador Amelia Jewelry, sekarang Quentin Jewelry. Bukankah dia jelas-jelas ingin melawan Soraya Jewelry?""Apa dia benar-benar kira sudah hebat karena punya serial web terkenal? Dia terus mempromosikannya ke mana-mana. Aku sudah sering melihat beritanya jadi trending topic. Terkadang aku lihat Mandy menderita. Begitu membandingkannya dengan Diana, aku sangat ingin beri tahu semua orang bahwa Diana itu wanita jahat!" sambung Olivia.Setelah Olivia selesai berbicara, Chelse
"Halo, kamu Timothy, 'kan?" sapa Lindsey. Ketika berada di luar negeri, dia sering pergi ke panti asuhan. Jadi, dia mengira dirinya mudah dekat dengan anak-anak. Kala ini, dia berjongkok di depan Timothy seraya tersenyum dan berujar, "Aku dengar kamu sangat pintar."Timothy tidak menanggapi ucapan Lindsey. Dia masih berwaspada.Lindsey sama sekali tidak tersinggung. Lagi pula, bocah ini adalah anaknya Ferdy. Wajar jika sikapnya sedikit dingin. Dia mengulurkan tangannya ke arah Timothy sembari memperkenalkan diri, "Namaku Lindsey. Kamu bisa panggil aku Kak Linda."Timothy hanya melirik tangan Lindsey. Dia tidak berniat untuk mengeluarkan tangannya dari kantong.Lindsey tersenyum canggung, lalu menengadah menatap Chelsea dan berkata, "Kak, anakmu sangat dingin, ya."Chelsea berdeham, lalu berucap, "Timothy, cepat sapa." Bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan anaknya bersikap tidak sopan.Begitu mendengarkan perintah ibunya, Timothy pun menyapa dengan enggan, "Halo, Kak Linda.""Hal